Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Jadikanlah Natal kali ini sebagai the season of Giving
"Ia yang hidupnya memberi tidak akan pernah kekurangan perkara yang baik"
Menurut sumber dari liputan 6 SCTV bahwa saat ini sebanyak 469 balita di Klaten, Jawa Tengah, terkena gizi buruk. Sekitar 86 di antaranya perlu mendapat penanganan serius. Tapi anak-anak itu tak dibawa ke rumah sakit dan hanya dirawat di rumah. Para orangtua tak memiliki uang untuk membawa buah hatinya ke rumah sakit.
Di sisi yang lain juga saat ini bangsa kita juga sedang mengalami banyaknya masalah yang menimpa masyarakat kita, banjir, gempa bumi, penyakit dll. Orang-orang kehilangan rumah, , kehilangan harta benda, serta kehilangan orang yang mereka kasihi.
Bagi saya inilah saat yang tepat bagi kita untuk menyatakan kasih kita kepada satu sama yang lain. Saat untuk berbagi, saat untuk memberi dan saat untuk meringankan beban sesame kita.
Sahabat bukankah kita diciptakan oleh Tuhan di dunia ini untuk hidup berkelompok dan berdampingan. Siapapun mereka, entah itu miskin, entah budaya yang berbeda, entah suku dan warna kulit berbeda, mereka adalah saudara kita.
Itu sebabnya, seharusnya kita tidak menutup mata, atau bersikap tidak peduli dengan apa yang terjadi kepada saudara kita. Kejadian beberapa minggu yang lalu tentang kematian seorang ibu bersama anaknya di Makasar karena kelaparan seharusnya membuat kita kembali mengintropeksi diri kita masing-masing. Apakah masih anda cinta dan kasih dalam diri kita? Sebab seorang pernah berkata, "Anda bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi anda tidak bisa mengasihi tanpa memberi" dengan kata lain setiap kita yang memiliki kasih dalam diri kita pasti memiliki keinginan/kerinduan untuk memberi atau berbagi dengan orang lain. Memberi bukan hanya menyenangkan orang lain, namun juga baik bagi diri anda sendiri. Seorang sahabat selalu memberi, bukan menuntut. Memberi adalah pancaran kasih sayang. Anda takkan bisa memiliki rasa kasih tanpa ada dorongan untuk memberi.
Sahabat jika kita mau jujur Sesungguhnya ada banyak pintu-pintu untuk peduli kepada sesama. Setiap hari kita diberikan kesempatan-kesempatan kecil untuk memberikan kebahagiaan kepada seseorang yang dapat membuat perbedaan positif bagi orang tersebut. Disekitar kita selalu saja ada kesempatan untuk berbagi dengan apa yang kita miliki. Yang diperlukan adalah Kesadaran kita untuk mau berbagi dengan sesama dalam kehidupan ini, bukan hanya mementingkan ego pribadi kita. Orang yang mengaku beriman, hakikatnya ‘bukan beriman’ (tidak sempurna) kalau tidak peduli dengan orang-orang lemah di sekitarnya. Berbagi dengan orang lain adalah salah satu wujud kepedulian social.
Dengan kepedulian sosial maka akan tercipta keharmonisan sosial yang kuat, suasana kekeluargaan, dan saling membantu satu sama lain. Sudah selayaknya kita yang diberikan anugerah yang tak ternilai dari Tuhan Yang Maha Pengasih ini, bersyukur dengan mau berbagi dan peduli dengan sesama kehidupan yang membutuhkan pertolongan. Marilah kita saling mengingatkan dan terus MENGGALI, MENEMUKAN, MENERAPKAN DAN BERBAGI……!
HIDUP bukanlah semata-mata untuk diri kita sendiri, melainkan HIDUP untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan kehidupan alam semesta ini. Marilah kita belajar untuk bersikap empati kepada sesame kita yang sedang memerlukan pertolongan. Bersikap empati kepada orang lain merupakan salah satu cara menghargai HIDUP kita. Bersikap empati berbeda pengertiannya dengan sikap simpati. Sikap simpati lebih merupakan kesepakatan penilaian terhadap orang lain. Sedangkan sikap empati lebih menekankan pada mengerti orang lain, memahami kondisi orang lain secara emosional dan intelektual. Artinya kita menggunakan ketajaman mata hati untuk memperhatikan kebutuhan orang lain, berusaha melihat kesulitan orang lain.
Bersikap empati, sederhananya memandang keluar melalui kerangka pikiran orang lain, atau melihat dunia dan hubungan dengan orang lain melalui kaca mata orang lain. Bagaimana caranya ?. Kita dapat memulainya dengan menumbuhkan pemahaman dan perasaan dari dalam jiwa kita.
Menanamkan tekad dari dalam hati untuk mengutamakan kepentingan orang lain. Memiliki kerendahan hati, kesediaan berbagi kebaikan dengan orang lain. Memiliki kesediaan hati berbagai kegembiraan disaat memperoleh kemenangan
dan memberikan dorongan disaat mengalami kesulitan.
Sahabat mungkin saat ini berpikir anda tidak punya sesuatu, anda tidak punya uang yang banyak, anada tidak kaya seperti orang lain sehingga anda tidak dapat berbagi dengan sesame anda. Berbagi itu tidak saja berbicara soal uang tetapi kita juga bisa berbagi dengan sesame kita dalam banyak hal, sekalipun anda tidak punya uang namun anda masih bisa berbagi waktu anda untuk membantu orang lain, berbagi tenaga kita untuk membantu orang lain, berbagi semangat, berbagi sukacita dan berbagi hikmat dengan orang lain. Pokonya banyak hal yang bisa anda lakukan untuk berbagi dan itu tidak hanya soal uang.
Saya sangat setuju dengan kalimat dari John Bunyan yang berkata; Semakin banyak orang memberi, semakin banyak dia memiliki. Justru orang yang tak mau memberi adalah mereka yang senantiasa dihantui perasaan takut miskin. Inilah orang-orang yang ''miskin'' dalam arti yang sesungguhnya. Padahal, di dunia ini berlaku hukum kekekalan energi. Kalau Anda memberikan energi positif kepada dunia, energi itu tak akan hilang. Ia pasti kembali kepada Anda. Lebih diberkati memberi daripada menerima.
Kekayaan sesungguhnya bukan dinilai dari berapa banyak uang yang kita punya tetapi kekayaan adalah bagaimana kita dapat memberi kepada sesama secara tulus dan ikhlas. Tidak punya uang bukan berarti kita tidak bisa memberi.
Memberi kepada sesama tidak diukur dari seberapa besar materi yang kita berikan, tetapi diukur dari keikhlasan yang ada pada diri kita, baik itu berupa materi, uang, ide, pendapat atau apapun bentuknya. Apabila negeri kita bisa memberi kepada sesama kita maka hidup ini akan terasa indah, nikmat dan penuh makna.
Selanjutnya Dr.Norman V. Peale berkata : "Makin banyak yang kita berikan kepada orang lain makin banyak pula kita menikmati kebahagiaan".
Sekarang ini kami memiliki 11 Panti asuhan yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, dengan nama Mercy Indonesia. Kami menyelamatkan anak-anak yatim piatu dan menampung mereka di Panti Asuhan agar memiliki dapat memiliki masa depan yang lebih baik. Kebanyakan di antara mereka adalah anak-anak pengungsi Timor-timur di Atambua. Bukankah Yakobus 1:27 berkata; "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia". Anda dapat mengunjungi web kami di www.imercy.net atau untuk videonya di www.ongkyo.blogspot.com
Natal kali ini kami membuat program untuk memberi makan gratis bagi para pengungsi yang ada di Atambua.
Mari kita menjadikan natal ini sebagai “The season of Giving”. Kitab suci berkata bahwa barang siapa berbelaskasihan kepada orang yang lemah maka ia akan diberkati.
Jika kita mau jujur maka setiap kita ada hari ini karena telah ada seseorang yang lebih dahulu memberi atau menginvestkan sesuatu dalam hidup kita.
Marilah kita melakukan hal yang sama. Ada begitu banyak anak-anak terlantar, panti asuhan para janda yang hidupnya susah dan butuh uluran tangan dari kita. Mari, kita menjadi perpanjangan tangannya Tuhan bagi mereka.
Selamat menjalani hari-hari anda dan menjadi orang yang berbahagia dengan mau berbagi dengan sesame anda.
- ongky ola's blog
- 4344 reads
@ Ongky Ola: ini faktanya
Ini fakta yang lebih mengerikan lagi:
Semarang, Kompas - Intensitas peristiwa bunuh diri di Jawa Tengah dalam beberapa bulan terakhir terbilang memprihatinkan. Dari laporan yang diterima kepolisian, dalam sehari minimal ada satu kasus bunuh diri di masyarakat. Diduga, impitan ekonomi menjadi faktor penyebab utama tingginya kasus bunuh diri.
"Sekarang ini setiap hari saya mendapat laporan ada kasus bunuh diri di Jateng. Banyaknya kasus ini memang memprihatinkan. Kenapa bisa seperti itu, banyak faktor yang menyebabkan," ujar Kepala Kepolisian Daerah Jateng kepada wartawan di Semarang,
Persis seperti yang ditulis juga di Alkitab, saya banyak menemui kasus-kasus di 2 Tim 3:1-5, Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.
Penyakit sosial, atau apalah namanya, tapi semua ini semakin menjadi-jadi akhir-akhir ini.
"Memberi Sesuatu" memang luar biasa, tetapi lebih luar biasa lagi jika membagikan Injil juga kepada mereka. Sedikit kesaksian dari pengamatan saya ketika tahun 1998-1999 dimana saya 'ngejob' di suatu Yayasan Pelayanan Kristen sebagai 'kuli angkut' bahan makanan. Waktu itu lagi gencar-gencarnya "Makan Siang Dari Tuhan", "Nasi Bungkus dari Yesus" dan sejenisnya. Memang baik, tapi data yang saya kumpulkan waktu itu membuktikan kecilnya efek yang ditimbulkan dari dari acara tersebut, dibandingkan dengan pengabaran Injil kepada setiap manusia.
Lho itu beda Ik...
Ya, Memang beda. dan tidak bisa dilakukan bersamaan karena bisa menimbulkan 'hal buruk' bagi saudara-saudara kita yang 'lain' jika dilakukan bersamaan. Tapi pengalaman itu membukakan bagi saya, bahwa sekedar membagi, sekedar memberi saja belum cukup (karena banyak orang telah melakukan hal yang sama pula). Tetapi lebih lagi seperti yang Yesus Kristus ajarkan di Yohanes 4:13-14, Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
Dibutuhkan tak sekedar material, tetapi aliran air kehidupan, makanan rohani, ketenangan jiwa yang tak lekang oleh waktu dan terus memancar sampai kepada hidup yang kekal.
Semoga sedikit usulan saya, bisa dijadikan renungan. Thanks-GBU
To Love God Is To Obey God
Thanks
Hi, Iik, Thanks untuk commentnya ya. sangat membantu saya untuk menambah informasi mengenai apa yang sedang terjadi di sekeliling kita. Memang selain kita memberi apa yang bisa kita berikan terlebih lagi kita membagikan Injil kepada mereka sebab jika mereka memiliki Yesus mereka pasti memiliki segala-galanya. seperti Alkitab berkata bahwa "barangsiapa memiliki Anak ia memiliki segalanya.
Persoalannya ada banyak orang membagikan Injil tentang Yesus kepada orang-orang disekeliling mereka namun mereka menutup mata tatkala melihat orang-orang yang berkekurangan di sekeliling mereka. saya pikir Tuhan juga tidak menyukai hal tersebut. Yesusjuga tidak hanya menyentuh masalah spiritual saja tetapi juga masalah jasmani dari orang-orang yang Ia layani.
Kami telah memenangkan banyak jiwa kepada Tuhan dengan melakukan perbuatan kasih ini. kami mendirikan panti asuhan dan menampung anak2 yatim piatu, kebanyakan mereka adalah pengungsi Timor-timur yang keadaannya sangat memprihatinkan. sekarang kami memiliki 11 panti asuhan yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. namanya panti asuhan Mercy Indonesia. www. imercy.net atau untuk melihat videonya bisa kunjungi www.ongkyo.blogpsot.com. Thanks and GBU
@Onky Ola: sipp!
Sipp deh kalo gitu,. he he he .. salut!! Maju terus bro..
To Love God Is To Obey God