Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Klaim Ketuhanan Yesus
Klaim Ketuhanan Yesus:
Sebuah Afirmasi Berdasarkan Yohanes 5:1-47
Oleh: Deky H. Y. Nggadas
Jakarta, 13 & 16 Juni 2008 (Heartline FM & RPK FM)
A. Keberatan: Yesus tidak pernah mengaku sebagai Allah
Jikalau hari ini, kita bertanya kepada salah seorang yang mengerti dengan baik dan meyakini Iman Kristen yang ortodoks, “Siapakah Yesus menurut saudara?” Tentu dia akan menjawab, “Yesus adalah Allah sejati dan Manusia sejati”. Lain halnya lagi, jika kita bertanya kepada salah seorang yang menganut teologi Liberal, “Apakah saudara percaya bahwa Yesus adalah sosok/pribadi Ilahi?” Dia akan menjawab, “Oh, itu adalah keyakinan fundamentalisme. Saya sudah lama meninggalkan keyakinan itu.”[1]
Dalam tension (ketegangan) seperti ini, sikap seperti apakah yang mesti ambil? Kenyataannya, bagi orang-orang modern,[2] Yesus tidak pernah secara eksplisit berkata, “Aku adalah Allah”. Jika demikian, apakah kenyataan ini membuat kita harus berkesimpulan bahwa pengakuan akan ketuhanan Yesus adalah kreasi gereja mula-mula? Jadi sebenarnya Yesus tidak pernah menganggap atau bahkan meminta pengikut-Nya menyembah Dia sebagai Allah.[3] Apakah benar demikian?
Pertanyaan di ataslah yang akan menjadi fokus diskusi kita malam ini. Dan kita akan memberikan respons berdasarkan Yohanes 5:16-30. Tentu saja, eksplorasi isi perikop ini dalam rangka menjawab pertanyaan di atas bukan merupakan satu-satunya jawaban yang dapat diberikan.[4]
B. Klarifikasi Presaposisional: Apakah “pengakuan eksplisit” itu?
Sebelum menjelaskan jawaban kita berdasarkan Yohanes 15:16-30, kita perlu “membereskan” satu hal yang bersifat mendasar, terkait dengan keberatan bahwa Yesus tidak pernah mengaku sebagai Allah.
Apakah yang dimaksudkan dengan pengakuan yang eksplisit harus ditandai dengan kalimat “Aku adalah Allah”? Benarkah Yesus tidak pernah mengaku diri sebagai Allah? Alkitab memberikan jawaban negatif untuk pertanyaan ini. Ketika berada di hadapan Mahkamah Agama, Yesus ditanyai, “Apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak” dan Yesus mengiyakan pertanyaan tersebut. Mendengar pengakuan tersebut, Imam Besar itu mengoyakkan pakainnya dan mengatakan bahwa Yesus telah menghujat Allah. Mengapa Yesus dianggap menghujat Allah? Oleh karena Dia mengaku setara dengan Allah! (Mat. 26:57-66)[5]
Contoh di atas memperlihatkan bahwa keberatan akan eksplisitas pengakuan Yesus tentang ketuhanan-Nya sama sekali tidak berdasar.[6] Klaim yang bagi kita tidak eksplisit, ternyata bagi mereka sangat eksplisit. Bagi kita Yesus tidak pernah mengaku sebagai Tuhan karena tidak pernah mendapati kalimat “Aku adalah Tuhan” keluar dari mulut Yesus. Akan tetapi, sebaliknya bagi orang-orang Yahudi klaim ketuhanan Yesus begitu eksplisit, sehingga mereka mendakwa Yesus sebagai penghujat.
Selanjutnya, kita akan mengikuti sebuah penjelasan dari salah satu perikop yang berisi pengakuan Yesus tentang hubungan-Nya dengan Bapa.
C. Klaim Ketuhanan Yesus: Yohanes 5:1-47
1. Konteks pertikaian: Pelanggaran terhadap halakhoth Sabat
Yesus baru saja menyembuhkan seorang lumpuh di dekat kolam Betesda. Dia kemudian menyuruh laki-laki itu untuk mengangkat tilamnya dan berjalan (5:8). Laki-laki yang disembuhkan itu melakukannya, dan pihak otoritas Yahudi menuduhnya melanggar peraturan hari Sabat. Laki-laki itu, kemudian mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya dan menyuruhnya melakukan demikian (5:11, 15). Patut dipahami bahwa pada waktu itu, para sarjana Yahudi mengembangkan berbagai halakhoth (aturan-aturan tingkah laku), termasuk larangan membawa beban apa pun di luar tempat tinggal, termasuk membawa beban apa pun yang lebih tinggi dari bahu. Halakhoth inilah yang mereka maksudkan dengan tidak boleh bekerja pada hari sabat (bnd. 5:10).
Jadi tuduhan resmi yang ditujukan kepada Yesus[7], adalah karena Dia “melakukan hal-hal itu pada hari Sabat” (5:16). Mengenai “hal-hal itu” secara spesifik merujuk kepada penyembuhan atau kepada nasihat yang telah mendorong laki-laki itu meakukan pekerjaan yang dilarang.[8]
2. Respons yang mengejutkan
Yesus bisa saja menjawab dengan melakukan sebuah perdebatan teologis mengenai halakhoth. Dia bisa saja menunjukkan bahwa hukum Taurat itu tidak begitu spesifik, bahwa Dia sendiri, bukanlah seorang dokter yang mencari upah tambahan dengan bekerja lembur pada hari Sabat dan melakukan prosedur-prosedur medis yang semestinya dapat ditunda sampai esok hari. Demikian pula, laki-laki yang disebuhkan itu bukan seorang pekerja yang sedang mencari uang tambahan dengan membawa sebuah tilam pada hari Sabat. Jawaban apa pun seperti ini pasti akan dibantah dengan perdebatan sengit, tetapi bukan dengan tuduhan penghujatan.
Jawaban Yesus justru mengejutkan. Yesus berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (5:17). Mengapa mengejutkan? Paling tidak, terdapat dua latar belakang yang dapat menolong kita memahami implikasi-implikasi dari pernyataan Yesus[9], yaitu:
v “Keanakan” (Sonship) sangat sering merupakan sebuah kategori fungsional di dalam Alkitab. Oleh karena mayoritas anak laki-laki pada akhirnya melakukan apa yang aya mereka lakukan, maka terdapat asumsi kultural “bapak dan anak sama saja”. Yesus banyak memakainya dalam Ucapan-ucapan Bahagia: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mt. 5:9). Idenya: Allah adalah Sang Pembawa Damai Tertinggi, sehingga setiap orang yang membawa damai dalam hal ini disebut seperti Allah, dan sampai pada taraf tertentu merupakan “anak” Allah. Pemikiran ini juga yang ada di belakang nama-nama seperti: “anak Belial” [kesia-siaan] dan “anak penghiburan”. Asumsi Kulturalnya (implisit) adalah orang yang disebut dengan nama yang demikian tidak berharga atau begitu menghibur sehingga ayahnya pastilah “ketidakberhargaan atau penghiburan”. Jadi ketika Yesus menyatakan bahwa “Bapa”-Nya “bekerja sampai sekarang”, Dia secara implisit mengklaim diri-Nya sebagai Anak Allah, dengan hak untuk mengikuti pola pekerjaan yang Allah sendiri tetapkan.
v Pihak otoritas Yahudi abad pertama masuk ke dalam perdebatan-perdebatan teologsi yang berkepanjangan mengenai apakah Allah melaksanakan hari Sabat. Pihak yang satu mengiyakannya, sedangkan pihak yang lain menyangkalnya. Pihak yang kedua ini berargumen bahwa jika Allah berhenti dari semua pekerjaan-Nya pada hari Sabat, maka karya pemeliharaan-Nya akan terhenti, dan alam semesta ini akan hancur. Meskipun demikian, pihak yang pertama tampaknya lebih dominan untuk dianut. Mereka berargumen sebaliknya, bahwa karena seluruh alam semesta ini adalah tempat kediaman Allah, dan karena Dia lebih besardaripada apa pun di dalam alam semesta ini, maka tidak pernah dikatakan bahwa Dia mengangkat apa pun melebihi kedua bahu-Nya sendiri. Dia tidak melakukan pekerjaan apa pun pada hari Sabat yang melanggar halakhoth. Jadi Dia melaksanakan hari Sabat (sehingga pemeliharaan-Nya tetap berlangsung), tetapi Dia tidak “bekerja” dengan cara yang melanggar hari Sabat.[10] Perlu digarisbawahi bahwa ini adalah jalan keluar yang hanya berlaku bagi Allah saja.
Berdasarkan latar belakang pemahaman di atas, Yesus mengklaim diri-Nya bekerja pada hari Sabat karena Allah adalah Bapa-Nya, dan secara implisit, Dia adalah Anak yang mengikuti jejak langkah Bapa-Nya dalam hal ini. Poinnya adalah bahwa meskipun seseorang disebut dapat disebut anak Allah karena, misalnya, membawa damai, tetapi tidak ada seorang pun yang boleh disebut anak Allah dalam segala hal, yaitu karena mereka tidak menyerupai Allah dalam segala hal.[11] Orang-orang Yahudi mengakui bahwa “jalan keluar” yang hanya berlaku bagi pekerjaan Allah pada hari Sabat berkaitan dengan transendensi Allah, dan hanya berlaku bagi Allah.
Oleh karena itu, ketika Yesus membenarkan pekerjaan-Nya pada hari Sabat dengan merujuk kepada Allah sebagai Bapa-Nya, pernyataan tersebut begitu mengejutkan. Sekarang, Yesus bukan hanya melanggar hari Sabat, orang-orang Yahudi berpikir, “tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah” (5:18).
3. Apa maksud Yesus?
Jika orang-orang Yahudi menganggap Yesus sebagai penghujat karena menyamakan diri-Nya dengan Allah, apakah memang demikian yang dimaksudkan Yesus?
Dapat dipastikan bahwa memang demikianlah yang dimaksudkan Yesus. Meskipun demikian, di dalam bagian ini kita melihat suatu proklamasi yang seimbang antara aspek keilahian Yesus dan aspek subordinansi-Nya. Menurut Craig L. Blomberg, respons Yesus terhadap keberatan orang-orang Yahudi (5:19-47) dapat dikategorikan menjadi dua topik besar, yaitu:
v Dalam 5:19-30, Yesus sedang menekankan tentang fungsi subordinansi Yesus;
v Dalam 5:31-47, Yesus menekankan tentang kesehakikatan-Nya dengan Bapa.
Blomberg melanjutkan bahwa perikop ini merupakan balance antara kesamaan ontologis/hakikat Yesus dengan Bapa dan ketaatan subordinansial-Nya.[12] Pendapat senada juga diungkapkan Leon Morris, bahwa baik ketaat Yesus kepada Bapa maupun implikasi tentang keilahiannya dalam bagian ini jangan sampai diabaikan.[13]
Konklusi
Melalui pembahasan di atas, jelas bahwa Yesus pernah memproklamirkan diri-Nya sehakikat dengan Bapa. Hal itu berarti, penolakkan terhadap ketuhanan Yesus berdasarkan alasan bahwa Ia tidak pernah menyatakan diri-Nya sebagai Allah, tidak benar. Ternyata, Yesus pernah melakukannya dan itu bukan hanya sekali.
Lalu, mengapa proklamasi Yesus tentang identitas keilahian-Nya “kabur” bagi kita saat ini.
Pertama, karena kita asing terhadap setting historis Injil dan olehnya kita perlu belajar. Ingat bahwa mereka (Yesus dan orang-orang se-zaman-Nya) bertutur dalam suatu konteks tertentu. Suatu konteks yang sangat kompleks. Disebut kompleks karena konteks mereka merupakan perpaduan antara kondisi politis, sosial, budaya, ekonomi, dan harapan-harapan religious, yang tidak familiar bagi kita.
kedua, bahwa memang kepada kita tidak dibukakan pengertian yang demikian (bnd. Mt. 13:10-17; 16:17).
ketiga, kita sebenarnya tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolak ketuhanan Yesus, tetapi kita menindas kebenaran tentang Yesus yang diberitakan kepada kita.
Bagaimana dengan saudara?
- Mirandola's blog
- 6363 reads
Asyik Nih Pak Mirandola
Asyik nih Pak, akhirnya diposting juga hasil siarannya di radio, ada versi audionya gak Pak? :)
Sekadar usul Pak, pemilihan font untuk tulisan Bapak jangan yang aneh-aneh karena tidak setiap komputer punya font yang sama dengan komputer Bapak, jadi tampilannya bisa beda bahkan "mawut". Cukuplah jika tulisan itu nyaman dimata dan jelas.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
perlu panduan
Kayaknya pak Deky ini gak sadar, Ri, kalo tulisannya "mawut" diliat pake komputer orang lain, karena sepertinya dia copy paste langsung dari MS Word, begitu kan pak?
Sepertinya admin harus segera menerbitkan panduan & tips2 penulisan nih, maksudnya secara teknis. Kalo utk panduan content kan udah lumayan lengkap, bahkan udah ada banyak yg ikut jadi "polisi" juga. Nah utk teknis ini yg belum ada policy maupun polisinya...
monggo...
Emang Iya, "mawut" gimana maksudnya?
Dear all,
Emang iya. Kayaknya di komputer saya tampilannya ok! "Mawut" gimana tuh? apa soal tampilannya atau font Hebrew ama Greek-nya yang gak kelihatan di komputer kalian? Kalau soal tampilan, khan udah saya bilang: "saya amateur". Kalau soal fontnya yang gak terbaca, komputer kalian yang perlu di upgrade font-nya. gimana?
Thanks untuk responsnya!
Pakai Font Yang Umum Aja Pak
Kalau mau tetap pakai font pilihan sendiri, pakai yang umum aja pak, yang kemungkinan semua komputer punya, semisal Verdana, arial, Times New Roman, Tahoma, dsb. Biasanya yang enak dibaca untuk tampilan situs pilih font Verdana ataupun Tahoma. Di komputer saya, tulisan Anda banyak yang kecil-kecil susah untuk dibaca, teruatama bagian akhir.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Versi Audio? Ada. Berminat?
Versi audionya ada, tapi jumat ini baru bisa di ambil. biasanya seminggu sesudah on air baru mereka kirimkan audionya. Berminat?
Thanks
Mau Donk Pak Kalau Ada
Mau donk Pak kalau ada, aku senang dengan pembahasan masalah Ketuhanan Yesus, karena banyak kali dapat email yang aneh-aneh yang membicarakan masalah Ketuhanan Yesus, tambah referensi jawaban.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Oke!
Oke, akan saya kabarin kalau audio file-nya udah ada.
Keep in touch!