Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mama, hantu itu apa ada?
Jika pertanyaan di atas diajukan oleh anak Anda yang baru berusia SD, apa jawab Anda? Saya yakin lebih banyak ibu yang akan menjawab “tidak ada” agar anaknya tidak ketakutan. “Tetapi guru Sekolah Minggu cerita di Gadara ada orang yang kesurupan hantu.” O, itu jaman dulu waktu Yesus hidup di dunia. Sekarang hantu tidak ada lagi. Mengapa? Karena walau sering byar-pet sekarang ada PLN yang ingin Indonesia makin terang dan terang terus sehingga hantu menghilang dan manusia bisa makin tidak terus terang.
Sewaktu saya masih di SD, saya tidak pernah mengajukan pertanyaan itu kepada orang tua saya. Saya beserta teman-teman bermain yang hidup di sebuah kampung di tengah kota tahu hantu itu ada karena pengalaman sehari-hari. Bagi kami hantu adalah mahluk yang tidak kasatmata. Ada yang baik ada yang jahat ada yang bisa diajak bermain.
Kami tahu yang baik merasuki tubuh perempuan tua yang kami kenal sebagai penyembuh orang sakit. Jika seorang anak badannya panas selama berhari-hari dan dibawa ke depannya, ia akan membaca mantera di depan segelas air dalam suara parau dan kemudian menyembur-nyemburkan ludahnya ke arah gelas itu. Air di gelas itu diminumkan kepada si anak dan tak lama kemudian ia sembuh. Pengobatan cara ini lebih enak daripada anak itu harus minum air tim-timan cacing tanah yang gemuk. Atau, air rendaman ari-ari kering yang lepas dari pusarnya. Ibu saya menyimpan “dendeng” milik sembilan orang anaknya dalam kantong kecil dari kain putih yang ditulisi nama setiap pemiliknya. Kami tidak tahu apakah khasiatnya dikarenakan dendeng itu masih mengandung obat antibiotik yang dulu ditaburkan ke pusar kami kala masih basah, atau karena kami patuh untuk istirahat total dengan tinggal dalam kamar karena takut dicekoki untuk kedua kalinya. Suatu kali saya dan adik-adik yang sudah besar mencapai kata sepakat untuk memusnahkan benda-benda ini karena kami jijik. Sampai hari ini kami tidak memberitahu Ibu barang-barang itu hilang bukan karena dia lupa tempat menyembunyikannya, tetapi karena telah kami buang ke kali.
Kami tahu yang jahat sering merasuki tubuh orang yang suka black magic. Suatu siang kampung kami gempar. Dari sebuah rumah ada orang berteriak-teriak ketakutan. Saya menyeruak kerumunan orang di depan rumah itu. Seorang perempuan paruh baya sedang nangkring di atas partisi ruang tamu dengan ruang tidur yang tingginya hampir 3 meter. Orang-orang mengatakan perempuan itu kesurupan roh jahat karena tidak mungkin ia bisa memanjat naik ke atas partisi itu tanpa kekuatan dari dunia lain. Ia memanjat dinding seperti cicak merayap. Tidak ada yang berusaha menolongnya untuk turun. “Berbahaya,” kata mereka, “kalau roh itu belum pergi, ia bisa pindah masuk ke tubuh orang yang menolongnya. Biarlah dia merasakan akibatnya sering ke orang pandai.”
Tetapi kami juga tahu ada yang bisa diajak bermain. Pada malam Jumat, kadang kami bermain jailangkung. Kami mencari keranjang bambu dan menegakkan siwur (gayung dari batok kelapa yang diikat pada sebatang kayu) di dalamnya. Lalu seorang dari kami melepaskan bajunya untuk menyelimuti keranjang itu. Dengan kapur tulis kami menggambar mata, hidung dan mulut pada batok kelapanya. Kapur itu kemudian kami ikatkan di dadanya. Selembar batu tulis yang dulu menjadi bawaan wajib anak SD kelas 1 dipegang di depannya oleh seorang anak. Kami menyalakan sebatang lilin dan meletakkan sepotong jajan pasar di depan keranjang itu. Dua anak memegangi jailangkung dan kami mulai mengguman memanggil arwah. Saya tidak ingat syair mantera itu karena selalu berubah-ubah. Intinya, “kami harap arwah yang sedang lewat mampirlah kemari.”
Sering mantera kami tidak manjur. Ini bisa ditengarai dari wajah cengengesan anak yang memeganginya. Tetapi sering pula ada arwah yang mampir sehingga membuat pucat pemegangnya. “Keranjangnya berat,” bisik mereka. Lalu kami mengajukan pertanyaan dan jailangkung menuliskan jawabannya dengan kapur tulis di atas batu tulis. Tulisannya jauh lebih rapi daripada bila keranjang itu tidak “berisi” padahal pemegangnya anak-anak yang baru belajar menulis yang terpaksa mau memeganginya karena dipaksa oleh para seniornya. Kami mengajukan berbagai pertanyaan, bahkan memberi soal berhitung bila arwah itu mengaku pernah lulus SD. Setelah kami bosan bermain, kami minta arwah itu pergi. Bagaimana bila ia bandel? Anak yang paling besar akan menendang keranjang itu dan menginjak-injaknya. Ingatan saya memastikan tidak ada anak yang kemudian kesurupan.
Jailangkung adalah permainan populer anak-anak “kelas bawah” sebelum tahun 1960. Karena itu walau sering bermain jailangkung (dengan posisi sebagai penonton) saya tidak pernah menyatakan saya adalah anak pemberani. Sebaliknya, saya penakut. Ayah pernah marah ketika saya menolak disuruh ke rumah temannya di kampung sebelah setelah tahu itu dikarenakan saya takut berjalan di lorong penghubung yang gelap, sepi dan ada pohon besar. “Manusia lebih tinggi harkatnya daripada hantu. Hantu takut kepada manusia, kecuali orang itu penakut,” teriaknya. Saya tahu ayah saya tidak pernah takut kepada hantu. Suatu kali pernah ia bercerita ketika saya masih bayi setiap malam saya menangis berkepanjangan. Ia tahu penyebabnya ketika pada suatu malam ia pergi ke halaman belakang. Di atas sebuah pohon ia melihat gendruwo, hantu bertubuh raksasa. Ia tidak menceritakan apa yang dilihat kepada Ibu. Tetapi pada keesokan harinya dengan tangannya sendiri ia menebang pohon itu. Ayah belum Kristen dan juga tidak bersembahyang di kelenteng. Sejak itu saya tak lagi menangis pada malam hati tanpa sebab.
Kalau Ayah sudah marah, saya tidak berani membantah. Maka saya kemudian berjalan memasuki lorong gelap itu. Ayah melarang saya melalui jalan lain. Saya harus melalui lorong itu. Sendiri, tidak boleh ditemani orang lain. Kaki saya terasa berat waktu melangkah. Kegelapan itu menakutkan. Kegelapan menyusutkan kemampuan panca indera manusia. Karena ia tidak bisa melihat dengan jelas, maka gerakan daun di pohon tidak bisa ia ketahui penyebabnya. Lalu otaknya mereka-reka penyebabnya dan selalu saja tiba pada kesimpulan yang menyeramkan. Ketika kemudian ada suara orang menyanyi lirih, telinganya tidak bisa memastikan arah datangnya suara itu sebab otaknya sudah membeku karena ketakutan. Saya berjalan dengan cepat. Suara yang ditimbulkan oleh gesekan sandal saya dengan tanah terdengar makin lama makin keras di telinga. Rasanya suara itu bukan berasal dari dua sandal, tetapi empat. Saya berlari dan sampai di kampung sebelah dengan berkeringat.
Tetapi Ayah bukan orang kejam. Ketika saya duduk di kelas 3 SD, kami sekeluarga pindah ke Jakarta. Ayah hobi membaca tetapi tidak punya cukup uang untuk membeli buku. Karena itu pada malam hari ia sering bersepeda ke toko buku Gunung Agung untuk numpang membaca. Saya sering diajaknya setelah ia tahu saya membaca koran bekas. Selalu saja kami melalui sebuah jalan sempit yang sepi dan gelap di samping rel kereta api. Saya tidak takut. Hingga suatu malam ketika kami melintasi jalan itu, saya melihat ada seorang berdiri di tepi jalan. Orang itu juga memandang ke arah saya. Badan saya langsung dingin membeku setelah menyadari kepala orang itu ada dua. Saya tidak sanggup menggerakkan lidah untuk memberitahu Ayah agar ia mempercepat laju sepedanya. Baru ketika sampai di jalan besar, saya memberitahu Ayah. Ia bersikeras tidak melihat orang itu. Tetapi ia meluluskan permintaan saya agar nanti pulangnya tidak lewat jalan itu lagi. Hari-hari kemudian tanpa menyelidiki apakah yang saya lihat sekedar halunasi atau imajinasi, ia tak lagi melintasi jalan itu walau itu berarti ia harus mengayuh sepeda lebih lama.
Apakah hantu itu ada? “Ada,” kata seorang teman yang hafal isi Alkitab sekaligus sarjana psikologi, “tetapi pengalaman penampakan hantu melalui pancaindera entah itu melihat, mendengar, merasakan atau membaui kehadirannya adalah bohong. Semua bisa dijelaskan secara ilmiah.” Lalu ia menjelaskan tentang fantasi, ilusi, fobia, paranoid, parapsikologi, poltergeist, psikokenesis spontan yang uncontrolable dan berbagai istilah yang susah saya ingat.
Pernyataannya tidak sepenuhnya salah dan juga tidak sepenuhnya betul. Seumur hidup ia tidak pernah merasakan manifestasi kehadiran hantu. Selalu saja saya mengakhiri perdebatan dengannya dengan mengatakan, “Berbahagialah kamu yang tidak pernah merasakan pengalaman mistis. Semoga begitu seterusnya sampai akhir hidupmu.”
Tidak boleh dipungkiri banyak cerita hantu adalah rekaan belaka. Jika seorang ibu sulit menghentikan anaknya bermain di luar rumah sampai hari menjelang malam, ia akan mengingatkan “magrib adalah waktu hantu mulai keluar kelayapan.” Cerita hantu bisa saja dikarang untuk menakut-nakuti orang untuk tidak melakukan tindakan yang terlarang atau merugikan orang lain. Tempat-tempat yang perlu dilindungi mempunyai cerita-cerita mistis yang menyeramkan. Misalnya saja pekuburan yang sepi bisa mengundang orang berbuat jahat dengan membongkar kubur untuk menjarah benda-benda berharga yang ada dalam peti mati. Kenyataannya, banyak piramida yang sudah dijarah hartanya walau sudah “dilindungi” dengan cerita seram. Waktu saya kecil ada cerita seram yang beredar tentang pekuburan Kristen di pinggir kota. Ada sepasang manusia ML di situ. Esok hari mereka ditemukan penjaga masih lengket seperti anjing. Mereka diangkut ke rumah sakit seperti bayi kembar siam untuk dipisahkan. Saya tidak tahu bagaimana dokter memisahkan mereka. Mungkin dengan amputasi, mungkin dengan menyiramkan bensin seperti bila saya membersihkan lem yang melekat di jari saya usai menambal ban sepeda yang bocor. Sudah jelas pesan yang terkandung dalam cerita isapan jempol ini. Memang asyik kok pacaran di sana. Lho, kok tahu?
Cerita tentang segitiga Bermuda sekarang tidak lagi populer karena kemajuan teknologi sudah dapat memetakan posisi terakhir pesawat-pesawat yang menghilang dari layar radar. Walau bangkai pesawat yang terbaring di dasar laut tidak bisa diangkat, kita tahu pesawat itu tidak menghilang karena dimangsa hantu atau alien. Sayang tidak semua kejadian aneh bisa dijelaskan seperti yang pernah saya alami sekitar tahun 1983.
Saat itu saya dipindahtugaskan ke Surabaya dan berkantor di daerah Ngagel di tepi sungai. Suatu hari seorang salesman senior disertai office boy melapor. Setiap Sabtu sore sisa barang yang dibawa oleh salesman yang bertugas di kota Surabaya dititipkan ke gudang kantor karena gudang barang yang melayani pengiriman barang ke seluruh Jawa Timur dan Indonesia Timur sudah tutup tengah hari. Gudang kantor kami berukuran 5 x 5 meter tanpa jendela dan dipergunakan untuk menyimpan barang-barang reklame. Di sepanjang dinding ada rak tinggi untuk menyimpan poster, spanduk, umbul-umbul, booklet, flyer dan juga arsip-arsip kantor yang tidak boleh dimusnahkan sebelum berusia 5 tahun. Senin pagi ketika salesman mengambil barang titipannya ini, ternyata ada yang berkurang. Dari catatan yang diperlihatkan kepada saya, kehilangan ini tidak besar dan tidak terjadi setiap minggu. Tetapi nilai kumulatipnya dalam waktu setengah tahun bila dihitung dengan kurs saat ini sudah mendekati 1 juta rupiah.
Prosedur keamanan telah dilakukan. Setelah pintu dikunci, office boy mengambil secarik kecil kertas yang sangat tipis dan membubuhkan tanda tangannya di situ. Kemudian dengan lem yang sangat rekat kertas itu ditempel menutupi lubang kunci. Kunci kemudian dititipkan ke pos satpam. Senin pagi ia sendiri yang membuka pintu gudang setelah yakin kertas segel itu tidak rusak.
Salesman senior itu menjamin kejujuran office boy yang sudah sepuh ini. Tetapi salesman lain mulai mencurigainya. Kakek itu meminta saya membereskan masalah ini agar nama baiknya dipulihkan.
Melalui kesepakatan bersama, kerugian salesman diganti dengan uang yang diambil dari kas taktis. Sumber pemasukan kas ini berasal dari penjualan koran bekas, ban bekas dan bangkai reklame. Uang kas ini kami pergunakan untuk menyumbang karyawan yang mengalami musibah atau rekreasi bersama. Lalu saya mengambil alih tugas office boy pada Sabtu sore. Bersama salesman senior saya menerima titipan barang itu, menghitung dan mencocokkan dengan catatan yang saya terima. Untuk menandatangani kertas segel saya mempergunakan vulpen yang tintanya saya oplos sendiri dengan mencampur tinta merah, hijau dan biru. Selain itu saya juga membungkus anak kunci dan menyegelnya sebelum saya titipkan ke pos satpam. Kepada sekuriti saya jelaskan masalahnya sehingga mereka tidak sakit hati menerima anak kunci itu dalam sampul tertutup. Satu dua minggu tidak ada barang titipan yang berkurang. Pada minggu ketiga ada barang yang hilang. Walau nilainya tidak lebih dari 50 ribu rupiah, tetapi saya jengkel sekali karena tidak tahu sebabnya. Gudang itu tertutup rapat. Lobang-lobang ventilasi ditutup dengan kawat kasa yang kuat sehingga tidak bisa dirusak oleh tikus. Lantainya bersih. Udara tidak lembab dan sela antara sisi bawah daun pintu dengan lantai hanya beberapa milimeter. Saya mengambil uang kas taktis untuk mengganti kehilangan itu.
Sebulan kemudian saya memerintah office boy untuk mengeluarkan sisa barang-barang reklame yang sudah kadaluwarsa untuk dibakar. Tengah hari kakek ini bergegas masuk ke ruang kerja saya dan meminta saya ikut ke gudang. Ia tidak mau memberi penjelasan ketika mempersilakan saya memanjat tangga aluminium untuk melihat sisi teratas rak. Apa yang saya lihat? Di situ terletak barang-barang yang selama ini menguap hilang. Saya menunggui si kakek mengumpulkannya dalam sebuah kardus besar dan menghitungnya. Jumlahnya cocok dengan catatan kami. Kemasan barang-barang itu tidak bercacat, bahkan tergorespun tidak.
“Gudang ini ada yang menunggui,” bisik si kakek.
“Tetapi tidak mengganggu, hanya menggoda,” jawab saya. Saya tidak mengalami sesuatu yang aneh seperti udara yang mendadak terasa dingin, semilir angin yang mengelus tengkuk, lampu yang makin pudar nyalanya dan akhirnya padam, udara menjadi berat sehingga saya makin sulit bernafas.
Yang panik malah atasan saya. Ia menyuruh si kakek membuat sesaji dan saya disuruh menyelenggarakan pengajian. “Lebih baik jangan, Pak,” jawab saya. “Jika kita memberi apa yang tidak ia butuhkan, malah nanti ia marah. Apa tidak repot bila nanti seluruh isi gudang dibuat berantakan?”
“Dari mana kamu tahu ia tidak butuh?”
“Ia tidak mengabari.”
“Memangnya hantu bisa memberi kabar?”
“Kalau ia bisa memindahkan barang dari lantai ke atas rak yang hampir 3 meter tingginya, masa menulis surat ia tidak mampu? Tak perlu kuatir, Pak. Pasti ia tahu hirarki organisasi di sini sehingga Bapak nanti yang pertama menerima suratnya.”
Hehehe, sambil menggerutu tak jelas ia pergi meninggalkan kami.
Setelah itu si kakek tahu kemana harus mencari bila ada barang yang hilang di gudang kantor.
(end of file)
Kisah-kisah mistis.
bag 1: Jangan pipis dekat kuburan.
bag 2: Mama, hantu itu apa ada?
Belum ada user yang menyukai
- Purnomo's blog
- Login to post comments
- 7034 reads
Jalilangkung Jailangsek.
Ada beberapa pengalaman saya yang berhubungan dengan jailangkung, dari mulai sebagai penonton, menjadi pemandunya atau dalang sampai memegang keranjangnya. Oleh sebab itu saya ingat mantra yang mesti diucapkan sebagai ritual untuk pemanggilan arwah agar masuk ke dalam keranjang.
Waktu itu paling rame bikin jailangkung pada masa SDSB marak di negri ini dan ketika ada operasi PETRUS alias Penembakan Misterius. Tak perduli di kampung kumuh sampai perumahan elite, semua rame-rame bikin jailangkung. Entah tua entah muda saling berlomba memanfaatkan jailangkung sebagai sarana memanggil roh untuk menanyakan nomer buntut sampa segala hal, baik yang serius maupun main-main.
Boneka jailangkung yang baik atau istimewa harus melalui prosedur yang benar, bila ingin mendapatkan kualitas kecepatan datangnya roh itu. Untuk badannya paling tepat dari keranjang bekas bunga tabur orang meninggal yang di buang di kuburan dan mengambilnya paling ampuh bila tengah malam.
Kejadian aneh pernah saya alami saat mendapat tugas mencari keranjang tersebut. Ketika tengah malam berboncengan dengan teman, saya membonceng teman saya yang mengendarai motor. Tujuan kami ke kuburan yang cukup besar di kota kami yaitu DAKSINOLOYO DANYUNG. Dalam perjalanan hingga masuk kompleks kuburan aman-aman saja, ketika mesin dimatikan saya turun dan menghidupkan senter untuk mencari keranjang bekas tempat bunga tabur, kurang lebih lima menit saya sudah mendapatkannya.
"Keranjangnya udah dapat, ayo pulang!" kata saya sambil duduk di boncengan. Aneh bin ajaib, kendaraan di-stater tidak bisa hidup-hidup. Berulangkali sampai keringat dingin mengucur belum juga bisa hidup, bahkan senter saya pun ikutan mati. Dengan panik keranjang bunga itu saya buang dan tiba-tiba motor bisa hidup lagi, kami pun ngebut pulang, takut!
Selain badan dari keranjang, ada leher dan kepalanya dari SIWUR atau IRUS, bahannya spt disebut pak Pur di atas , dari batok kelapa. Pada pertemuan antara keranjang dan tangkai irus diberi bambu atau kayu melintang, berfungsi sebagai tangan dan menjorok ke depan, dianggap tangan ketiga, ujungnya diberi kapur tulis. Dan di lehernya biasanya dipasangi kunci yang ada lubangnya, biasanya bulat ( artinya tidak semua kunci bisa dipakai) sebagai kepanjangan mulut untuk minum. Dan di depannya dipasangi sebuah papan tulis. Jangan lupa menyediakan sesajen yang berupa jajan pasar dan segelas minuman, bisa teh atau air putih.
Untuk menghadirkan roh, seseorang yang bertugas sebagai pawang atau dalang jongkok di depan boneka, sambil membaca mantera berulang-ulang sambil memutar-mutar dupa di depan muka jailangkung. Mantranya begini :
Jailangkung jailangsek
di sini ada pesta
Pestanya pesta kecil
Jailangkung harap datang
Kalau sudah datang mengangguklah.
Keanehan biasanya tiba saat roh sudah datang, dengan sendirinya boneka itu menunduk, lalu kunci yang digantungkan di leher menempel ke makanan atau masuk gelas minuman. Penonton biasanya tidak boleh ribut atau berada di belakang boneka, karena itu pintu masuk roh jadi tidak boleh ditutupi. Bila penonton ribut saja, rohnya tidak mau datang. Dan bila jailangkung mengangguk, mulailah dilakukan tanya jawab. Dalang bertanya, dijawab dengan menulis.
Ketika ditanya namanya, jawabannya kadang mengejutkan. Sebab, selain menulis nama yang cukup kondang, kadang yg datang roh yang saat itu sedang dalam perbincangan. Bahkan pernah menulis namanya KARTOSUWIRYO, mati tertembak, usia 48 tahun, menyatakan dendam kepada yang memusuhinya.
Selesai wawancara, dalang bisa membuat lagi, memanggil roh yang lain. Banyak roh yang mengaku dirinya adalah tokoh-tokoh terkenal yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Apakah yang dikatakan itu benar? Yah, namanya saja roh nyasar, bisa jadi selalu menipu kalau ditanya. Karena kebanyakan roh yang ditanya biasanya mati "tidak wajar", bunuh diri, mati kecelakaan atau korban pembunuhan. Para roh itu bila ditanya penyebab matinya sering dengan gambar perlambang. Pernah saya menanyakan penyebab kematiannya, roh itu hanya menggambar logo PLN, ketika saya tanyakan apakah matinya kena setroom listrik, jailangkung itu mengangguk. Ketika saya tanya alamatnya dan besoknya saya cek ke alamat tersebut, ternyata tidak benar alias memang roh itu asal ngomong doang.
Kadang saya tidak percaya kalau jailangkung itu benar-benar kemasukan roh, karena sering bila saya kebagian memegang keranjangnya, selalu tidak pernah jadi. Tapi bila 2 orang teman saya yg terkenal nakal dan bego, kok bisa jadi? Ini membuat saya jengkel, karena saking jengkelnya, ketika saya berpasangan dg orang yang OON, saya bertekad utk membuat jailangkung itu hidup!
Caranya, pantat keranjang yang berlubang-lubang itu saya cengkram dengan kuat, aturannya sih cara memegang yang benar telapak tangan harus tengadah keduanya, tidak boleh mencengkeram. Dan benar juga, sang dalang terkesiap ketika roh sudah masuk. Berbagai pertanyaan dalang bisa saya jawab, maklum saya suka baca komik dan cerita silat, imajinasi ikut bermain.
Setiap kali pertanyaan saya jawab dengan mudah, saya sebetulnya menahan tawa, bahkan tak kuat menahannya, namun ketika ngakak saya memalingkan muka ke belakang, karena di belakang saya tidak ada orang, karena syaratnya demikan. Dan kejadian itu terus berlanjut, artinya setiap membuat jailangkung, saya ketiban sampur untuk memegangnya dan selalu berpasangan dengan teman oon saya itu.
Pernah ada pertanyaan yg sulit dan mustahil bisa menjawab dengan tepat. Ketika ada seorang yg bukan penduduk asli kampung kami, temannya tetangga saya, yang kebetulan tertarik untuk menonton, oleh sang dalang ditanyakan umurnya berapa? Terus-terang saya agak kerepotan dlm menjawab, saya hanya bisa menduga-duga dengan melihat tampangnya. Begitu saya tulis 25 tahun, dan ketika ditanyakan ke orang itu, ternyata tepat! Makin bertambahlah kepercayaan mereka akan roh jailangkung ini, dan tawa saya sudah tak terbendung lagi walau sambil menahan badan jailangkung agar tidak turut bergetar ketika saya ngakak berat.
Dan masih banyak lagi kejadian yg berhubungan dengan jailangkung itu, saya pun banyak NGERJAIN aparat kelurahan yang melihatnya, aparat yg terkenal arogan selalu menjadi sasaran saya lewat perantaraan sang jailangkung bohongan ini. Ah kalau mengenang kejadian itu, selalu saja saya ingin tertawa.
Masih banyak lagi kejadian yang berhubungan dengan hantu, bila saya ceritakan akan menambah panjang komentar ini. Sudah, saya mau nunggu cerita berikutnya saja.
Salam Jailangsek.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
TP, Jurnalis yang terus terang terus
Komentar TP membuat saya terperangah. Dia menulis rinci tentang jailangkung. Kalau dimisalkan itu resep memasak, dia tidak hanya memberitahu pakai mentega, tetapi berapa gram yang harus dimasukkan ke wajan. Rincian inilah yang saya hilangkan ketika akan memostingnya karena kuatir dipraktekkan oleh anak-anak tanpa didampingi pendetanya. Tetapi soal manteranya saya memang betul-betul lupa.
Satu bagian lagi yang saya hapus adalah permainan mistis yang sulit direkayasa yang biasanya dimainkan di pekuburan dengan pawang yang piawai. Sebatang siwur diikat dengan beberapa selendang yang ujung lainnya dipegangi oleh orang-orang. Mantera dibaca dan siwur akan melayang ke atas melawan gravitasi bumi. Apa ini yang disebut permainan nini towok?
Kalau TP punya kenalan pawang nini towok, bisa dipanggil untuk demo di depan SS’er yang hadir di kopdar Juni nanti pada malam hari. Sedangkan waktu break makan siang peserta disuguhi tari kuda kepang yang tenanan sebagai kelanjutan “Bambu Gila”nya hai hai.
Pernah waktu raker di hotel berbintang di Bukit Tinggi pada malam hari kami disuguhi pertunjukan tari piring yang ditarikan oleh para gadis Minang. Mereka masih muda, cantik dan menari dengan bagus serta energik. Rancak banah! Setelah satu babak selesai mereka masuk ke balik panggung. Dua orang pemuda mengangkat karung ke atas panggung dan menuangkan isinya ke lantai. Pecahan kaca piring dan gelas. Para penari muncul kembali dan menari kembali. Ritme musik dipercepat dan mereka melompat masuk ke arena pecahan kaca. Hentakan kaki mereka menimbulkan suara adanya pecahan kaca yang hancur. Wajah mereka tetap saja penuh senyum, tetap cantik dan tidak ada dahi yang berkerut. Babak ke dua selesai dan mereka lenyap ke balik panggung. Saat itu seseorang berbisik ke teman di sebelahnya, “Ini rekayasa. Yang seperti pecahan kaca itu plastik.”
Seorang kakek muncul dari balik panggung. Setelah membungkukkan badan ia mengucapkan terima kasih kepada panitia raker yang telah berkenan mengundang kelompok tarinya. Lalu dengan bahasa yang sopan dan pandangan mata lurus menatap orang yang berkomentar “ini rekayasa” ia mempersilakan para penonton naik ke panggung untuk memastikan apakah ia mempergunakan pecahan plastik atau pecahan kaca. “Kami selalu memakai pecahan kaca karena biayanya jauh lebih murah daripada pecahan botol plastik,” katanya bergurau. Sementara orang yang naik ke panggung terkagum-kagum setelah memeriksa pecahan kaca yang terhampar dan melihat telapak kaki para penari yang masih mulus, saya mengherani bagaimana kakek ini bisa mendengar orang berbisik dari jarak jauh.
Waktu itu paling rame bikin jailangkung pada masa SDSB marak di negri ini dan ketika ada operasi PETRUS alias Penembakan Misterius.
Pada kurun waktu yang disebut TP di atas, daerah kerja saya ada di Solo dan saya menginap di “hotel salesman” di bilangan Balapan. Malam hari setelah menyelesaikan pekerjaan administrasi, para salesman sering ngelencer bareng-bareng. Sementara para supirnya tamasya ke Gunung Kemukus, salesmannya bersama-sama ke Sragen untuk meminta nomor buntut kepada seorang dukun cilik yang sedang kondang. Kelak dukun ini berganti nama menjadi Daud Tony.
Tante, terima kasih telah melengkapi blog saya.
Salam.
Kopdar Jailangkung.
Rincian inilah yang saya hilangkan ketika akan memostingnya karena kuatir dipraktekkan oleh anak-anak tanpa didampingi pendetanya.
Saya kira itu kekuatiran yang berlebihan. Dulu justru saya mengajak anak-anak membuat jailangkung dengan cara yg mudah tanpa perlu sesaji segala. Trik yg saya ajarkan adalah "mencengkram" keranjangnya. Jadi dulu banyak anak yg meniru membuat jailangkung dan kemasukan roh jadi2an semua ha ha ha....Siapa yg memegang itu dia yg menjawab pertanyaan dalangnya. Nyatanya para orang tuanya tidak memarahi saya, bahkan mengacungkan jempol atas trik yg saya ajarkan itu.
Satu bagian lagi yang saya hapus adalah permainan mistis yang sulit direkayasa yang biasanya dimainkan di pekuburan dengan pawang yang piawai. Sebatang siwur diikat dengan beberapa selendang yang ujung lainnya dipegangi oleh orang-orang. Mantera dibaca dan siwur akan melayang ke atas melawan gravitasi bumi. Apa ini yang disebut permainan nini towok?
Rasanya tidak sepenuhnya benar bila nini thowok dimainkan di pekuburan. Memang kalo dimainkan di pekuburan lebih cepat rohnya masuk, demikian jailangkung. Tapi dimainkan di atas panggung pun bisa, bukankah nini thowok sudah menjadi acara yg sering dipentaskan dipanggung untuk hiburan? Prinsipnya tidak berbeda jauh dg jailangkung.
Kalau TP punya kenalan pawang nini towok, bisa dipanggil untuk demo di depan SS’er yang hadir di kopdar Juni nanti pada malam hari. Sedangkan waktu break makan siang peserta disuguhi tari kuda kepang yang tenanan sebagai kelanjutan “Bambu Gila”nya hai hai.
Dibandingkan Jailangkung, Nini Thowok lebih mengarah kepada seni tradisi yang sudah menjadi aset bangsa dan terasa lebih megah dalam permainannya. Istilahnya Jailangkung permainan rakyat, Nini Thowok sudah masuk kelas seniman. Dan Nini Thowok yang terkenal ada di wilayah Jogya, bahkan mereka sudah mempunyai senimannya yang terkenal di pentas dunia, siapa belum kenal DIDIK NINI THOWOK?
Saya pesimis bila KOPDAR 2010 diadakan pertunjukan nini thowok atau jailangkung, apa mungkin rohnya mau masuk? Bukankah ada empek yg tidak percaya mujijat? Rohnya baru lewat aja mungkin sudah ditengking sampai jeritnya melengking. Lain perkara kalau pak Purnomo ikut datang, maksudnya biar mengajak ngopi sang empek sambil ngobrol ngalor ngidul agar tidak ikut melihat pertunjukan yang nge"roh" itu. Siapa mau menanggung kerugian kalo pertunjukkan gagal, gara-gara si empek membaca mantera-mantera dari dukunnya? Satu-satunya cara harus ada yg menemani empek menyingkir dari pertunjukan dan pak Pur rasanya cocok untuk menemaninya ha ha ha ha.......Masak takut?
Sementara para supirnya tamasya ke Gunung Kemukus, salesmannya bersama-sama ke Sragen untuk meminta nomor buntut kepada seorang dukun cilik yang sedang kondang. Kelak dukun ini berganti nama menjadi Daud Tony.
Ah tepat juga seperti yg saya ceritakan di sini, begitulah kenyataannya. Karena saya sering berkeliling ke makam-makam keramat dan Gunung Kemukus salah satunya, tapi di gunung yg tepatnya di sebut bukit yang dikelilingi waduk Kedong Ombo ini sangat berkaitan dengan "wisata birahi" kaum pinggiran. Tapi utk lokasi fotografi cukup menarik, saya pernah membuat posternya dalam rangka membuatkan utk promosi wisata ziarah, tapi saya tdk ikut menikmati hidangan khas kemukus itu, saya lebih suka ngebyar sambil menikmati sajian wayang kulit semalam suntuk saat puncak bulan suro tiba.
Untuk ke dukun-dukun, teman-teman saya dulu adalah orang-orang yang jauh lebih tua dari saya dan sering mengajak saya pergi ke berbagai dukun. DUKUN yang artinya YEN UDU RUKUN maksudnya kalau ada duitnya mereka jadi rukun bersatu. Pergi ke dukun seringnya berkaitan dengan nomer buntut atau cap jie kia, tapi dasar para orang tua itu tidak TITIS atau tepat menangkap bahasa dukun yg penuh perlambang, biasanya saya yang ditunjuk menafsirkannya, karena sering mengena daripada melesetnya.
Orang-orang tua itu akhirnya menjadikan saya langganan utk diajak pergi, padahal perginya ke dukun paling sering malam hari. Saya enjoy aja karena saya juga punya hiburan, berbuat usil, mengusili teman-teman sendiri atau dukunnya ha ha ha ha......Selain itu banyak dpt ide dlm menulis. Tapi saya lupa, pernah ke tempatnya dukun Daud Tony atau belum? Saking banyaknya dukun beneran dan dukun tiban yang saya sambangi, belum mengantarkan orang-orang "gelap mata" yang tirakat di kuburan-kuburan angker, ah ceritanya terlalu panjang, nunggu ceritanya pak Pur sajalah baru ikut nimbrung lagi kalau nyambung.
Saya mau minum dulu sambil nunggu kabarnya pak Pur dan Empeknya.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
@TP & Mas Pur, Kopdar Jailangkung.
Mas Purnomo dan tante paku, saya akan senang sekali bila kita bisa main jailangkung ketika kopdar. Saya malah kepikiran kita juga mencoba untuk berjalan di atas beling dan bila ada acara api unggung, kita bisa coba jalan di atas bara.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
MAs Pur dan Ko Hai
Wah,..Saya juga sedari kelas tiga SD suka diajak main jailangkung,.tapi yang menggunakan seperti papan ouija, hanya saya tempat tiga jari dari tiga orang yang diletakkhan diatas sebuah tatakan gelas stainless...juga yang menggunakan bolpen. Kami sangat gemar bermain jailangkung, tapi, tidak pernah sesekali menggunakan boneka...seperti yang dimainkan mas Pur...karena kami diberitahu( ditakut takuti red) kalau yang menggunakan seperti di film jailangkung itu susah untuk pulangnya,....
Saya juga dulu suka berhalusinasi pengen melihat makhluk gaib,...tapi sekarang,..mereka ngacir semua ...saya sama sekali tidak percaya lagi penampakan, setelah diyakinkan oleh Suhu Ang Cit KONG..hihihi...
Dan sekarang dimana ada daerah yang angker di kota saya,..saya selalu rajin mendatangi untuk melihat penampakan,..eh,.malah yang nampak bidadari malam yang solek molek,..hihihih...
Mungkin hampir sama pengalaman kita,..dari kecil hidup disekitar orang yang percaya takhayul, penampakan hantu,..jadinya baru setelah besar bisa mngerti akan semua kebulshit an itu,..
Untuk Ko Hai,...semoga saja nanti kalau jadi, bisa direkam,..dan dimasukkan ke SS, you tube,..dengan judul,..membongkar kebohongan THE MASTER,..dan membongkar kebohongan ILMU KEBAL....Asik,....ditunggu saja semoga terealisasi....
smiLe LoVe JeSuS CHRisT
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"