Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
I-ring
“Ah, BT deh kalo nelpon mbak!” Begitu keluh si bungsu suatu sore.
”Lho.. kok BT? Emangnya kenapa sih dik?” Aku menyelidik.
”Habis bunyinya tut.. tut.. tut.. aja. Nggak gaul gitu loh. Mbak pelit banget sih. Pake nada sambung dong!” protes adikku dengan gaya khas remaja SMU.
Aku hanya tersenyum simpul dan kemudian mengiyakan anjurannya. ”Iya deh, nanti mbak set i-ring nya. Tapi ajarin ya dik,” jawabku kemudian.
”Ah payah... mbak mah emang nggak gaul. Gaptek lagi,” sambut adikku sambil cemberut.
Singkat cerita aku berhasil memasang nada sambung pribadi setelah lulus berguru pada adikku itu. Akhirnya aku berhasil mencetak sejarah. Ini adalah kali pertama aku menggunakan layanan i-ring demi menyenangkan hati adik bungsuku yang sering jengah pada kakaknya yang menurutnya nggak gaul alias konvensional ini.
Nggak gaul? Ah, tidak juga. Kalau boleh berdalih, menurutku nada sambung pribadi tidak terlalu fungsional. Manfaatnya tidak terasa langsung bagiku. Memang, nada sambung membuat penelpon di ujung sana merasa lebih nyaman mendengarkan lagu yang merdu dan bukan hanya bunyi tut-tut-tut yang menjemukan belaka, namun belum tentu pula lagu pilihan kita sesuai dengan selera penelpon. Selain itu, berat rasanya bila harus kehilangan pulsa sekitar tiga ribu rupiah per minggunya. Lain halnya bila uang tiga ribu rupiah itu habis untuk menelpon, berkirim pesan singkat yang dapat dinikmati langsung. Lain pula halnya bila uang tiga ribu rupiah itu tandas untuk membeli satu gelas es teh. Pasalnya tidak mungkin kita membeli pulsa seharga tiga ribu rupiah saja. Jadi dengan berbagai pertimbangan aku memutuskan untuk tidak memakai nada sambung pribadi.
Adikku memang selalu saja mampu membuatku mencoba hal-hal baru yang mungkin terlewat dalam hidupku. Berbagai pengalaman baru itu acap kali memberiku kaca mata baru untuk memandang dunia. Sarannya untuk berlangganan nada sambung pribadi pun berhasil mengubah pandanganku pada salah satu bentuk layanan jasa komunikasi seluler itu.
Awalnya aku beranggapan bahwa nada sambung adalah salah satu bentuk budaya komersil yang dihembuskan penyedia jasa komunikasi seluler dan label rekaman demi meraup keuntungan belaka. Begitulah, teknologi memang luar biasa. Meski diciptakan untuk membantu manusia memenuhi kebutuhannya, pada akhirnya ia dapat pula menciptakan kebutuhan baru bagi manusia. Pada awalnya siapa yang berpikir memasang nada sambung sebagai kebutuhan. Namun membanjirnya iklan di layar kaca dan berbagai media lainnya ditambah fakta bahwa hampir setiap nomor yang saya hubungi selalu disanbut dengan nada sambung menunjukkan betapa ia sudah menjadi bagian dari kebutuhan dewasa ini. Ah, budaya komersil....
”Nyenengin orang tuh ibadah lho, Mbak,” demikian adikku mempromosikan i-ring. Aku bertanya-tanya –siapa yang disenangkan ya? Pihak pertama mungkin adalah pihak penelpon yang merasa nyaman mendengar alunan lagu. Pihak kedua adalah pihak operator dan label rekaman yang meraup rupiah dari layanan itu. Pihak ketiga adalah sang artis yang dapat menjual hasil kerjanya tanpa ancaman pembajakan. Maklumlah, penjualan via kaset maupun CD selalu jadi target pembajakan. Lalu, apa manfaat langsungnya buat si pemasang?
”Terus milih lagu apa ya dik?” Tanyaku pada si bungsu.
“Gitu aja kok repot sih mbak! Kaya aku dong, pilih yang aku banget aza,” jawab adikku.
Eureka. Inilah jawabnya. Apa gunanya buatku? Tak lain adalah sarana ekspresi –menunjukkan sisi pribadiku yang sulit untuk diungkap lewat kata. Bukankah ini juga salah satu kebutuhan? Ternyata pandangan awalku perlu diluruskan. Nada sambung ternyata punya sisi lain di balik kekomersialannya. Ia menjawab kebutuhan mendasar akan wadah ekspresi; kebutuhan untuk mengungkapkan diri dan dimengerti oleh orang lain –kebutuhan untuk didengar dan dikenal. Inilah kiranya yang melatarbelakangi berjuta orang mengaktifkan nada sambung pribadi.
Beruntung DIA selalu mendengar seruan kita. Setiap saat, IA tak pernah jengah mendengar suara kita. Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku. Demikianlah tertulis di Mazmur 55:18.
Tiga minggu sudah i-ring itu terpasang di nomorku. Adik jadi gemar menekan nomorku hanya untuk sekedar mendengar nada sambungku. Demikian pula ibu yang berkomentar, ”Wah, lagunya liriknya dalem banget. Bagus lho.” Sekarang telepon genggam saya sering bergetar karena beberapa ’oknum’ sekedar ingin mendengar nada sambungku. Wah dasar cumi –Cuma miscall.
Aku pun sering kali menghubungi nomorku sendiri dari telepon genggam adik atau telepon rumah hanya untuk mendengar nada sambungku sendiri Tindakan konyol yang cukup menyenangkan; mendengar sayup-sayup alunan lagu itu terlantun merdu...
Karna tak kaulihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap
Tak cemerlang
Tak rupawan
Namun kasih ini
Silahkan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya...
- clara_anita's blog
- 6209 reads
Wow. Benar-benar Clara Anita banget
Wow. Benar-benar Clara Anita banget. Lagu penuh kesenduan dan melankolis. He he he. Cuma bukannya malaikat itu nggak pernah digambarkan mengasihi didalam Firman? Yang digambarkan mengasihi di Firman kan biasanya Allah dan manusia?
@SF: Untung saya bukan malaikat :P
Melankolis...
Wah seratus buat Pak SF; tepatnya melankolis plegmatis ^_^
Betul pak, saya setuju. Sejauh yang saya baca malaikat tidak digambarkan mengasihi. Saya hanya menangkap adanya kepatuhan pada diri malaikat. Patuh pada perintahNYA. Beda dengan manusia yang seringkali harus bergumul hanya untuk sekedar patuh. Mungkin inilah konsekuensi dari pilihan bebas yang diberikan pada manusia, dan mungkin itulah mengapa Firman, seperti kata pak SF, lebih banyak membahas tentang kasih manusia-TUHAN; karena manusia perlu panduan lebih dibanding malaikat...
Untung saya bukan malaikat; karena banyak hal menyenangkan yang pasti tidak bisa saya lakukan. Seperti melompat pagar sekolah semasa SMU untuk bolos saat jam istirahat (tapi saya kembali pada saat bel masuk; betul-betul nanggung ) Atau ngobrol sambil tertawa lepas bareng teman-teman, dan membuat kesalahan untuk kemudian belajar darinya.
Untung saya bukan malaikat :)
GBU
@clara,
Wah, penyuka Dewi lestari juga toh......!
Aku cuma 1X pake i-ring tone. kalo nga salah lagunya Celine Dion, the Prayer. Sekali waktu, ada pendeta yg aku kenal telp, dan waktu itu aku ngga dideket HP ku. Singkat cerita, aku hanya menemukan 4 missed calls tertulis di layar HP ku itu.
Karena yg telp Pdt, sampe 4 kali lagi, tunggang langgang lah aku menelponnya. Ternyata oh ternyata, Pdt itu ketagihan dengar i-ring tone yg aku pasang. Sementara tujuan dia menghubungiku,....... ga penting-penting bgt sih.......
Tapi, ada juga yg buat aku mokal......., cuma ga brani aja tulis disini. Itulah yg buat aku kapok pake i-ring tone. Skarang aku ga pake i-ring, i-ringan!
Ga penting deh kayanya..... (yarin dikatain dusun!)
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
@erick: Aku penggemar Celine Dion ^ ^
Hi Erick,
Aku lebih melihat ke lirik lagunya sih Rik; menyentuh sekali
Kalau soal penyanyi aku suka banget sama Celine Dion (Sepertinya kamu suka juga ya)... Dulu pas jamannya The Prayer ngetop beberapa tahun lalu; wah tak henti-hentinya aku menyanyikannya dengan suaraku yang pas-pasan sambil menerka-nerka apa sih arti lirik yang berbahasa 'alien' itu...
He.. he... sepertinya kamu mendingan beliin CDnya Celine Dion buat pak pendetamu ^_^ Biar dia bisa dengerin sepuasnya :)
Duh jadi penasaran nih apa yang terjadi dengan i-ringmu sampai gak dipake lagi... terlalu pribadi untuk diceritakan ya
Ah aku mau nemenin Erick nyanyi the prayer..
I pray you'll be our eyes
and watch us where we go
and guide us to be wise
in time when we don't know
GBU Erick
anita
@Clara
wah... Clara, aku dah pake 1 tahun yang lalu, gara-garanya sama kayak kamu.. emang sih ga penting, .. mahal lagi, n yang dengerin juga orang lain, jadi ga ada banyak gunanya buat kita, ya.. iseng aja..
Tapi, nyatanya smp sekarang ga mati2 juga.. pengen aku ganti sih, tapi belum ada yang sreg di hati... (he he kayak cari apa wae...)
Yaaa. dinikmatilah..GBU
To Love God Is To Obey God
@Iik: penting nggak penting sih :)
Waduh...
Ternyata cari i-ring sama dengan cari jodoh ya Harus dapat yang 'sreg' dulu baru dipasang... memilih memang susah ya mbak; padahal hidup penuh pilihan
Tapi meski gak penting ada juga kok gunanya buat kita. Kalau dibahasakan dengan bahasa Public Relation --> menjual citra;
Seperti apa sih kita ingin dikenal? Citra macam apa yang ingin kita bangun?
Eh.. kalau sama sesama manusia aja kita mati-matian membangun citra, gimana ya dengan DIA? Seperti apa sih kita ingin dikenal sama DIA?
Wah... pertanyaan yang harus dijawab dengan bertapa dulu nih
GBU
anita
Iklan ala E***A Untung
Kemarin aku dpt sms dari provider E***A ,(tapi udah aku hapus sih) kalau gak salah kaya gini deh "untung pake e**a pakai nada sambung iklan dapat talktime"
weleh - weleh koyo google adsense aja
Semut,bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, Amsal 30:25
@antowi: banyak operator...
Strategi para operator itu memang macam-macam ya. Jengkel juga sih kadang kalau dapat SMS yang isinya hanya promosi (terutama ketika menunggu-nunggu pesan singkat dari orang tertentu :P)
BTW, Antowi pakai CDMA ya? wah saya penggemar setis GSM. Pernah sekali pakai CDMA tapi kapok karena ternyata tak sehemat di iklan. :(
GBU
Test..test..(smg commentnya gak ilang kaya yg sdh2)
@noni: walah... pesanmu tak terlihat mbak :)
Mbak Noni
Pesanmu tak terlihat mbak :)
Apa memang font-nya sengaja dibuat putih semua :P
Ternyata hilang lagi...
Wah penasaran nih, mbak noni nulis apa ya?
GBU
lagu buat clara
lagu buat clara, semoga suka :-)
@nis: thanks ... lagunya aku banget :)
Wah...
terima kasih kak Denis...
Lagunya benar-benar 'aku banget' :)
GBU
NGULANG COMMENT
Dear Bu Guru...
Mengulang comment yang tak termuat kemarin dulu itu, ni saya mo recomment..
Btw, NSP Bu Guru emang Bu Guru buanget...hehehe...
Saya bukan pelanggan tetap layanan ini, cuma pas ada pulsa lebih baru pakai NSP. Biasanya saya memilih lagu yang lucu. Dulu pernah pakai yang ala komentator sepakbola. NSP yang saya pakai terakhir lebih ke arah menyemangati diri sendiri, hehehe...biar segera bangkit!! Sekarang sih saya lagi nggak pakai NSP, maklum pulsa lagi cekak...^_^
Dulu seorang mantan pernah pakai NSP lagu yang bukan dia banget. (kebetulan dia nggak suka jenis musik itu dan selera musik kami emang banyak berseberangan), tapi entah kenapa dia malah milih lagu itu sebagai NSP-nya. Waktu saya tanya kenapa, dia jawab katanya lagu itu mengingatkannya akan saya...hahaha...(memang lagunya saya suka banget). Gombal ya? Tapi saya sempat GR juga waktu dia jawab gitu...hehehe...
Jesus loves Us