Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Jika Harus Menumpang ....
Mulanya aku menulis ini hanya untuk komentar saja di kiosnya KEN. Tapi hasilnya malah terlalu panjang. Aku pun memutuskan untuk mencantumkan ini di kios ku, saja. Ini bukan untuk menggurui, menyalahkan, atau membenarkan pihak mana pun, hanya berbagi cerita saja. Pastinya masing-masing pembaca punya penerimaan dan pelajaran yang berbeda-beda setelah membaca sharing saya ini.
Membaca cerita KEN mengingatkan aku pada orang tuaku, terutama mama. Sejak tiga tahun usia pernikahan mereka, sampai dengan 5 tahun yang lalu, rumah kami tidak pernah sepi dari keluarga. Karena kami tinggal di Jawa, keluarga di Sulawesi ingin menyekolahkan anaknya di Pulau Jawa. Dipilihlah kota tempat kami tinggal ini sebagai tempat sekolah anak-anak mereka. Tidak hanya satu, tapi pernah sekaligus lima orang keponakan dari orang tua yang berbeda-beda dititipkan di rumah kami selama beberapa tahun.
Sulit ditolak karena semuanya adalah keponakan (bukan keluarga jauh). Maklum mama dan papa punya banyak adik dan kakak. Nah, tidak jarang "ada keributan". Aku juga suka ikutan-ikutan jengkel karena bukannya membantu, mereka malah membawa "budaya" dari rumah masing-masing masuk ke rumah kami. Bangun siang, tidak mau mencuci piring sendiri, kalau makanan tidak sesuai seleranya tidak mau dimakan dan diam-diam beli makanan sendiri di luar, padahal mama sudah masak banyak, dan lain-lain lah. Mama yang memang karakternya keras tidak mau "makan hati" dengan memendam perasaan jengkel. Beliau tidak akan sungkan-sungkan menegur mereka. Mulai dengan teguran halus sampai dengan teguran yang keras. Yang salah dan tidak mengikuti aturan akan langsung kena tegur.
Setiap teguran mama diterima berbeda oleh keponakan-keponakannya. Ada yang menerima dengan lapang dada dan mau berubah. Ada pula yang mengartikan teguran itu sebagai "kebencian". Suatu saat, ketika sedang jengkel-jengkelnya, mama pernah berkata kepada keponakan-keponakannya, "Kalau tidak suka dengan aturan atau masakan di rumah ini, bilang sama orang tuamu untuk carikan kau kost, mereka juga tidak bayar saya untuk jadi penjaga, perawat, dan tukang masak kalian di sini."
Nah, kalau dengar itu di saat mama sedang emosi, dan yang dimarahin ikut-ikutan emosi, pastilah bentrok. Yang menegur, karena sedang emosi, tidak pikir panjang saat bicara, pokoknya marah dan kata-kata yang dapat menyakiti hati pun terluapkan. Sedangkan, yang ditegur langsung menelan bulat-bulat perkataan itu, tanpa mau intropeksi diri. Tentu saja bisa "kisruh". Jika berlarut-larut, yang menegur dan yang ditegur sama-sama dapat punya akar pahit.
Aku pernah tanya sama mama, "Ma, apakah mama gak suka mereka di rumah ini? Mama jadi benci tidak sama mereka?"
Mama menjawab, "Mereka itu darah daging mama dan papa, anak-anak saudara kami, masa kami membenci mereka. Justru senang dapat kepercayaan dititipin anak mereka. Tapi seandainya saja mereka bisa mengambil hati .... pastinya suasana akan lebih baik lagi."
Nah, di situ intinya ternyata .... "Andaikan mereka bisa mengambil hati ...."
Kata-kata mama selalu kuingat sampai hari ini, saat aku harus berada di rumah orang, aku harus pintar-pintar mengambil hati si pemilik rumah. Paling tidak aku melakukan setiap aturan yang ada dalam rumah itu. Aku mencoba melebur menjadi bagian dari keluarga dan tidak menganggap diri sebagai "tamu", namun tetap membatasi diri untuk hal-hal tertentu.
Walaupun berusaha mengambil hati sebaik mungkin, aku tetap menyadari bahwa pun bukan "penumpang" yang sempurna. Sebagai antisipasi, jauh-jauh hari aku sudah berkata kepada pemilik rumah, "kalau ada yang tidak disukai dari saya, tolong jangan dipendam, langsung ditegur saja." Walaupun aku sudah menyodorkan diri untuk ditegur jika salah, tetap saja waktu ditegur ada rasa "tidak suka". Aku sadar itu sifat alami manusia, berontak saat "ego-nya" diserang.
Tinggal dengan banyak kepala selama bertahun-tahun membuatku banyak belajar. Tidak semua saudara yang pernah tinggal di rumah kami akan terus-menerus "menjengkelkan". Aku belajar dari mereka, saat ditegur mereka memilih untuk diam, intropeksi diri, dan merendahkan diri juga hati untuk mengucapkan kata, "Saya minta maaf ...."
- Love's blog
- 11127 reads
@Love
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
@ken, emosi
Setelah membaca posting ken dan semua komentar yang bermunculan... ditambah dengan posting tulisan dari love,
Saya fikir itu sudah lebih cukup untuk menjadi masukan buat masalah ken,
Tapi sejauh ini saya melihat ken masih terbawa emosi....
Klo seandainya ken benar2 tenang...
Saya yakin semuanya komentar dan tulisan yang ada bisa menjadi masukan yang sangat berarti....
Tapi klo emosi dan amarah belum diredakan semua akan menjadi sia-sia...
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1
Tidak 3m1, saya tidak terbawa emosi, saya tidak menerima semua masukan, saya menyaring semua masukan dan terima kasih atas masukan-masukannya.
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
ck ...ck ... Ken...Ken ...
Ken, sepertinya kamu harus mikir dulu deh sebelum komentar ...
Kamu sangat narrow-minded menanggapi tulisan Love di atas ... dan jika pikiran kamu masih seperti itu terus, sepertinya sulit kamu dapat kerjaan, andai dapat pun kamu akan sulit bertahan di tempat kerja ... yah itu hanya pendapatku sih .... Jika aku bos besar yang sedang cari pekerja, aku tidak akan mau mempekerjakan kamu setelah melihat komentar mu ...
Jika kamu tidak dapat mengubah orang lain dan situasi di mana kamu berada, ubah dirimu sendiri dan beradaptasilah.
@lanskip
Terima kasih atas perhatian Anda, saya seharusnya tak perlu membalas komentar Anda, tapi karna saya menghormati Anda, saya membalasnya. Saya memang terpojok di masalah pekerjaan dan tolong Anda jangan menjadikan kalimat itu sebagai senjata karna ketersinggungan Anda, dari komentar Anda yang saya tangkap, Anda sama persis dengan tipe-tipe tante saya dan saya tak sudi bekerja di tempat Anda jika Anda bos dan jika Anda tidak senang dengan saya, maaf.
Komentar Anda bersifat mengancam!!! Siapa lu?!!!
Maaf, saya agak menyombng, otak saya bekerja 24 jam full setiap hari selama 365 hari dan mudah2an tidak pikun hingga ajal menjemput. Jadi, komentar saya, sebelumnya saya pikirkan dengan teliti dan seksama.
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
si Ken....
rio@poenya
Anda tidak mengerti yang Anda tuliskan bro, sayangnya Anda tidak mengerti dan tidak hidup bersama dengan orang2 yang hidup di negara Jerman pada zaman Hitler, jika Anda mengerti watak Hitler, maka saya yakin Anda akan berkata lain. Kaget kan? Jelas Anda kaget, dan sudah saya tegaskan di atas, Anda tidak mengerti apa yang Anda tuliskan.
Siapa yang mau menjilat jika tidak ada yang menuntut untuk dijilat?
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
Mengambil hati = menjilat?
ak ga sempet ambil hati.....
Ak dulu juga pernah numpang di rumah pakdheku cm sebulan, tapi udah kayak 10 tahun rasanya. Waktu itu yang numpang dua orang, ak sama sepupunya sepupuku. Jadi dia itu ponakan budheku ga ad hubungan darah sama ak, secara yang saudara mama itu pakdheku.
Pahit banget deh karena dia tidur di kamar tamu sementara ak tidur di kamar pembantu dekat dapur samping kamar mandi bawah tempat jemur pakaian, iks... Waktu awalnya sih keki juga, ak kan cewek sementar sepupunya sepupuku itu cowok, masak yg cewek malah dikasih kamar pembantu sih :(
Udah gitu budheku itu orangnya cuek banget, dia ga pernah masak, jadi klo makan ak musthi jajan di luar. Buat orang yang lagi nyari kerjaan di jakarta itu boros banget kan, tapi gimana lagi.
Tapi percaya ga kmu, setelah ak punya kerjaan dan dikasih mess sendiri setiap weekend ak selalu nginep di rumah pakdheku. Buat ak itu sanctuary banget, walau ak waktu itu lom cocok sama sepupuku ndiri, dia ga suka ak numpang di situ walau ak cuma nebeng di kamar pembantu.
Dan ak menikmati kecuekan budheku, hehehe... ak dikasih kunci garasi sendiri, jadi ak bisa datang dan pergi sesukaku tanpa mengganggu tuan rumah karena ak lewat garasi ga lewat pintu utama. Ak bisa jajan sesukaku ga perlu pekewuh makan di meja makan sama tuan rumah, ak bisa cuci baju sendiri tanpa perlu lewat ruang tamu karena kamar mandinya di sebelah kamarku, ak bisa langsung njemur pakaian tanpa basa basi yang udah basi sama tuan rumah karena tinggal naik tangga di samping kamarku, hehehe...
Awalnya sih sakit hati, tapi misal nanti ak ditebengin ponakan, ak mau make caranya budheku itu. Enak sih :p Yang terpenting ak belajar menghargai orang lain, tidak sombong, rendah diri, bersabar, mengampuni, dan bersikap mandiri, duh pelajaran itu emang mahal harganya. Sori Love ak ga sempet ambil hati budheku udah keki duluan karena ditaruh di kamar pembantu :p
Sapa tau, yah sapa tau aj nati kmu bisa ambil positifnya nebeng di rumah sodara. Tuhan ga akan beracara tanpa rencana kan? Dikuat2in aj deh Ken..
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa
@pyokonna
Lumayan untuk dijadikan inspirasi, seandainya Anda belum bekerja, saya yakin mereka gak akan sebaik itu ngasih kunci garasi mereka ke Anda.
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
Sori Ken :)
Huahahahahahah, Ken Ken...sori emang ak yang salah, harusnya ak nulis soal kunci garasi di paragraf awal2 biar tidak terjadi salah paham seperti ini. Maaf Ken, sekali lagi maaf.
Sekedar meluruskan ya Ken, ak dikasih kunci semenjak ak menginjakkan kaki di rumah budheku, semenjak ak dikasih kamar pembantu itu. Sepupunya sepupuku juga dikasih kunci pintu ko, sama kayak ak. Bedanya ak dikasih kunci garasi sedangkan dia dikasih kunci pintu rumah utama. Jadi klo dia buka pintu masuk ke ruang tamu klo ak masuk ke ruangan yang bau oli bocor.
Ada beberapa kemungkinan kenapa melakukan dia hal itu,
Tapi ak lebih suka menganggap kemungkinan 1 - 3 aj yang bener.
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa
@Love
Ibu, sepertinya Anda juga belum cukup mengerti pokok permasalahan saya. Ibu, orang jahat jika masih tidak mau bertobat tetap orang jahat dan akan selalu jahat.
Masalah ambil hati dengan cewek? Apa saya sedang "mengambil hati" seorang cewek? Baiklah, kalau mau hubungkan dengan masalah ini, bagaimana mungkin saya "mengambil hati" cewek yang saya tidak suka? Mudah2an mengerti.
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
Mengambil hati beda dg menjilat
@noni
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
@ KEN
(+) berdoalah agar supaya jangan penggoda merugikan jiwamu (+)
@ KEN
@ KEN & EDY
(+) berdoalah agar supaya jangan penggoda merugikan jiwamu (+)
@ PHRACK
@ EDY
Mas Edy nulis: "ENGKAU HANYA ORG YG KALAH YG BELUM JADI PEMENANG. JANGANKAN ATAS MASALAHMU, ATAS DIRIMU SENDIRI ANDA BELUM MENANG." "MAAF SAYA HANYA BERKATA JUJR YG BERMASALAH ADALAH KEN." DIMANA LETAK MENGHAKIMINYA ? TLG DIJELASKAN.
OK MAS... Sori Gua nggak ngeliat kesalahan Ken dari kasusnya! Kalau pun ada Gua gak kaya mas Edy.. bisanya ngomel aj! Solusinya berubah? berubah gimana? tolong mas Edy jelasin.. coba mas Edy dalam posisi ken.. baru tau dah rasanya...
Mas Edy tulis: "SEMUA ORG YG MEMBERI KOMENT ITU INGIN MEMBANTU ANDA BERTERIMAKASIHLAH." Ken sudah menerima masukan orang lain & sudah berterima kasih sebelum mas Edy nulis.. "saya tidak menerima semua masukan, saya menyaring semua masukan dan terima kasih atas masukan-masukannya." Gandhi mau masuk ke Gereja pakaiannya Dekil bin kumel gak dibolehin masuk keGereja.. karena dianggap orang miskin... dan tidak layak masuk Gereja yang orang2nya Bersih... akhirnya suruh masuk Greja orang miskin... Nyambung gak ya... hehehe, bodo ahh...
(+) berdoalah agar supaya jangan penggoda merugikan jiwamu (+)
@ phrack
@edy : KEPEDEAN
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Kita umat pemenang, tapi dari dalam hal...
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
@ JF