Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kembang Api
Dulu semasa kecilku, aku sangat senang memainkan permainan yang satu ini. Apalagi pada saat-saat bulan puasa -ketika puluhan bocah berkumpul di tanah kosong samping rumah sehabis berbuka puasa. Menikmati hembusan angin di bawah langit malam yang mulai gelap sambil berlarian kesana kemari. Terngiang di telinga aku tawa renyah bocah-bocah yang tak pernah kehabisan alasan bergembira. Ketika matahari sudah mulai mengalah pada gelapnya malam, mulailah kami mengeluarkan batang-batang kawat yang sebagian besar dililit semacam pasir. Setengah merengek aku akan merajuk supaya ibu berkenan menyalakan korek api dan membakar ujung kawat itu.
... dan ...
wuss....
Percikan api jingga campur merah mulai menari-nari di ujung kawat yang kupegang. Girang campur takut -itulah perasaanku kala itu. Girang melihat indahnya percikan api warna-warni, dan takut terbakar oleh api itu. Indah sekaligus menegangkan. Mata aku tak berkedip memandangnya, berharap keindahan itu tetap ada di hadapanku. Keindahan yang hanya dapat kutatap, namun tak pernah dapat kudekap. Namun, kembang api itu tak bertahan lama. Tak sampai lima menit api itu mulai padam ketika hampir semua pasir sudah terbakar. Tatkala kembang itu sudah hilang sama sekali, bocah serakah bernama Nita ini akan merajuk pada ibu meminta dibelikan lagi. Ibu biasanya akan menolak permintaanku dengan alasan tidak baik bermain di luar hingga malam. Ia akan membawaku masuk ke dalam rumah bersama dengan keinginan melihat kembang api itu lagi.
Pernah aku bertanya pada Ibu. Mengapa aku tak boleh menyaksikan keindahan kembang api itu seterusnya. Ibu dengan bijaknya mengatakan bahwa itu tidak mungkin, dan memintaku puas dengan mengenang indahnya. Sebuah nasihat bijak yang tidak dapat diterima oleh makhluk kecil yang lebih dikendalikan keinginan untuk menggenggam. Maka ketika ibu membelikan lagi sebatang kembang api dan menyalakannya buatku, aku mencoba menahannya supaya tidak mati dengan kedua tanganku. Alhasil, bukannya memiliki keindahan abadi, malah tangan mungil itu melepuh karena panas.
Ternyata mencintai bukan selalu mendekap. Indahnya memandang dari jauh, tidak selalu sejalan dengan nikmatnya sebuah kepemilikan. Terkadang mencintai adalah mengagumi dari jauh, menikmati keindahannya, mensyukuri rasa bahagia yang membuncah, dan mendoakan keindahan itu agar tetap lestari dalam kenangan. The best way to love is to let it go...
- clara_anita's blog
- 6118 reads
Nita.. indahnya kembang api...
Dear Nita..
Ternyata mencintai bukan selalu mendekap. Indahnya memandang dari jauh, tidak selalu sejalan dengan nikmatnya sebuah kepemilikan. Terkadang mencintai adalah mengagumi dari jauh, menikmati keindahannya, mensyukuri rasa bahagia yang membuncah, dan mendoakan keindahan itu agar tetap lestari dalam kenangan.
Nita mengungkap rasa dengan tulisan tidak gampang namun kamu merangkainya dengan indah. Kalimat diatas adalah kata-kata yang ingin kutuliskan beberapa hari ini, untuk mengungkap cinta kepada Clair tersayang.. ketika harus melepasnya sekolah ke seberang..
@Joli: mengingatkanku pada ibu...
Kecil disayang-sayang
besar sedikit pada 'ngilang'
Itu kalimat favorit ibu saya ketika ditinggal ketiga anaknya demi aktivitas masing-masing. Ibu tak pernah mau jauh dari anak-anaknya. Beliau bahkan melarang saya melanjutkan studi atau belajar di luar kota supaya tetap bisa menemaninya. Hingga baru-baru ini ketika saya berpikiran tak kan selamanya saya dapat menemai ibu, saya katakan padanya bahwa kami sudah beranjak besar, tak selamanya bisa ibu timang seperti kala kami masih bayi dulu. Kami butuh tumbuh dan belajar; dan untuk itu ibu harus merelakan kami terbang menjauh darinya....
Sampai saat ini saya pun masih berusaha membuat ibu mengerti
^^
GBU
Habis 100rb
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
OH PANTESAN
GEDENYA JADI PREMAN.
GBU
@JF: pelampiasan ya :P
JF,
Duh senang ya...
Pertanyaan saya:
Jadi yang main kembang api dan petasan malahan papanya ya? he.. he..
Selamat ya,
akhirnya impian masa kecil terwujud juga :)
memang
anak bisa membuat kita melakukan hal-hal yang mungkin dulu terlewatkan saat kita masih kanak-kanak
:)
GBU
OH PANTESAN
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
IDIH PEMBUNUH
NGAMBEK LAGI NIH.
WADUH PREMANNYA KABUR.
KALO GITU BUKAN PEMBUNUH DEH, JANGAN - JANGAN BANCI NJH,
GBU
Edy & JF
Ya ampun, Edy & JF ini gimana toh, dimana-mana berantem kayak anjing n kucing aja sih.
Kasihan tuh Tuan rumah. Mana sopan kalian?
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
nggak tahu tuh
NGGAK TAHU MAUNYA APA,
SENTIMEN KALI DIA.
GOBLOKIN ORANG BISANYA.
TIDAK ADA SANTUNNYA.
TIDAK MAU TERIMA PERBEDAAN.
KOMENTAR KOK KASAR.
COBA YANG BACA NILAI SENDIRI DEH.
BUAT SEMUANYA SAYA MINTA MAAF.
GBU
mencintai bukan hanya untuk orang saja kan?
Daniel Zacharias
@daniel: betul...
Betul sekali Pak Daniel,
Kalau saja semua orang berpikiran seperti Pak Daniel, pasti bumi jadi lebih hijau dan cantik...
^_^
GBU
Anita
Cobain Sendiri
@rusdy: wah... kita senasib ^ ^
Petasan
@Anita, mencintai tidak harus bersatu
Nit, sepotong syair lagu percintaan yang tak sampai itu, jika tak salah ditulis oleh Ebiet, langsung terngiang ketika saya sampai di kalimat,-
Terkadang mencintai adalah mengagumi dari jauh, menikmati keindahannya, mensyukuri rasa bahagia yang membuncah, dan mendoakan keindahan itu agar tetap lestari dalam kenangan. The best way to love is to let it go...
To let it go is not the best way to love, kecuali ini memang satu-satunya pilihan daripada frustasi atau menyanyikan lagu "cinta yang terlarang".
Jangan berhenti menemukan someone special yang bersamanya kamu dapat saling membagi, saling menguatkan, dan saling memiliki.
Apakah saya telah salah menafsirkan kalimat itu? Mudah-mudahan. Tetapi entah mengapa saya sayup mendengar tembang asmaradana di dalamnya.
Salam,
@Pak Pur: Wah... Bapak memang benar-benar hebat :)
Kukecup keningmu
bukan hanya ada di dalam angan
esok pagi kau buka jendela
kan kaudapati setangkai kembang merah..
Apakah lagu Ebiet yang itu yang pak Pur maksudkan?
Pak Pur memang hebat membaca makna di balik kata-kata yang tersurat.Saya jadi tersipu-sipu nih ^_^
Tembang asmaradana itu memang sudah terlantun, tapi belum menyasar pada seorang pun :( Mungkin karena belum ada niat untuk mencari...
Hanya menunggu saat yang tepat. Saat saya sudah benar-benar siap menatap indahnya kembang api itu tanpa dikuasai keinginan untuk menggenggam :)
termia kasih pak
GBU
anita
Mencintai lebih dari semuanya
@Lina: Yes... I am in love...