Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
How old are you?
Baru pukul 16.30 tetapi di ketinggian 1700 mdpl di lereng Merbabu ini keadaan langit seperti rembang senja di tepi pantai. Tepian bulatan merah matahari telah menyinggung siluet gunung Sindoro Sumbing di kejauhan. Rasanya tidak ada 3 menit bulatan itu telah hilang tenggelam di balik gunung-gunung itu. Sebentar lagi umur saya bertambah tua 1 hari. Tetapi betulkah saya bertambah tua?
“How old are you?” Sebuah pertanyaan yang sebetulnya tidak nyaman di telinga orang Timur. Mengapa bahasa Inggris tidak mempergunakan age alih-alih old? Orang Indonesia pasti lebih suka bertanya “Berapa umur Anda?” daripada “Seberapa tuakah Anda?”
Umur yang setiap tahun penambahannya diperingati dengan ucapan “Happy Birthday” bertumpu pada waktu yang diperlukan bumi untuk berotasi pada garis sumbunya 1 kali putaran. Umur kronologis ini berlaku adil kepada setiap manusia. Ia melaju dengan kecepatan yang sama untuk setiap manusia tanpa mengindahkan tinggi-rendah martabatnya; tanpa peduli berapa banyak harta yang dimilikinya; tanpa memandang tingkat kecerdasan orang itu.
Karena umur kronologis yang mengacu pada bilangan melaju dengan kecepatan yang tetap tanpa bisa diperlambat apalagi dihentikan, manusia berusaha memanfaatkannya dengan optimal. Umur 3 tahun kita harus mulai sekolah yang harus diselesaikan paling lambat pada umur 25 tahun. Kemudian kita harus segera bekerja. Lima tahun berikutnya kita harus menikah karena benih manusia akan kehilangan keunggulannya lewat umur 30 tahun. Apalagi bila lewat 40 tahun bisa-bisa sudah expired. Umur 55 tahun kita berhenti bekerja untuk menikmati segala sesuatu yang telah kita kumpulkan di periode produktif sambil menunggu umur kronologis membawa kita ke titik akhir. Tetapi kapankah kita tiba di ujung umur kronologis ini? Setiap orang sepakat memulai umur dari titik nol. Namun tidak ada yang bersepakat mengakhirinya pada angka yang sama walau seorang pemazmur telah menyatakan “Masa hidup kami 70 tahun dan jika kami kuat, 80 puluh tahun” (Mazmur 90:10a).
Ketidaksamaan akhir umur kronologis, membawa orang kepada kesadaran adanya multi dimensi dalam umur. Umur juga bertumpu pada derajat fungsional dan kondisi tubuh jasmani kita.
Pernah ketika masih di SMA saya kenal seorang gadis yang menjadi anggota paduan suara gereja. Sebelum saya lulus SMA, dia telah kembali ke kota asalnya. Empat tahun kemudian saya bekerja sebagai salesman. Saya bertemu kembali dengannya di sebuah toko di kota asalnya. Rupanya toko itu milik orangtuanya. Nyaris saya tidak mengenalinya bila dia tidak menyapa. Keadaan tubuhnya seperti perempuan yang berumur kronos 35 tahun. Beberapa helai uban ada di rambutnya yang tidak lagi mengkilat. Kulitnya tak sehalus gadis-gadis yang seumurnya. Ada kerutan di wajahnya. Beberapa bulan kemudian ketika saya mengunjungi kembali toko itu, kami hanya bertukar senyum. Dia tampak agak limbung waktu berjalan. Tubuhnya tampak begitu lemah. Umur biologisnya melaju begitu cepat.
Lepas dari kasus di atas, umur biologis masih bisa dikendalikan lajunya. Kita bisa mempercepatnya dengan bekerja tanpa kenal waktu istirahat, memboroskan sel-sel kelabu dengan selalu berkuatir dan mengkonsumsi obat-obat keras tanpa aturan. Sebaliknya pola hidup sehat bisa memperlambat geraknya. Kemajuan teknologi juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan umur biologis ini.
Tahun lalu Alex, seorang teman yang lama tinggal di Eropa berlibur bersama istrinya dan menginap beberapa malam di rumah saya. Ia ingin bertemu dengan teman-teman lamanya di kota ini dan saya menyediakan diri menjadi sopir pribadinya. Di sebuah resto kami makan bersama dengan sepasang suami istri. Dari penampilan biologisnya, saya menaksir sang suami berumur paling tidak 55 tahun. Tetapi istrinya? Cantik nian! Kulit tubuhnya dari wajah sampai betis halus bagai gadis muda belia. Umurnya pasti di bawah 30 tahun. Sayang, dadanya agak rata.
Dalam perjalanan pulang saya bertanya kepada Alex.
“Lex, temanmu itu memang beruntung. Setua itu masih bisa punya istri muda usia.”
Alex tertawa. “Yang perempuan itu temanku, bukan suaminya. Wajah dan tubuhnya cantik sejak dulu. Do you know how old she is? Dia jauh lebih tua daripada aku. Sekarang dia 61 tahun!”
“Yang benar saja! Bagaimana bisa?”
“Setiap tahun dia ke Jerman. Mungkin saja untuk merapikan tubuhnya.”
“Sayang dia tidak sekalian merenovasi dadanya.”
“Mungkin takut kena kanker.”
“Perempuan itu tidak bagus karakternya,” mendadak saja istri Alex yang asli Perancis mencela. “Dia penipu. Menipu diri sendiri dan orang lain dengan penampilannya yang tidak asli.”
“Biar dia penipu, aku senang duduk di sebelahnya,” jawab saya sambil terbahak.
“Sori Pur, aku ingin muntah. Mungkin aku makan banyak pete tadi,” mendadak dia merintih.
“Madame, tahan sebentar! Jangan muntah dalam mobil. Itu bukan karena pete. Jangan ingat-ingat lagi waktu tadi kita berpisah Alex dapat cium cheek-to-cheek. Aduh Lex, kalau ciuman tadi lip-to-lip pasti istrimu langsung muntah di tempat.”
Dalam menyiasati umur biologis, telihat adanya dimensi lain, yaitu umur psikologisyang ditentukan oleh tindakan dan perilaku, tingkat kedewasaan atau kematangan pribadi orang tersebut. Ada yang baru usia SMP tetapi bisa memberi nasihat bijak kepada orangtuanya sehingga mereka batal bercerai. Sebaliknya ada yang sudah tua renta tetapi masih mbocahi, berperilaku seperti anak-anak. Umur kronosnya sudah di angka 70, umur bionya membuat ia harus berjalan memakai tongkat, tetapi masih saja dengan tetangga ia suka main dokter-dokteran.
- o -
Pukul 7 malam ketika di dalam gereja GKJTU para pelajar Kristen sebuah SMA nasional sedang dibimbing menjadi penginjil internal sekolah, saya berjalan keluar. Dusun Cuntel di Kelurahan Kopeng ini sudah sepi. Yang terdengar hanyalah suara lenguh sapi dan embik kambing. Bendera merah putih berkibar di setiap rumah karena lusa 17 Agustus. Saya berjalan perlahan menyusuri jalan dusun yang naik turun menikmati dinginnya udara. Semua pintu rumah telah tertutup. Di ujung jalan saya berbelok ke kiri. Hanya dalam hitungan menit saya telah tiba di ujung jalan itu di mana berdiri gereja GPdI. Saya berbalik arah. Agak gelap jalan ini karena tidak semua lampu jalan dinyalakan. Di ujung jalan di tempat yang agak tinggi ada rumah batu. Itu gereja GBIS. Saya menyusuri jalan di tepi dusun. Ketika melintas di bawah sebuah lampu jalan, sinarnya terpantul pada gelang manik-manik di pergelangan tangan saya.
Setiap perserta program live-in ini mengenakan gelang manik-manik beraneka warna. Kuning, hitam, merah, putih dan hijau yang dipergunakan sebagai alat pembantu mengabarkan Injil. Melihat warna hijau, saya teringat masih ada dimensi lain dari umur manusia. Umur rohani, seperti yang tersirat dalam 1Korintus 3:1,2:“Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.”
Apakah umur rohani saya bergerak maju selaras dengan umur kronosnya? Pur, how old are you? Kata “how” tidak menanyakan jumlah tetapi tentang cara, hal, keadaan. Umur kronos, umur bio dan umur psiko bisa dilacak orang lain. Tetapi umur rohani hanya diri kita sendiri yang tahu sudah ada di tingkat mana kita berada. Mungkin saja orang berpendapat umur rohani saya sudah banyak melihat jumlah dan hebatnya karya pelayanan saya di ladang Tuhan. Karena itu orang bisa saja mengira saya lebih mengenal Tuhan daripada mereka. Selanjutnya ketika mereka terbaring sakit atau terbenam dalam masalah mereka lebih merindukan saya daripada seorang pendeta untuk datang mendampingi. Hanya saya sendiri yang tahu motivasi di balik semua kehebatan itu. Hanya saya saja yang tahu umur rohani saya masih seperti anak kecil yang ketika diberi sebatang coklat hanya meneruskan kertas pembungkusnya kepada orang lain, bukan coklatnya.
Dalam senyap angin dingin menyambar wajah saya. Saya menengadah ke atas. Langit cerah dan bintang-bintang tampak lebih banyak daripada yang saya lihat dari kota. Cahayanya jauh lebih terang sehingga bintang-bintang itu tampak lebih jelas dan lebih dekat. Sebuah benda langit bergerak secepat kilat melintas langit. Kilatan cahayanya membuat saya teringat akan ukuran lain dari umur yang menggentarkan hati karena bahkan kita sendiri tak tahu di titik mana dalam ukuran itu kita sekarang sedang berada.
Kamis 6-Agustus pukul 23.00 sebuah SMS masuk ke hape saya. Pendeta Rachmat dari sebuah gereja di Medan ada di rumah sakit Semarang menunggui istrinya yang sedang koma. Beberapa hari sebelumnya saya menerima kartu undangan pernikahan puteri sulungnya yang akan dilangsungkan di Solo pada hari Minggu 9-Agustus. Segera saya menelponnya untuk mengetahui penyebab koma istrinya.
Mereka sudah beberapa hari di Solo untuk mempersiapkan pernikahan itu. Setelah semua diselesaikan, mereka ke Ampel desa kelahiran Ibu Rachmat. Sore itu ketika istrinya berdoa bersama kakak perempuannya, dia menundukkan kepala dalam-dalam dan tiba-tiba jatuh terjungkal ke depan dalam keadaan pingsan. Segera ia membawanya ke rumah sakit di Salatiga. Setelah mendapat pertolongan pertama, dengan rujukan dokter, istrinya dibawa ke Semarang dengan mobil ambulan disertai 2 perawat dengan selang-selang di tubuhnya.
Segera saya berangkat ke rumah sakit malam itu juga. Saya menjumpai Bu Rachmat masih terbaring di ruang UGD. “Mengapa pasien tidak dipindahkan ke ICU yang telah dipesan oleh rumah sakit Salatiga?” tanya saya kepada dokter UGD.
“Denyut jantungnya sedang dinormalkan secara bertahap, perlahan-lahan,” jawab dokter itu. “Tadi sempat hilang untuk beberapa saat.”
Memandangi wajahnya saya jadi trenyuh. Umur kronosnya baru melewati angka 50. Umur bionya ada di tingkat sehat karena sehari-hari dia bekerja sebagai perawat sehingga terbiasa menjaga kesehatan tubuhnya. Beberapa bulan yang lalu ketika dia ada di Semarang untuk menerima lamaran bagi puterinya, saya mengajaknya beserta suaminya makan di luar. Dia mengusulkan ke resto yang menyediakan masakan sayur. Saya membawa mereka berdua ke resto yang menyediakan berbagai masakan sayur siap saji. Dia bercerita sedang diet karena pada waktu pernikahan puterinya nanti dia tidak mau kalah penampilan dengan puteri Solo. Dia tampak bahagia sekali karena puterinya telah menyelesaikan kuliahnya di Solo dan mengetahui calon menantunya pemuda baik-baik.
Umur psikonya? Lima tahun saya bergaul dengannya di Medan. Kami bersama-sama mengajar Sekolah Minggu. Rasanya hampir setiap bulan selalu ada saja yang kami pertengkarkan dengan nada tinggi. Tetapi ada sesuatu yang saya herani sampai suatu kali saya tanyakan kepadanya,
“Bu, selama ini diam-diam saya mengherani Ibu. Saya sering membuat Ibu jengkel. Tetapi saya tidak pernah melihat Ibu marah. Padahal kalau saya sedang tensi, saya lupa sopan-santun waktu berbicara.”
“Lha buat apa saya marah sama sampeyan,” jawabnya dalam bahasa Jawa. “Kalau mangkel(mendongkol), pasti. Bahkan mangkel banget kalau sampeyan omong sambil marah. Tapi orang Jawa tahu bagaimana caranya menghilangkan rasa mangkel ini.”
“Bagaimana caranya, Bu?”
“Lha iya dibawa ke WC. Setengah jam sudah cukup. Keluar dari WC rasanya sudah plong, lega,” jawabnya sambil terkekeh.
“Nah, Ibu mulai lagi. Masa omongan saya dianggap tinja.”
Umur psikonya sehat dan matang. Pernah di Minggu pagi kami bertengkar hebat tentang perlu tidaknya setiap guru SM mendapat ongkos transpot. E, sorenya dia menelepon saya.
“Mbokyao saya ditolongi. Ada jemaat masuk rumah sakit mau operasi dan minta didoakan. Tapi Bapak sedang pelayanan di luar kota. Saya ingin menggantikan Bapak. Mau ya sekali-sekali jadi sopir saya. Tapi istri dibawa lho, biar besok kita tidak dikorankan.”
Dia tak pernah menyimpan dendam.
Jumat 7-Agustus siang seorang mantan anak Sekolah Minggu yang kisahnya saya tulis di akhir artikel Cinta Pertama Jangan Membuat Bodoh menelepon. Ia mengabari Ibu Rachmat masuk ke rumah sakit di Semarang karena koma. Foto otak menunjukkan 70% lapisan luar otaknya digenangi darah. Saya diam saja karena terkejut.
“Apa Pak Pur sudah tahu?”
“Sudah. Tadi malam saya ada di rumah sakit sampai pukul setengah dua.”
Pada hari Minggu subuh pukul 01.10, 9 jam menjelang peneguhan pernikahan puterinya, Ibu Rahmat meninggal tanpa pernah sadar diri. Tuhan memanggilnya ketika kebahagiaan sedang menyelimuti dirinya, ketika everything is okey, ketika semua dimensi umur tampak belum sampai pada titik akhir.
Empat dimensi umur ternyata berada dalam bagian awal sebuah dimensi umur yang jauh lebih tinggi derajat dan kekuatannya, yaitu umur kekekalan yang terbagi dua, bagian fana di depan dan bagian abadi di belakang.
Saya mengayunkan langkah kembali ke gereja GKJTU Cuntel. Dalam kesenyapan dusun ini, saya bertanya kepada diri sendiri, “Pur, how old are you tonight?”
Semata-mata untuk menjadi perenungan pertanyaan yang sama saya sampaikan kepada 2 blogger Sabda Space.
“Anita, how old are you on August 22nd 2009?”
“Iik, how old are you on August 23rd 2009?”
(the end)
Catatan: semua nama dalam kisah ini telah disamarkan.
Belum ada user yang menyukai
- Purnomo's blog
- Login to post comments
- 6303 reads
Dada Rata
"Sayang, dadanya agak rata"
Sempet-sempetnya mlototin toh?
"masih seperti anak kecil yang ketika diberi sebatang coklat hanya meneruskan kertas pembungkusnya kepada orang lain, bukan coklatnya"
Ilustrasi ini so pasti saya copas :), minta restu...
Rusdy, tafsiran Anda lepas dari konteksnya
"Sayang, dadanya agak rata" Sempet-sempetnya mlototin toh?
Weleh, tafsiran ini bisa membuat blogger perempuan bila bertemu saya akan bergegas mengenakan jaketnya. Yang saya tulis, “Kulit tubuhnya dari wajah sampai betis halus bagai gadis muda belia. Umurnya pasti di bawah 30 tahun. Sayang, dadanya agak rata.” Kalau pemindaian dilakukan dari atas ke bawah masa yang tengah dilewatkan? Ga aci dong! Hanya saja kecepatan pemindaian tentunya tidak sama untuk setiap area, sesuai dengan kebutuhan. Ada yang dengan 150 dpi (asal lewat saja) ada yang 1200 dpi (yang ini agak lama untuk mendapatkan gambar yang jernih).
Hayo, mana yang saya pindai berulang kali? Wajahnya, Bung Rusdy. Walau sudah lewat setahun, sampai sekarang saya masih bisa mengingatnya karena wajahnya mirip benar dengan pemeran puteri bangsawan yang memicu perang besar dalam Red Cliff 2.
Hei KEN, where have you been? Ada DVD menjengkelkan lagi karena membuat kita susah menghentikannya sebelum selesai. Drama moderen Sampek Engtay Taiwan, Hana zakarino Kimitachihe.
Salam.
@clara n iik : happy birthday sisters !
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF
Thank you kanda,
It's very kind of you to say....
Jaman sekarang kan cinta tak terbatas jarak ^_^. Meski jauh masih bisa saling merayakan bukan?
Salam dan selamat saya untuk istri Kanda..
GBU
nita
tengkyu JF...
Tengkyu ya JF...
tetap n terus semangat!!!
passion for Christ, compassion for the lost
@Purnomo : Bu Rachmat
Saya juga mengenal Bu Rachmat sebagai pribadi yang bersahaja yang gemar menyapa siapa saja di dekat gerbang gereja, termasuk pengunjung gereja yang bukan anggota. Selama jalan, Ibu GSM yang baik. Tuhan Yesus kiranya menyambutmu di tempat yang kita rindukan.
Gemar menyapa siapa saja
membuat para sahabatnya bersegera datang ketika Bu Rachmat ada di ICU. Bahkan seorang istri pejabat tinggi BUMN pada malam hari rela tidur di lantai teras ICU untuk menjagainya. Kegemaran beliau mengumpulkan banyak orang masih tersisa ketika peti akan ditutup. Rasanya seperti reuni melihat jemaatnya dan mantan jemaatnya yang ada di Jawa, bahkan ada yang rela berkendaraan tengah malam dari Jakarta dan Bandung untuk datang, berkumpul di rumah duka.
Saya jadi ingat akan keinginannya waktu kami terakhir bertemu. “Sebentar lagi Bapak pensiun. Kami mau kembali ke Salatiga dan segera membuat perkumpulan mantan orang Medan. Pasti ramai.” Sayangnya kami (atau tepatnya: kita?) ramai dalam suasana yang berbeda.
Salam.
@Pak pur :
Chronologically, I am 26 Pak Pur ^_^. Meskipun begitu saya sering jengah bila di tempat kerja ada saja yang bilang saya terlihat "terlalu" muda untuk menjadi seorang guru dengan jam terbang di atas 5 tahun . Saya hanya bisa memaklumi karena mungkin saya memang lulus terlalu dini dari sekolah dan mulai mengajar sebelum benar-benar lulus (belum lepas dari 21 kala itu). Lama kelamaan saya menikmati juga ketika remaja-remaja tanggung itu dengan kikuknya menyapa saya, "mbak... eh.. bu.. eh.. miss aja deh."
Dimensi yang lain? Agaknya sulit diukur pak. Untuk itu butuh proses yang tidak sekedar pergantian tanggal kalender. Semoga pada saatnya kelak saya bisa sematang Bu Rachmat dalam ilustrasi bapak tadi...
Terima kasih Pak Pur...
Tuhan memberkati..
Anita
Pur : Clara & Iik J
Shalom Pur...
saya pun bertanya kepada diri saya sendiri..." Smile, How old are u, today?"
Setiap hari umur kita bertambah...dibawa kemanapun, mengerjakan apapun,bertambah dengan sendirinya...Lahir, berujung kematian....ada yang datang ada yang pergi, ada yang lahir, ada yang mati....kalau sudah membahas ini, mungkin sudah sepantasnya kita bukan mengatakan apa yang telah kita raih, tapi apa yang telah kita lakukan untuk Tuhan?
Menjadi tua, dan akhirnya menghadap yang Maha Kuasa...Suka atau tidak, semua akan terjadi...ketika berbicara mengenai usia,seperti anda katakan,, jika bertanya berpa umur / usia anda? atau seberapa tuakah anda? akan sangat terasa bedanya, yang sebenarnya sama saja.
Gaya bahasa pun bisa mempengaruhi sebuah penilaian tentang umur / usia kita.
Yang jadi pertanyaan,sukakah kita berulang tahun, atau takutkah kita saat umur kita bertambah?
Semuanya kembali dari masing masing pribadi....dan dengan adanya blog ini, saya mengucapkan kembali, buat ke dua Blogger di SS
1.Clara Anita 22 Agustus 2009
2.Iik J 23 Agustus 2009
Seberapa tuakah anda berdua? atau berapakah umur / usia anda?
Apapun yang terjadi, bertambah umur, bertambah kepercayaan Tuhan atas kehidupan kita..karena belas kasihNya , masih memperbolehkan kita untuk bisa merayakan Ulang tahun kita.
Happy Birthday sisters..Jesus bless u all
smile anda smile coz world will be beautiful with our smile
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@smile, tengkyu...
Seberapa tuakah anda berdua? atau berapakah umur / usia anda?
Yang jelas... orang sering tertipu kalo ketemu saya.. mengira umur saya lebih muda 10 tahun... ha ha ha.. hanya karena kelakuannya yang masih cengengesan nggak jelas...
ha ha ha ha...
tengkyu ya bro.. semangat!!!
passion for Christ, compassion for the lost
@Pak Purnomo. TERIMA KASIH BANYAKKKKKKK!!!
Terima kasih... Matur nuwun.... tengkyu...
Udah dibuatin blog... dan ucapan selamat ulang tahun... ha ha ha...
Minggu kemarin di gereja.. begitu banyak orang yang datang kepada saya.. memberikan ucapan selamat, pelukan, ciuman, kata-kata penguatan, bunga, coklat, kue, traktiran, begitu banyak sms, begitu banyak pula ucapan di FB... hikzzzz.. ga nyangka saya diingat dan dicintai banyak orang... terharu bangetttttttt....
"Berapa umurmu sekarang Ik?"
"Apalagi yang kau cari?"
"Apalagi yang kau inginkan?"
"Apalagi yang kau mau?"
dsb....
Ketika saya mendapati Bapak membuatkan saya blog ini, saya hanya bisa jawab dan sadar... kalau saya oleh anugerahNya masih sangat sangat sangat sangat sangat muda... kuat dan mempunyai semangat hidup yang sangat luar biasa ha ha ha....
Begitu banyak hal yang masih belum diraih.. begitu banyak mimpi dalam Tuhan, yang belum saya genggam... Orang-orang yang dimenangkan, orang-orang yang dibawa pulang kembali ke hadapan BAPA, jengkal demi jengkal warisan yang dijanjikanNya ...
Ketika teringat umur.. saya hanya punya satu contoh kisah di Alkitab...
Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya. Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati. Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati. Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini; pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk. Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN." Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya. (YOSUA 14:9-12)
Wawwww.. saya beneran terinsipirasi oleh Kaleb... Cita-cita yang sama, keinginan yang sama, hasrat yang sama.. yang saya harapkan tidak pernah akan terpadamkan selama saya hidup di dunia ini. MENYELESAIKAN PANGGILAN TUHAN DI HIDUP SAYA... dan SAYA TIDAK AKAN PERNAH MENYERAH sampai semuanya berakhir!! Karena saya hari ini TERNYATA benar-benar sudah MENEMUKAN ARTI TUJUAN HIDUP SAYA... he he he he...
passion for Christ, compassion for the lost
Hm....ck...ck...ck....
Hm....ck...ck...ck.... kapan aku bisa menulis seindah ini!!!
------------
Communicating good news in good ways
Trik mistis dalam menulis
Pernah saya menghadiri seminar Berpikir Kreatif selama 3 hari yang dipimpin oleh pengajar asing. Dua hari kami mendapat pelajaran berbasis logika Barat. Hari ketiga kami diberi pelajaran berbasis budaya Timur: meditasi, mengumbar angan-angan, memfokuskan pikiran sambil berbaring santai, memandangi foto yang menggambarkan masalah yang ada, dsbnya. Intinya kita berpikir tidak dengan ‘database’ yang sudah ada di dalam otak, tetapi membuka pikiran terhadap masukan dari alam sekitar. Ini sulit bagi kita yang telah terbiasa rasional, tetapi tidak sulit bagi mereka yang masih hidup dalam budaya agraris. Orang desa sering membuat keputusan tanpa bisa menjelaskan mengapanya, kecuali “naluri/perasaan saya bilang ini yang paling baik.”
Dasar perasaan yang “berpikir” di atas berangkat dari anggapan bahwa masukan dari panca indera bisa mempengaruhi otak kita. Saya ingat percobaan yang saya lakukan ketika bermobil jarak jauh di mana kemudi dipegang orang lain. Bila saya memutar lagu berirama cepat dengan dominasi bunyi perkusi, tanpa sadar sopir akan menginjak pedal gas lebih dalam sehingga mobil melaju makin cepat. Tetapi bila gending Jawa atau degung Sunda saya putar, kecepatan mobil akan perlahan menurun.
Bagaimana bila konsep ini dipergunakan dalam kegiatan menulis? Bukankah susah menulis surat cinta sementara musik hingar bingar menghantam gendang telinga kita? Jika saya ingin menulis blog yang lebih mengedepankan emosi, saya lebih suka sambil mendengarkan lagu-lagu lembut. Sebaliknya bila sedang memuntahkan kritik, rasanya lebih mudah menuliskannya sambil mendengarkan lagu-lagu reggae. Betul tidaknya, bisa menjadi penelitian Pak Wawan.
Bagi mereka yang sedang hobi menulis surat cinta lewat imel, saran saya tempelkanlah foto kekasih Anda di sudut atas monitor komputer sambil mendengarkan lagu-lagu cinta (yang tidak berantakan tentunya) dan membakar dupa wangi. Apakah ketika menulis blog ini saya menayangkan foto Anita dan Iik di layar monitor? (lebih baik saya menulis pertanyaan ini daripada kedahuluan Bung Rusdy). Hehehe, biarlah pertanyaan ini tak saya jawab.
Salam and thx atas apresiasinya.
@Iik, ku ingat ultah-mu sepanjang sis hidupku
IIK ini kalimat yang kutulis 23 Agustus tahun lalu.. ku ulangi lagi.. di sini
Selamat Ulang Tahun Ik..
Kelihatannya kita jodoh Ik.. aku akan mengingat hari ulang tahun-mu sepanjang sisa hidupku he.. he.. he..
....................
..............................
Berbahagialah.. bersama masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang..
Happy Birthday Iik
SKSD...
sok kenal sok dekat dan...
ikutan ngucapin happy birthday ah...
buat mba iik dan mba clara anita...
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com
otomatis...
"menjadi tua itu otomatis,
menjadi dewasa itu pilihan..."
dan katanya hidup is all about "pilihan"
pilihlah pola hidup alamiah,
daripada pola pikir medis...
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com