Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kebenaran Mimpi
Mengapa mimpi itu terus datang menganggu tidur malamku, mengapa dari hari ke hari harus ada mimpi itu..., hush...hush...mimpi sana pergi, ganggu saja gadis-gadis lain, jangan aku.
-0-
Sonya mengatur tempat tidurnya, ia siap untuk mengakhiri harinya dengan meletakkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang yang empuk, "ahhh...selesai sudah hari ini, mudah-mudahan malam ini mimpi itu tidak datang lagi" gumamnya dalam hati.Sonya rupanya takut akan mimpi yang ia alami setiap hari dan bila mimpi itu hadir lagi maka akan genaplah sebulan mimpinya. Sebelum terlelap, Sonya memanjatkan rasa syukurnya dalam doa malam, dan tak lupa ia meminta untuk di jauhkan dari mimpi yang menganggunya akhir-akhir ini atau paling tidak ada suatu tanda dari arti mimpinya. Tetapi ah lihatlah, Sonya terbangun lagi dari tidur malamnya, ia menangis tiada henti, dan kembali ia memanjatkan doa supaya mimpi itu tidak menjadi kenyataan.
-0-
"Mel...", Sonya berteriak memanggil Mela sahabatnya yang sedang duduk di kantin dekat fakultas mereka."Apaan lu, ngagetin aja"jawab mela sambil nimpuk Sonya dengan kuaci yang sedang ia makan. "Mel, gue mimpi lagi tadi malam, mimpi yang sama lagi mel", Sonya mengguncang-guncangkan pundak Mela. "woii, santai sis.., tenang aja..., tarik nafas dulu fren..", Mela mencoba menenangkan Sonya. "Mel, kali ini gue serius, gue akan membuktikan mimpi gue, benar atau salah perlu pembuktian. Elo ikut gue ke rumah ya, kita buktikan mimpi gue itu", Sonya menyambar es jeruk manis kecut punyanya Mela."ya ile..keki sih keki, tapi pesan ndiri dong minuman lu, situ beres apa nyamber minuman gue..", gerutu Mela menggoda sambil memesankan es jeruk kegemaran mereka. Setelah es jeruknya datang, Sonya menyeruputnya dengan buru-buru sambil melanjutkan lagi pembicaraannya yang terpotong, "Mel, nggak lucu lah kalau setiap hari gue harus mimpi yang sama, dan tadi malam sudah genap sebulan, gue menderita banget, gue harus buktikan apakah bokap memang selingkuh dengan mona , orang yang tinggal bareng dengan keluarga gue dan yang sudah di anggap anak sendiri sama bokap dan nyokap, dan gue sendiri pun udah anggap dia adik gue", Sonya mengatur nafasnya menahan emosinya yang meluap. "Wah bilang ke mimpi lu, selamat ulang tahun ya yang ke sebulan", ledek Mela. "Nggak lucu, ya sudahlah terserah, kalau nggak mau bantu gue, ya nggak apalah., gue nggak perlu elu", Sonya meninggalkan sahabatnya, ceritanya sih dia berharap akan disamperin. Mela membayar makanan dan minumannya terlebih dahulu dan melangkah menuju pelataran parkir, menjalankan mobilnya, dan menunggu Sonya di halte depan fakultas mereka, tempat biasa Sonya menunggu jemputan supir papanya, "Sonya, ayo naik, tadi gue sudah ketemu supir lu dan gue suruh elo di tinggal aja karena sebenarnya gue mau ajak lu cari boneka tangan buat tugas cerita anak" Sonya tersenyum, ah Mela dia emang suka mempermainkan perasaan orang. "wah udah tepat kalau elo ke rumah gue, banyak tuh gue boneka tangan, semester lalu kan gue udah pernah ambil cerita anak, elo sih nggak mau ambil kuliah itu bareng gue.." celoteh Sonya memecah kebekuan. "Ya ile mentang-mentang udah mau selesai kuliah nya , sombong nih, elo tau ndiri sahabat lu ini, banyak kuliah yang harus gue ulang, sorry ya..kalau elo harus punya sahabat oot kayak gue dan sorry juga gue nggak bisa wisuda bareng elo", hmmm...Mela memasang strategi ngambek juga. "Ok, score ngambek kita 1-1".Mela tetap memasang muka cemberut. "Mel, udah nggak usah cemberut, dengerin strategi gue ya, rencananya gue mau bongkar kamarnya Mona, gue mau cari bukti di kamar itu". Mela mengernyitkan dahinya, "lha elo yakin dengan strategi elo, gue takutnya malah memperparah keadaan, seperti yang sebelumnya gue pernah bilang, gue takutnya mimpi elo selama ini hanya karena kecemburuan perhatian bokap lu sama mona aja, kan elo anak bungsu yang mendadak selama 3 tahun ini elo punya "adik"baru jadinya elo masih belum bisa nerima gitu, elo kan pernah bilang kalau elo sempat nggak suka waktu bokap lu banggain adik baru elo itu di depan teman-temannya karena elo di jadikan bahan pebandingnya, masih inget kan elo" Mela mengingatkan cerita lama ini ke Sonya. "Mel, percaya deh, gue mimpi yang sama selama sebulan ini bukan karena gue cemburu, ya gue akuin kalau gue nggak senang dibanding-bandingkan dengan Mona, seperti halnya gue ke kakak gue sendiri, gue juga ngak suka di banding-bandingkan, gue tau semua orang nggak akan percaya dengan mimpi gue, termasuk gue sendiri, makanya gue mau buktiin..., sekali lagi gue bilang ke elo Mel, kalau gue mau buktikan mimpi gue ini benar atau salah, bukan nya gue yakin kalau mimpi gue ini benar, catet ya..".Pembicaraan mereka akhirnya berhenti karena mobil Mela akhirnya mendarat dengan aman di depan rumah Sonya.
"Yuk Mel, masuk, tenang aja rumah sepi, bokap nyokap di kantor, Si Sinyo kakak gue sudah sejak sebulan lalu tinggal di rumah kita yang satu lagi katanya sih biar konsenstrasi sama kerjaannya, dan Mona lagi ikut kursus sekertaris, so rencana kita aman, cuma ada Mbak Nah aja, yuk..", Sonya menarik Mela untuk masuk rumahnya, dan mereka akhirnya membongkar kamar Mona yang memang tidak terkunci, dan hal itu di ketahui oleh mbak Nah pembantunya Sonya, dan mbak Nah menunggu di depan kamar Mona. "Mel, dapat nih, bukti transfer sekian banyak ke orang tuanya Mona di kampungnya, dan ini ada surat juga, kalau dia bilang mau transfer lagi, wah baik banget ya bokap gue ini, boleh dong gue curiga, nanti gue tanya nyokap deh apakah dia tau soal transferan ini". Mereka akhirnya membereskan semua yang berantakan di kamar Mona ke tempat asalnya lagi dan pergi meninggalkan kamar itu. Mbak Nah masih menunggu di depan kamar Mona. "Mbak Sonya, jadi mbak Sonya curiga ya sama Bapak dan mbak Mona?" suara mbak Nah mengagetkan mereka. "hm...hm...curiga apaan, aku nggak ngerti maksudnya mbak Nah, tadi aku Cuma ngambil CD ku yang di pinjam Mona", Sonya berusaha menutupinya."Mbak Sonya, sudahlah ,Mbak Nah yakin kalau mbak Sonya curiga, besok rencananya Mbak Nah mau pulang kampung, Mbak Nah nggak tahan dengan semuanya ini, Mbah Nah nggak tega lihat ibu, mas Sinyo, dan mbak Sonya", Mbak menangis sesegukan, dan akhirnya berceritalah Mbah Nah, kalau secara diam-diam Mbah Nah sudah tau perselingkuhan itu, hal itu membuat Sonya dan Mela bengong seribu bahasa.
Setelah menenangkan diri akhirnya Mela pamit pulang. Tinggallah Sonya dan Mbak Nah mengatur siasat untuk memberitahukan hal ini ke mamanya Sonya, walau Sonya yakin kalau mamanya tidak akan percaya begitu saja, dan akhirnya strategi baru pun sudah di tetapkan, nanti malam Sonya akan bicara dengan mamanya, dan akan membuktikan perselingkuhan itu dengan mata kepala sendiri bersama mamanya. Pembuktian mimpi sudah dilakukan, sekarang tinggal meledakan "bom" nya.
"Ma, gimana, besok pagi kita buktikan?", begitulah pinta Sonya kepada mamanya setelah ia membicarakan mimpinya dan kesaksian Mbak Nah itu, tetapi mamanya tetap menolaknya.Akhirnya Sonya merasa tersisih karena menganggap mamanya sendiri tidak mempercayainya, dan ia pun akhirnya sibuk dengan kuliahnya yang tinggal sebulan lagi. Tekadnya bulan depan setelah urusan kuliah selesai, suka atau tidak suka dia akan memaksa mamanya untuk memecahkan "bom" yang sudah siap meledak kapan saja.
Akhirnya waktu yang ditentukan tiba, kuliahnya selesai sudah dan gelar Sarjana Sastra sudah di tangan, dengan rasa percaya diri di mulailah adegan yang mendebarkan itu. Sonya dan mamanya membuktikan perselingkuhan itu dengan mata kepala mereka sendiri, dan sebagai akibat dari ledakan bom itu, papanya mengusir Sonya dari rumahnya, dan Sonya melarikan diri ke luar dari kota J yang membuatnya sumpek dan pergi melamar kerjaan di kota S yang sama sekali tidak ada sanak saudara di sana dengan kata lain dia akan sendirian di kota itu. Mama dan kakaknya melarangnya bahkan kakaknya pun bilang bahwa dia sudah mengetahui perselingkuhan itu sudah lama karena kebiasaan kakaknya yang kerja sampai subuh menyebabkan dia mengetahuinya karena perselingkuhan itu terjadi dini hari saat orang rumah masih terlelap, makanya kakaknya itu tidak mau tinggal satu rumah dengan keluarga tetapi dia tidak mau memecahkan bom itu, biarlah bom itu pecah tanpa harus dipecahkan. Hal itu membuat Sonya semakin merasa bersalah, tetapi apa boleh buat kebenaran mimpi harus dibuktikan.
-0-
Dua belas tahun berselang dari kejadian itu,
Sonya sedang membereskan file-filenya yang berantakan, tiba-tiba ia membaca suatu cerita yang ditulisnya dulu, Ia pun bergumam," ah kisah ini, untunglah aku pernah mengalami peristiwa hebat ini peristiwa perselingkuhan ayah dengan orang yang dianggap adik, bila tidak, mungkin aku tidak pernah bisa mandiri seperti sekarang ini dan mungkin masih jadi gadis manja yang semuanya sudah tersedia, bila tidak, mungkin aku tidak pernah tau betapa sulit memaafkan dan betapa leganya memaafkan, bila tidak, mungkin aku tidak akan pernah tau memahami doa bapa kami "ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami", bila tidak, mungkin aku tidak akan memiliki suami seperti sekarang ini hasil seleksi dari banyak lelaki yang mengaku setia, bila tidak, mungkin aku tidak akan pernah tau kasih yang begitu besar dari seorang ibu yang disakiti suaminya, bila tidak, mungkin aku tidak pernah tau kasih seorang kakak yang sangat melindungi adiknya yang sedang menyelesaikan kuliah akhirnya saat itu, bila tidak, bila tidak, aahhhhhhhh... bila tidak". Masih banyak yang belum sempat di ucapkan oleh Sonya, tetapi yang jelas ia sangat bersyukur dengan semua yang pernah ia alami.
- Louise M's blog
- 6788 reads
Dalam segala masalah Allah selalu ada bersama kita.