Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Konselor
Ketika anda mempelajari Theologi / Firman Tuhan, apakah anda harus menjadi seorang pendeta yang berkotbah di atas mimbar? Saya rasa tidak.
Ada banyak hamba Tuhan yang sudah mempelajari theologi / Firman Tuhan, tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata mereka tidak terpanggil menjadi seorang pendeta yang berkotbah di atas mimbar. Tetapi mereka lebih cenderung menjadi seorang konselor.
Seorang yang tidak pernah tampil di muka umum, tetapi selalu menguatkan orang lain dari belakang ( Pribadi lepas pribadi )
Konselor suatu pekerjaan yang belum tentu semua orang bisa melakukannya.
Salah satu kelebihan yang dimiliki seorang konselor yaitu kemampuan untuk mendengarkan kesulitan dan keluhan orang lain.
Kebanyakan dari kita malas untuk mendengarkan kesulitan dan keluhan orang lain. Kita lebih senang memotong pembicaraan orang lain yang sedang berkeluh kesah tentang kehidupannya, dan langsung kita tutup dengan doa.
Banyak para konselor - konselor di gereja yang hanya asal - asal-an saja. Yang penting mendengarkan, memberi kan jalan keluar dan ditutup dengan doa. Selanjutnya ketika jalan keluar yang diberikan tidak berhasil / gagal, tidak jarang orang yang bermasalah menyalahkan konselor itu. Menyalahkan Gereja . Menyalahkan Gembala. Dan akhirnya menyalahkan pendeta.
Sekali lagi saya katakan, menjadi seorang konselor tidak gampang.
Sebelum menjadi seorang konselor di gereja, kita harus mengerti dulu apa itu konseling.
Konseling yaitu :
" Suatu proses untuk menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan , masukan dan ajaran untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana."
Konseling ini berlaku secara umum. Tidak hanya di gereja saja.
Karena itu kita harus tahu apa itu perbedaan konseling kristen dan konseling umum.
Konseling Kristen :
1. Dasar Mutlak harus Firman Tuhan ( 2 Tim 3 : 15 - 17 )
3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
2. Peranan Roh Kudus sangat dominan.
3. Anugerah Allah adalah kepastian di dalam penyelesaian masalah.
Konseling umum :
1. Dasar mutlak adalah pendapat para ahli dan pengalaman para ahli.
2. Hikmat, pengetahuan dan logika sangat dominan.
3. Positif thinking adalah kepastian di dalam penyelesaian masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan di saat kita menjadi konselor Kristen :
1. Sediakan air putih di meja kita dan jangan lupa tissue. Seandainya orang yang kita konseling menangis, kita sudah siap tissue dan air putih untuk menenangkannya.
2. Jangan lupa tatap matanya. Dari situlah kita bisa tahu apakah dia berbohong atau tidak.
3. Jangan terburu - buru memotong pembicaraan, sebelum dia selesai menceritakan permasalahannya.
4. Posisi tubuh kita lebih baik jangan bersandar. Alangkah bagusnya kalau condong ke depan.
5. Usahakan yang kita konseling adalah yang sesama jenis.
6. Hindarilah memberi / menerima materi, baik uang maupun barang selama dalam proses konseling.
Biasanya orang yang membutuhkan konseling akan mencari konselor yang :
1. Cakap / ahli.
2. Sudah mereka kenal.
3. Dapat dipercaya / bisa menyimpan rahasia.
4. Dan yang terutama takut akan Tuhan.
Karena itu, penting sebelum memberikan konseling, kita harus mengenal diri kita sendiri sebagai konselor :
1. Apakah kita memiliki iman yang teguh ?
2. Apakah saya mampu mendengarkan dalam waktu yang lama ?
3. Apakah saya di saat melaksanakan konseling dalam kondisi hati yang damai sejahtera? Jangan sampai di saat kita melakukan konseling, kita sendiri sedang menghadapi permasalahan.
4. Apakah saya rajin berdoa ?
5. Apakah saya senang baca Firman Tuhan ?
6. Apakah saya senang belajar ?
7.dsb....yang menyangkut diri sendiri....
Seorang konselor harus menguasai banyak permasalahan yang ada di dalam kehidupan. karena itu perlu dan penting seorang konselor terus belajar ( rajin belajar ), dan juga penguasaan tentang bagaimana penyelesaian masalah yang tentu saja dasarnya Firman Tuhan :
1. Bagaiaman menyelesaiakan masalah remaja yang sedang putus cinta.
2. Bagaimana menyelesaiakan masalah remaja yang memiliki kepahitan dengan bapakanya / ibunya atau juga kedua orang tuanya.
3. Bagaimana menyelesaiakan masalah remaja dengan saudara - saudarinya.
3. Masalah pekerjaan ( PHK...Dibohongi dalam bisnis...kebangkrutan...dsb)
4. Rumah tangga yang retak.
5. Perceraian.
6. Sakit....
7. Masalah perselingkuhan.
8. Narkoba.
9. Masalah dengan tetangga...
10. dsb.....
Karena itu penting bagi seorang konselor belajar...belajar...dan belajar...terutama tentang permasalahan yang ada dan juga Firman Tuhan.
menjadi konselor tidak gampang. Hubungan pribadi dengan Tuhan harus intim. Selalu minta kata - kata hikmat dan kebijaksanaan kepada Tuhan di dalam setiap memberikan jalan keluar.
Dan yang sangat terutama....jagalah rahasia pribadi dari orang yang kita konseling. Jangan bicarakan kepada orang lain. atau juga kepada sesama konselor. Kenapa ?
Karena orang yang kita konseling menaruh kepercayaan penuh kepada kita.
GBU
GBU
- hiskia22's blog
- Login to post comments
- 7850 reads
dua role pada konseling
Dan yang sangat terutama....jagalah rahasia pribadi dari orang yang kita konseling. Jangan bicarakan kepada orang lain. atau juga kepada sesama konselor. Kenapa ?
Karena orang yang kita konseling menaruh kepercayaan penuh kepada kita.
ada dua hal yang selalu gue coba untuk arahkan ketika ada orang yang berkonseling-ria ke gue. kalo sampe dia datang ke gue, asumsinya tentu dia percaya ke gue; tapi percayanya sebagai apa?
kalo dia hanya butuh 'tong sampah' untuk sekedar melepaskan uneg2 agar dia enteng beban nya, maka gue setuju dengan prinsip hiskia diatas.
tapi, kalo dia ingin 'seorang babu atau saviour' agar permasalahan nya bisa selesai, maka dia harus cukup percaya bahwa walau mungkin identitas dan masalahnya tersebar oleh gue, itu semua adalah agar supaya si babu bisa mengusahakan yang terbaik bagi dirinya.
di kasus terakhir, prinsip hiskia bisa jadi ga akan bisa diterapkan. kenapa begitu?
alasannya adalah karena sehebat apapun konselor, dia tetep aja cuma manusia biasa. kadang saking ingin nya membantu, si konselor menjadikan masalah klien nya sebagai masalah nya sendiri. si konselor terjebak dalam kata2 klien nya. dia tidak lagi bisa objektif menilai permasalahan.
bila itu terjadi, dia akan butuh masukan dari luar atau malah orang lain untuk mengkonseling dirinya sampai 'sembuh'. setelah sembuh baru dia bisa menolong klien nya kembali.
makanya... buat siapapun yang bertanya ke gue tentang konseling, gue selalu menyarankan bahwa bila ga pede, mending sebut di awal bahwa kita hanya akan jadi tong sampah saja. jangan coba2 lebih dari itu... at least sampe kita lebih pede-an dikit ;-)
tugas konselor?
aku rasa tugas konselor bukan jadi tong sampah untuk melepas uneg2, juga bukan untuk membantu seseorang memecahkan masalahnya...
tapi tugas konselor adalah untuk membantu seseorang melihat masalahnya sendiri dengan perspektif yang benar, dan selanjutnya tugas memecahkan masalah harus dilakukan oleh orang itu sendiri, bukan konselor.
more detail on counseling
betul, tujuan akhirnya adalah agar orang itu bisa melihat masalah nya dengan perspektif yang benar dan agar dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
tapi, cara menuju kesana nya itu yang gue bicarakan.
buat tipe2 enteng, orang kadang perlu pelepasan. tipe ini benernya tau apa yang paling benar buat dia, cuma dia masih ga bisa menerima itu.
korban KDRT misalnya; dia tau bahwa pelaku KDRT jelas salah dan harus diterapi atau malah sekalian dilaporkan ke polisi. tapi di pihak lain, dia kadang menciptakan konflik pikiran dimana dalam pikirannya, dia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menghandle pasangan nya. sehingga ketika pasangannya memukul dia (yang adalah jelas salah), secara tidak langsung dia merasa bahwa dia ikut salah karena menjadi penyebab dari pemukulan itu.
dari pengalaman seupil gue, biasanya korban KDRT cuma perlu didengerin aja. ketika dia berulang2 menceritakan penderitaan dia, biasanya lama2 dia akan sadar sendiri betapa kebodohan dialah yang menyebabkan itu semua terjadi.
sampe tahap ini, menjadi tong sampah sudah dibilang berhasil sebagai cara untuk mencapai tujuan akhir konseling.
tapi bila berlarut2 dan menjadi tong sampah tidak berhasil, maka bisa jadi ada yang perlu dikorek lebih jauh. dan ketika mengorek, bisa jadi dibutuhkan keterangan dari orang lain. bisa2 ternyata kasus tadi bukan KDRT, bisa saja semua cuma terjadi dalam fantasinya, bisa saja dia menyakiti dirinya sendiri, dsb.
ketika meminta keterangan dari pihak ketiga, apakah itu saksi, atau ahli, atau siapapun, mau ga mau si konselor akan berbicara buat korban, atau minimal menemani korban ketika bicara. jangan sampe korban bicara sendiri karena bila ternyata nanti masalahnya hanya halusinasi, bisa jadi si korban tidak sadar dan keterangan yang disampaikan bisa jadi malah beda sama sekali.
bila tahap ini tercapai, konselor mau ga mau 'maen kotor' dan jadi 'babu / saviour' dalam artian meng-guide korban. nantinya korban yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri; masalah hampir selalu harus diselesaikan dari diri sendiri. peran si babu disini hanya 'memberikan penerangan lewat senter' tentang alternatif2 yang bisa ditempuh si korban dalam menyembuhkan dirinya.
intinya, kalo mau nolong, jangan setengah2. kalo setengah2, mending diem aja dan biarin orang itu 'mati'. karena, kalo setengah2 dan ujungnya mati juga, maka matinya akan jadi berkepanjangan dan lebih menyakitkan; bisa jadi menyakitkan buat keduanya, konselor dan korban. konselor jadi ga pede dan korban jadi kepahitan lebih dalam.
seorang junior gue dulu tanya, "gimana kalo kita ga yakin bisa nolong orang itu tapi dia tetep minta kita tolong dia?". gue bilang, "kalo mau masuk jalur ini, selain nolong dengan hati penuh belas kasihan, lo juga harus bisa nolak dengan tegas serupa pembunuh berdarah dingin". resiko buat penolakan itu hanya paling kita dianggap jahat, sombong, atau arogan. itu ga seberapa dibanding kalo kita iya2 tapi setengah2.
gue tambahin buat junior gue, "orang yang butuh pertolongan selalu akan ada. yang susah adalah nyari orang yang mau dan bisa menolong. sekedar mau banyak, tapi yang mau dan bisa itu sedikit. jadi, buat gue, daripada kehilangan orang yang sedikit ini, gue lebih milih si korban buat 'mati' aja". mendengar ini dia bilang gue sadis.
@Daniel...karena itu
Karena itu konselor harus mengerti apa itu konseling seperti yang sudah saya tuliskan.
Sehingga tidak menjadi rancu....
Saya sependapat dengan anda......
GBU
GBU
konseling online
kayaknya, salah satu motif banyak orang kristen (mgkn terutama anak muda) mengirim pesan ke admin sebuah situs kristen atau gabung dengan komunitas online kristen, atau kirim sms ke nomor hotline sebuah perusahaan yg produknya berhubungan dng kekristenan adalah buat konseling. ga peduli situs itu buat belanja online atau situs itu bukan buat konseling atau nomor sms itu lebih untuk masalah layanan purna jual dan pemesanan
nah, kalo konseling online gimana? konseling lewat tulisan itu apa bisa efektif sih?
Presse Ne Pas Avaler
manfaat lain tulisan di rubrik konseling
ya, sekarang2 ini banyak orang suka berkonseling di forum melalui tulisan. dan bener Y, seringkali itu tidak efektif. tapi, ada manfaat lain dari fenomena ini. manfaat yang walau kecil tapi seringkali vital karena dilewatkan oleh sebagian orang yang bermasalah.
dari pengalaman seupil gue, orang yang sedang bermasalah, baik lelaki maupun perempuan, hampir selalu terjebak pada miskonsepsi bahwa dia adalah "satu2nya" orang yang punya masalah X atau Z atau apa aja. maksud gue, dia tidak memungkiri fakta bahwa ada orang lain yang juga mempunyai masalah yang sama, tapi... dia menganggap bahwa kondisinya sangat spesial sampai2 walau masalahnya bisa sama, tapi bobotnya pasti dia yang lebih berat, lebih menderita, lebih nelongso, dst.
nah, dengan membaca dan mengamati tulisan2 di rubrik konseling, semoga dia bisa melihat bahwa dia tidak sendirian. sayangnya, biasanya yang konseling di tulisan juga jaim. inilah yang selalu gue encourage dimana pun, jadilah diri lo sendiri, katakan marah kalo lo emang marah, katakan benci kalo lo emang benci, katakan apa masalah lo, jangan takut untuk terlihat jelek. karena semakin lo takut, semakin sedikit guna tulisan lo bagi orang lain. bukankah menyenangkan bila walau keadaan lo seburuk apapun, tapi tulisan lo tentang keadaan neraka itu bisa sedikit lebih memberkati orang lain?
begitulah Y :-)