Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kisah Yudit
Orang Yahudi yang terbiasa mendengar ungkapan "Nebukadnezar Raja Babel" dari kitab 2 Raja-raja, Yeremia, dan Yehezkiel di Sinagoge, akan langsung mengetahui bahwa kalimat "Nebukadnezar yang menjadi raja orang-orang Asyur di Niniwe" merupakan kalimat pembuka sebuah cerita khayalan. Atau paling tidak penulisnya ingin mengingatkan pembaca bahwa ini hanya sekedar cerita yang sedikit diilhami oleh sebuah kisah nyata.
"Nebukadnezar yang menjadi raja orang-orang Asyur di Niniwe" merupakan kalimat pembukaan kitab Yudit yang merupakan salah satu kitab dalam Alkitab Deuterokanonika, atau lebih dikenal sebagai Alkitab Katolik. Kitab-kitab yang biasanya diletakkan di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Begitu banyak penyimpangan sejarah dan geografi dalam kitab Yudit ini, sehingga hanya sedikit sarjana yang meragukannya sebagai sekedar fiksi. Beberapa orang menganggap 'penyimpangan' ini sengaja dilakukan untuk memberi tahu pembaca bahwa "jika ada kesamaan nama dan tempat, maka ini terjadi karena faktor kebetulan." Kitab ini banyak mengandung anakronisme sejarah, artinya banyak sekali ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan peristiwa dan waktunya.
Kitab ini bercerita tentang kemenangan bangsa Yahudi, sebuah kemenangan berkat seorang bernama Yudit, seorang wanita yang memenggal kepala pemimpin pasukan musuh. Membaca kitab ini membuat orang teringat kitab Ester, sama-sama bercerita tentang kehancuran musuh oleh seorang wanita cantik luar biasa.
***
Nebukadnezar mengalami kemenangan yang luar biasa dan menaklukkan kerajaan-kerajaan di bumi. Lalu dalam tahun kedelapan belas kekuasaannya, tersiarlah kabar bahwa ia hendak menghukum seluruh bumi. Ia mengirim jenderalnya, Holofernes untuk menghukum wilayah yang telah menolak titahnya. Jenderal ini menghancurkan satu per satu daerah tersebut sehingga akhirnya mulai menyerang bangsa Yahudi dengan mengepung Betulia, sebuah kota berkubu.
Setelah sebulan lebih, warga yang sengsara karena pengepungan menuntut pemimpin mereka untuk menyerahkan diri. Di sinilah Yudit, seorang janda cantik dan kaya masuk ke dalam cerita. Ia menegur orang-orang karena tidak percaya kepada Allah. Dan berjanji, dengan pertolongan Allah akan membebaskan Betulia.
Setelah berdoa dan memohon berkat Allah, Yudit mulai melaksanakan rencananya. Banyak yang mempertanyakan nilai moral doa Yudit ini. Doa meminta Allah memberkati akal bulusnya. Walaupun demikian, banyak juga yang membenarkan janda ini, karena apa yang dilakukannya adalah untuk membela diri dan membela orang-orangnya terhadap penyerang yang tidak mengenal belas kasihan. Menurut mereka, Yudit hanya bertindak sebagai alat Tuhan, dan Ia memberkati apa yang dilakukan ini; Allah bekerja melalui kekejaman dan peperangan merupakan hal yang biasa terjadi dalam Perjanjian Lama.
Kembali ke cerita Yudit, ia membuka kain kabung yang dipakainya, menanggalkan pakaian janda, lalu mandi. Mengurapi diri dengan minyak wangi yang terbaik, merias wajah serta mengenakan pakaian terbaik yang selalu dipakai sewaktu Manasye, suaminya masih hidup.
Ia mengambil kasut dan memasang segala macam perhiasan. Janda ini berubah menjadi seorang wanita yang tampak cantik sekali. Seperti yang digambarkan oleh penulis kitab Yudit: "Maka ia tampak cantik sekali, sehingga membujuk mata semua orang laki-laki yang melihat dia." (Yudit 10:4) Lalu bersama dengan dayangnya masuk ke kamp tentara yang sedang mengepung kota.
Rasanya lebih jelas melihat hasil copy-paste ceritanya dari Alkitab Elektronik-nya LAI :
Penjaga menahan Yudit lalu bertanya: "Pihak manakah engkau? Dari mana engkau datang dan ke mana engkau mau pergi?"
Sahutnya: "Aku ini seorang perempuan Ibrani. Aku melarikan diri dari mereka, karena tidak lama lagi mereka akan diserahkan menjadi mangsa kamu. Aku ingin menghadap Holofernes, panglima besar bala tentaramu, untuk memberitahukan kebenaran kepadanya dan menunjukkan jalan yang harus ditempuh untuk menguasai seluruh pegunungan tanpa kehilangan satu orang atau satu jiwa yang hiduppun antara anak buahnya."
Tercengang-cenganglah mereka atas kecantikan Yudit dan mereka menakjubi orang-orang Israel karena dia. Berkatalah mereka satu sama lain: "Siapa gerangan akan menghina bangsa yang memiliki perempuan secantik itu di tengah-tengahnya? Dari sebab itu tidaklah baik meninggalkan seorang laki-laki saja dari antara mereka. Yang masih hidup kelak kiranya mengakali seluruh bumi!"
Ketika Yudit tiba di hadapan Holofernes serta para pejabatnya, maka mereka sekalian takjub atas kecantikan parasnya. oleh hamba-hambanya.
Holofernes bergembira atas Yudit dan minum amat banyak air anggur. Bahkan sebanyak itu belum pernah diminumnya pada satu hari sepanjang seluruh umur hidupnya. (Yudit 10:12,13,19,23)
Singkat cerita, pada hari keempat, Holofernes tertidur karena mabuk, Yudit dalam hati berkata: "Ya Tuhan, Engkau Allah Yang Mahakuasa, sudilah kiranya dengan rela memandang pekerjaan tanganku pada saat ini yang akan menjadi keluhuran Yerusalem.
Cerita pembunuhan itu ditulis dalam Yudit 13:7-8:
Didekatinyalah pembaringan itu, dipegangnya rambut kepala Holofernes lalu berkatalah ia: "Ya Tuhan, Allah Israel, kuatkanlah aku pada saat ini." Maka diparangnya tengkuk Holofernes sampai dua kali dengan segenap kekuatannya dan begitu dipenggalnya kepalanya.
Yudit lalu meninggalkan kamp, penjaga telah mengenalnya sehingga tidak memeriksa tas yang sekarang sudah disisi kepala orang nomor dua setelah Nebukadnezar. Tanpa pemimpin, pasukannya yang sedang melakukan pengepungan ini tercerai berai.
***
Pemandangan pembunuhan ini sangat populer bagi para seniman abad pertengahan maupun seniman jaman renaisance. Lucas Cranach melukiskan ekpresi tak bersalahnya Yudit yang kontras sekali dengan ekspresi kepala Holofernes yang sudah terpenggal.
H. Neil Richardson dalam komentarnya terhadap kitab Yudit ini berkata:
Kitab ini tidak diakui sebagai kitab suci oleh orang Yahudi, walaupun demikian, kitab ini termasuk dalam Septuaginta, yang menjadi Alkitab Perjanjian Lama. Kitab Yudit juga tetap ada dalam Perjanjian Lama-nya Roma Katolik, meskipun para reformator Protestan menempatkannya sebagai apokrifa.
Kesulitan yang dialami oleh orang Yahudi pada masa itu membuat banyak orang Yahudi yang akhirnya menerima cara hidup Yunani. Tetapi ada juga yang tetap setia pada tata cara dan aturan agama Yahudi. Menurutnya, penulis kitab Yudit termasuk kelompok terakhir ini, menulis untuk memberi semangat kepada pembacanya untuk tidak terpengaruh budaya Yunani dan agama bangsa kafir serta tetap setia kepada Allah Israel.
Banyak orang yang mengkritik masalah moral dalam kitab ini, 'mencapai tujuan menghalalkan segala cara'. Tujuannya: mulia -- menyelamatkan orang Yahudi. Caranya: menggunakan akal bulus, godaan nafsu, pembunuhan, serta berdoa sepanjang waktu untuk berkat Allah untuk mencapai tujuan mulia ini -- Sebuah dilema moral.
Kitab Yudit termasuk dalam apokrifa, e-bible dalam salah satu halaman FAQ-nya menjawab tentang apokrifa ini:
Apokrifa berisi tambahan sejarah yang sangat menolong untuk mengerti Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bahkan bagi yang tidak menganggapnya se-level dengan ke-66 buku yang diakui oleh orang Kristen sebagai kitab yang diinpsirasikan Roh Kudus. Gereja memiliki pendapat yang beragam tentang apokrifa, beberapa berkata itu baik untuk dibaca, asal jangan dipakai sebagai dasar membangun doktrin; Beberapa membangun doktrin atasnya, dan beberapa menghindarinya.
***
Ini hanya sebuah blog yang kutulis untuk mengisi akhir pekan ini, apa yang kutulis bukan pendapatku sendiri, aku hanya menulis apa yang kudapat dari sebuah buku berjudul 'The Minor Prophets and the Apocrypha' sebuah komentar Alkitab untuk kaum awam, yang terkenal dengan sebutan Interpreter's Concise Commentary.
- anakpatirsa's blog
- 10234 reads
Saya sudah beberapa kali membaca kitap Yudit, Luar biasa ...
Selamat Bergabung Partisimon Partogi
Partisimon, selamat bergabung di pasar Klewer atau Sabdaspace, komunita blogger Kristen. Semoga anda betah di sini dan mulai buka counter anda sendiri sehingga pasar ini semakin ramai.
Anak Partisa, akhir-akhir ini setiap kali anda mengunduh tulisan baru saya hanya bisa memberi komentar "Enother one From Anak Partisa!" Karena tulisan-tulisan anda itu adalah hal-hal yang sudah saya jadwalkan untuk dipelajari lebih mendalam. Tulisan-tulisan anda selain memberi arah juga membuat saya menghemat waktu untuk mempelajarinya. Terima kasih Sahabat.
Kisah Yudith memang luar biasa, namun seperti yang ditulis oleh anak partisa,
Begitu banyak penyimpangan sejarah dan geografi dalam kitab Yudit ini, sehingga hanya sedikit sarjana yang meragukannya sebagai sekedar fiksi. Beberapa orang menganggap 'penyimpangan' ini sengaja dilakukan untuk memberi tahu pembaca bahwa "jika ada kesamaan nama dan tempat, maka ini terjadi karena faktor kebetulan." Kitab ini banyak mengandung anakronisme sejarah, artinya banyak sekali ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan peristiwa dan waktunya.
Partisimon, menurut saya mustahil menyejajarkan Yudit dengan Daud. Yang satu adalah kisah fiktif, yang lain adalah kisah nyata.
Anakpartisa, jemaat Katolik tidak pernah menganggap kitab Yudit sebagai kitab suci. Selama ini ada kesalah pahaman dari jemaat protestan bahwa jemaat Katolik menganggap kitab-kitab Apokrifa sebagai kitab suci. Itu tidak benar sama sekali. Kitab-kitab apokrifa atau Deoterokanonika bukan kitab suci.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Hanya Iseng