Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kutuk sudah dibatalkan sejak PL.
Apakah kutuk nenek moyang masih ada?
Pergumulan ini sudah ada sejak jaman nabi Yehezkiel ( Yeh 18 : ).
Waktu itu umat Israel menyatakan bahwa kesengsaraan mereka adalah akibat kutuk ( Yeh 18 : 1-2 ).
“Maka datanglah Firman Tuhan kepadaku : “ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel : Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?“
Bagaimanakah bisa muncul sindiran semacam ini ditengah-tengah umat pilihan Allah ? Apakah Allah betul-betul tidak adil ? Apakah Allah menciptakan manusia sebagai korban dari nenek moyangnya ?
Memang Allah telah berfirman dalam Kel 20 : 5 dan 34 : 7 bahwa
Allah akan “membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat”.
Namun apakah memang maksudnya demikian, bahwa keturunan yang tidak mengerti apa-apa akan kena hukuman karena dosa nenek moyangnya ?
Untuk memahami ayat-ayat dalam Kel 20 : 5 dan 34 : 7 harus dimengerti dalam kerangka jaman itu. Pada saat itu, satu keluarga biasanya terdiri dari 3 – 4 generasi yang tinggal dalam satu lokasi ( tenda/rumah ). Sebagai keluarga besar yang paternalistic, mereka akan mengikuti apa yang dilakukan oleh kepala keluarga. Maka sebuah dosa akan berdampak pada seisi rumahnya karena anggota keluarga akan menikmati hasil kejahatan salah satu anggotanya, misalnya dalam kasus Akhan ( Yosua 7 : 24 ) dan Anggota keluarga yang tidak menegur dosa yang dilakukan salah satu angotanya, berarti juga berdosa.
Disini Allah menunjukkan bahwa Dia tidak bisa menerima dosa sekecil apapun. Semua dosa akan membawa manusia kepada penghukuman. Dengan demikian hukuman atas Akhan dan keluarganya sebenarnya merupakan penghukuman atas semua kesalahan yang dibuat anggota keluarganya. Bukan hanya dosa Akhan. Allah tetap adil dalam segala tindakannya.
Mengapa sampai terjadi salah pengertian dan muncul sindiran sedemikian rupa di tengah-tengah umat Israel ?
Ada 2 hal yang menyebabkan munculnya salah mengerti itu :
- Pengertian/tafsiran yang salah terhadap ayat-ayat dalam kel 20 : 5 dan 34 : 7, tentang penghukuman terhadap keturunan orang berdosa.
- Mereka memahami bahwa pembuangan yang mereka alami merupakan akibat dari dosa yang tidak mereka lakukan secara aktif, saat itu. Disini mereka belum mempunyai pengertian tentang dosa secara tuntas, mereka mengerti dosa hanya sebatas “pelanggaran terhadap hukum saja”. Tidak sadar bahwa ada dosa lain, dosa karena kepasifan mereka menghadapi dosa ( hamartia ).
Dengan pengalaman dan pengertian yang salah tersebut, mereka tidak menjadi sadar dan bertobat, malah dengan kegetiran hati yang dalam mereka menuduh bahwa Allah tidak adil.
Yeh 18 : Ayat 3-4 : “Demi Aku yang hidup, demikianlah Tuhan Allah, kamu tidak akan mengucapkan sindiran ini lagi di Israel. Sungguh semua jiwa Aku punya ! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya ! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati”.
Yeh 18 : Ayat 20, “ … Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”.
Yeh 18 : Ayat 25 – 29 menunjukkan dengan jelas persepsi Israel yang sering menyalahkan Tuhan. Inilah ironi dari manusia berdosa, menyalahkan Tuhan atas apa yang dialamiNya. Dalam ayat 30, disebutkan dosa ini sebagai sebuah pendurhakaan, perlawanan terhadap Allah. Bukankah ini mirip dengan perlawanan Setan terhadap Tuhan ? Sebuah kedurhakaan yang dilakukan mahluk ciptaan terhadap penciptanya. Sebuah pemberontakan yang terus menerus sampai pada waktunya Allah akan menuntaskan penghancuran Setan dan pengikut-pengikutnya pada akhir jaman.
Ayat 30 – 32 adalah panggilan terhadap orang berdosa untuk bertobat. Sebuah seruan Kasih dari sorga untuk memanggil orang-orang berdosa kembali kepada Allah sang Pencipta. Ini adalah panggilan yang menembus jaman. Allah menyerukan penghukuman yang akan diterima oleh orang berdosa, sebuah kematian kekal, sekaligus menyerukan sebuah pengharapan yang pada puncaknya digenapai oleh Kristus di kayu salib. Disini dikontraskan antara kematian dan kehidupan.
Kesimpulan :
- Manusia boleh mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah, tetapi Allah yang menyelidiki hati dan memahami hati manusia, pada akhirnya akan menuntut pertanggung jawaban setiap manusia.
- Berbahagialah mereka yang telah menerima Kristus karena Kristus telah menggantikan posisi kita, Dia telah menanggung semua dosa kita agar kita diselamatkan dan bisa menikmati persekutuan dengan dengan Allah.
- Tidak ada lagi kutuk nenek moyang, bahkan sejak jaman PL.
- Yang menyatakan dirinya kena kutuk sehingga sengsara sebenarnya sedang lari dari tanggung jawab pribadi.
SOLI DEO GLORIA.
- henso's blog
- Login to post comments
- 4434 reads
@boleh juga nih blognya
wah...boleh juga nih nulisnya..
ayo..perbanyak tulis blognya..hehe he:)
Salam...
Salam...
Lagi blajar nulis neh ....
TQ atas kunjungannya.
Lagi cari ide lain untuk ditulis, yang menarik orang nimbrung.
Shalom aja.