Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Indonesia oh Indonesia
Akhir tahun lalu Forbes mengeluarkan daftar nama-nama orang kaya sedunia. Saya tidak terlalu tertarik karena tidak terlalu bersentuhan dengan hidup saya. Namun menariknya, mereka juga mengeluarkan daftar 40 orang terkaya di Indonesia. Mereka menempatkan Sukanto Tanoto dengan kekayaan $2 miliar sebagai orang terkaya di Indonesia yang konon seorang pemimpin redaksi koran besar di Indonesia terpental dari jabatannya gara-gara pemilik koran itu jengah dengan kedekatan si pemimpin redaksi dengan Sukanto Tanoto yang konon juga dianggap mengemplang pajak. Dua peringkat di bawahnya adalah dua bersaudara pemilik Djarum: Budi dan Michael Hartono. Di bawahnya adalah Putra Sampoerna. Orang terkaya di Indonesia versi 2007, Aburizal Bakrie, “terpental” ke urutan sembilan.
Berita itu masih belum terlalu mengusik saya. Yang paling mengusik adalah saat saya menjumlahkan kekayaan 40 orang itu, yaitu: $20 miliar. Itu berarti mereka menguasai 5% Produk Domestik Bruto Indonesia. Kalau seandainya (hanya seandainya) kekayaan mereka di bagi-bagi semua, ada 15 juta orang pengangguran akan bisa hidup layak selama setahun penuh, yang berarti ada pengurangan pengangguran hampir 50%.
Ada yang menarik lagi. Empat puluh orang kaya itu jika patungan memberikan seluruh uangnya ke pemerintah (hal yang tidak mungkin terjadi), itu setara 20% APBN Indonesia. Atau bisa disamakan dua kali anggaran pendidikan nasional. Itu berarti semua anak usia sekolah di Indonesia bisa sekolah gratis dari SD sampai perguruan tinggi.
Sebenarnya mereka tidak salah memiliki kekayaan sebanyak itu, dengan catatan mereka memperolehnya dengan cara halal. Namun, dengan jurang yang besar antara si kaya dan si miskin di Indonesia, berarti ada yang salah dengan sistem ekonomi di Indonesia. Kita mengaku negara kita berfalsafah Pancasila yang menjamin keadilan sosial, tetapi kenyataannya dalam praktik, Indonesia menganut sistem kapitalis murni: “Siapa bermodal besar, makin kaya; siapa miskin, yah ke laut saja.” Indonesia oh Indonesia.
Bahkan mata “seekor burung garuda” pun sekarang sedang mengincar kekayaan Indonesia melalui pemilu.
- Bayu Probo's blog
- Login to post comments
- 6524 reads
Seribu Rupiah
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
Aku tersinggung
Aku tersinggung pada majalah "Forbes" karena tidak memasukkan namaku pada daftar orang terkaya di Indonesia.
Rumahku dari emas, bahkan jalannya pun dari emas. Kurang kaya apa coba? Kalau nggak percaya, nanya saja pada Bapa di Sorga
------------
Communicating good news in good ways
bahkan
Rumahku dari emas, bahkan jalannya pun dari emas. Kurang kaya apa coba?
nah, bahkan menjadi (atau seperti) orang kaya pun adalah yg dijanjikan di surga.. meski saya tidak begitu tertarik punya rumah dari emas, silau donk
Saya lebih miskin Sedikit, Mas Wawan
Mas Wawan, di KTP saya tertulis dengan jelas, tempat lahir: Hamparan Perak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Peringkat
Berarti peringkatnya di bawah saya dikit
------------
Communicating good news in good ways
hehehe...
hehehe.. iya saya juga tersinggung pak pur. eh, gila ga ya?? hahahaha
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
Membagikan Harta Orang Kaya?
Mas Probo, mohon maaf tanpa mengurangi rasa hormat, menurut saya cara anda memandang orang kaya kurang lengkap.
Dari mana orang-orang kaya itu mendapatkan uangnya? Mereka mulai bekerja keras ketika orang lain masih tidur dan mereka masih bekerja keras ketika orang lain sudah tidur. Di samping itu mereka juga bekerja dengan pinter.
Kekayaan orang-orang kaya tidak pernah nganggur, selalu digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Walaupun memiliki banyak uang namun umumnya mereka tidak memiliki waktu untuk menikmatinya. Apabila semua kekayaan mereka dibagikan kepada rakyat miskin, barapa banyak karyawan mereka yang akan menjadi orang miskin karena kehilangan pekerjaan? Berapa banyak perusahaan lainnya yang selama ini mendapatkan keuntungan dari perusahaan orang-orang kaya itu yang akan bangkrut karena tidak punya pelanggan?
Orang-orang kaya itu walaupun nampak kaya, namun sebenarnya tidak kaya, walaupun memiliki banyak namun yang mampu mereka nikmati sangat sedikit.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Sosialis
Pendapat mas Bayu ini secara sekilas mencerminkan pandangan kaum sosialis.
Sanggahan koh Hai Hai ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Memang ada orang kaya yang menjadi kaya karena kerja keras, tapi ada juga orang yang menjadi kaya karena fasilitas. Sebagian konglomerat Indonesia menjadi kaya karena mendapat perllindungan dan kemudahan rezim Orde Baru. Dengan pola hubungan patron-klien, penguasa membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan pengusaha.
Yang menarik adalah pendapat Faizal Basri di TVOne. Di akhir kekuasaannya, rezim penguasa tidak dapat lagi memberi fasilitas kepada para penguasa. Karena itu mereka memberi konsesi pada pengusaha binaannya itu untuk merampok rakyat dan menguras kekayaan alam. Izin HPH dan penambangan diberikan dengan leluasa. Mereka diberi izin membuka bank untuk mengeruk uang dari rakyat. Sebagian besar uang dari nasabah ini digunakan untuk membiayai proyek-proyek raksasa milik para konglomerat. Akibatnya, bank kekurangan likuiditas. Bank reancam tertutup.
Tapi jika bank ditutup, maka para nasabah akan bergejolak. Ini bisa menimbulkan chaos. Maka pemerintah memberikan penjaminan uang nasabah. Darimana uang tersebut diperoleh, dari pajak yang disetor oleh rakyat.
------------
Communicating good news in good ways
@probo
dan harus dibagi juga entar Tuhan bagi sendiri kok...
Pengkotbah 2:26
Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
Orang kaya jatuh miskin....
Numpang komentar yah...Mas Bayu,
Kalau menurut saya sih, uang memang bukan jaminan pasti buat kebahagiaan (orang-orang juga banyak yg sudah tahu...).
Sebagai contoh, kasus tentang beberapa orang kaya di Indonesia yang sempat Penonton kenal.......dan mereka terkena imbas krisis ekonomi global kali ini.
Ceritanya...saya sempat menyaksikan serta mendengar berita tentang beberapa bisnisman serta usahawan papan atas yang menderita kerugian besar pasca krisis ekonomi gobal kali ini.
Yang namanya orang kaya...pada saat mereka mendadak menjadi "susah" serta kehilangan sebagian besar harta mereka.....o alaaa......kasian sekali mereka-mereka itu......
Saya sering kali merasa tidak tega, melihat "si boss besar" mendadak menjadi "kere" dan kehilangan segala hartanya.
Seorang Boss besar yang mendadak menjadi miskin, sungguh-sungguh mengundang iba dan prihatin dari seorang penonton.
Bagi seorang yang pernah mencicipi kedudukan tinggi serta sempat memiliki harta yang berlimpah...kehilangan sebagian besar harta, merupakan sebuah pukulan bagi jasmani dan rohani.
Tidak sedikit di antara Boss-boss tersebut yang menjadi "minder" serta tidak berani muncul di depan publik.......gara-gara kehilangan pamor yang sempat mereka miliki.
Sebagian malah dikatakan mendapat serangan gangguan kejiwaan, akibat tidak mampu menerima kenyataan yang terjadi.Bagi orang-orang kaya tersebut, mati katanya menjadi pilihan yang terbaik daripada hidup menanggung malu akibat gengsi yang tidak tersampaikan.
Semua itu dapat dimengerti.....
Coba bayangkan, jikalau seseorang telah sempat mempunyai harta kekayaan yang tidak akan habis oleh tujuh turunan (jika digunakan secara normal oleh masyarakat pada umumnya), telah terbiasa dengan gaya hidup ala jetset, serta selalu dihormati dan disanjung oleh banyak orang....
Mendadak.....
Dueeer.......
Habissss....bangkrut.....dan malahan masih berhutang.......
Bisaaa...gilaaa.....
Mungkin itu sebabnya Alkitab menuliskan agar kita mengumpulkan harta di surga, dimana karat dan ngengat tidak akan bisa menyentuhnya.
Harta kekayaan di bumi ini memang tidak akan pernah abadi.
Seseorang yang hari ini mempunyai harta yang berlimpah, siapa tahu besok malah tertimpa masalah dan jatuh miskin...melarat....
Sebaliknya...seseorang yang miskin, mungkin saja...besok-besooook....bisa bakalan menjadi kaya...
Dunia selalu berputar......
Kaya dan miskin silih berganti sesuai kodratnya.Orang-orang kaya belum tentu berkelimpahan kebahagiaan.....sebaliknya orang-orang miskin belum tentu bersedih dalam kemiskinannya.
Anyway....
Siapakah yang bisa mendapatkan seluruh harta di dunia?
From OZ....far...far...away..
xxx
Mereka Kaya Tidak Salah
Bung Hai Hai, dan teman-teman semua: mungkin kalimat saya tentang “seandainya kekayaan mereka dibagi-bagi semua” mengusik Anda. Saya tidak bermaksud memaksa mereka membagi-bagi kekayaan secara gratis. Saya juga tahu orang terkaya no 2 dan no 3 adalah pekerja ulet, dan mendapat kekayaan tanpa menjadi kroni siapa pun; juga mereka terkenal murah hati dan sejauh ini orang kaya nomor 2 dan nomor 3 setidaknya sudah berusaha menjadi warga negara yang baik. Bandingkan dengan orang kaya no 1 dan nomor 9. Saya hanya membuat perbandingan drastis, betapa jurang antara kaya dan miskin di Indonesia sangatlah besar.
Sekali lagi itu bukan salah mereka. Hanya saja adanya jurang yang sangat lebar antara si kaya dan si miskin menjadi pertanda jelas ada yang salah dengan sistem ekonomi kita. Bayangkan dengan pendapatan perkapita Indonesia sebesar $2.000 yang berarti kurang lebih rata-rata tiap orang di Indonesia punya pendapatan Rp2000.000 perbulan, dengan adanya 40 orang itu berarti ada jutaan orang Indonesia yang pendapatannya sebulan di bawah Rp100.000. Ironis bukan? Yang perlu dipermasalahkan bukan kekayaan mereka (kecuali yang cara mendapatkannya sangat jahat—lihat tulisan Pak Purnawan di atas—itu sangat perlu dipermasalahkan), tetapi sistem yang ada di dalamnya dan cara pengukuran kesejahteraan yang perlu diubah.
Kita juga harus kritis terhadap pengelola pajak yang berasal dari mereka. Bayangkan saja: pajak penghasilan 40 orang itu bisa untuk memperbaiki 11 juta sekolah di seluruh Indonesia. Namun, kenyataannya? Pajak itu menguap ke mana? Jika ada yang mengempalang pajak, bisa jadi karena ketamakan, bisa juga karena mereka muak dengan perilaku pejabat-pejabat kita (karena saya bukan pejabat, bisa berkata begitu, kalau saya sudah pejabat walahualam he he he). Jika pemikiran saya agak-agak berbau sosialis, yah gak papa lah.
@Bayu Probo
Kurang banggakah kamu menjadi warga negara Indonesia...
Tak perlu kamu sesali...syukuri kamu terlahir menjadi orang Indonesia...
Kalau boleh tanya....tapi tolong dijawab dengan jujur....
Kapan terkahir kali kamu menyanyikan lagu kebangsaanmu ?
Kapan ?
Kapan terakhir kali kamu mengucapkan ke lima sila PANCASILA ?
Kapan ?
Jangan menjadi penghianat bangsa....alih - alih melihat kelakuan bangsa sendiri...justru disitulah dituntut pemikiranmu yang matang...untuk merubah bangsa ini.
Bersyukurlah kamu masih diberi kesempatan untuk memilih pemimpin bangsa ini. Banyak orang yang ingin memilih tetapi haknya sudah tidak diberikan lagi. Justru kamu seharusnya mengajak anak - anak Tuhan yang lain untuk bersama - sama mendoakan bangsa ini. bukan menyesali...bukan menghakimi partai - partai yang ada...Tetapi berdoa agar pemilu yang akan datang berhasil sukses...siapapun yang terpilih, dukung dia menjadi pemimpin bangsa ini...doakan...
mungkin kamu tidak bisa memberikan seperti orang - orang kaya yang ada di artikelmu...tapi kamu bisa mendoakan agar kebijakan pemerintah yang baru bisa mewujudkan keinginanmu dan juga keinginan rakyat - rakyat yang lain.
Banggalah jadi bangsa Indonesia, berkatilah Indonesia, kumandangkan terus lagu kebangsaan. Seandainya kamu kurang bangga menjadi Warga Negara Indonesia silahkan klik di sini. Betapa muak-nya saya apabila ada orang Indonesia yang tidak bangga sama sekali menjadi orang Indonesia. Bahkan malah menjelek - jelekkan bangsa sendiri di muka umum. Sebelumnya saya mohon maaf saya mengatakan bahwa saya jujur menuliskan komentar saya ini kepada anda dengan perasaan emosi yang tidak bisa saya bendung...Kalau anda menyesal...jadilah bangsa lain...tapi jangan jelek - jelekkan Indonesia...Kalau mau menjelek - jelekkan...jelek - jelekkanlah orang perorangnya...jangan Indonesianya...
Saya harap anda mengerti...GBU
GBU
GBU
@hiskia22 -- terima kasih sarannya
Saya setidaknya sudah 26.280 kali mengucapkan lima sila Pancasila. Terima kasih komentar jujur Anda. Hanya sayang kebanggaan saya tidak diukur dengan jumlah saya menyanyi Indonesia Raya dan Menghafal lima sila Pancasila. Kebanggaan saya terhadap bangsa ini diukur dengan cara tetap waspada dan kritis terhadap berbagai kebijakan di negara ini. Orang-orang yang dahulu dianggap pengkhianatlah yang sekarang berusaha menyelamatkan bangsa Indonesia.
Walau menyakitkan, sikap kritis rakyat membuat para pemimpin lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan. Jika dibanding pemerintahan dahulu, sekarang kebijakan dibuat jauh lebih hati-hati, walau mungkin masih belum sempurna. Jadi, seperti tulisan saya di http://www.sabdaspace.org/golput_atau_bingung, ini juga bagian dari sikap saya yang mewaspadai sistem yang kemungkinan bakal membodohi saya. Saya sudah dibodohi selama 32 tahun, saya tidak mau dibodohi lagi. Sekali lagi terima kasih atas saran panjenengan.