Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hari ini 25 Tahun Lalu
"Slamat ultah ke 25 bwt aku dan Nyai, kami sedang menunggu kiriman kado." demikian bunyi SMS yang kuterima dari Mantuh, adik bungsuku, membuat darahku seolah-olah berhenti mengalir. Aku lupa kalau hari ini mereka berulang tahun, padalah sejak beberapa bulan terakhir aku merencanakan mengirim hadiah ulang tahun berupa kumpulan novel detektif.
Dengan rasa bersalah, aku membalas SMS-nya mengucapkan selamat ulang tahun dan berjanji mengirimkan hadiahnya awal bulan depan.
Tidak sampai satu menit aku menerima balasan ini: "Ya, trima kasih kami tunggu."
Pikiranku jadi melayang, teringat kejadian hari itu, tepat 25 tahun lalu.
Tepat 25 tahun lalu, aku terbangun karena sepertinya banyak orang di ruang tamu. Waktu itu aku masih berumur lima tahun. Ruang tamu sudah dipenuhi oleh banyak orang, terutama teman-teman ayah yang mengajar di satu-satunya SMP di kampung ini, tetangga juga ikut memenuhi ruang tamu.
"Ei.. kesiangan! tidak malu adiknya udah bangun duluan." goda Pak Kasman, teman ayah satu tempat mengajar. Sekarang, setelah 25 tahun menjadi kepala sekolah di SMP yang sama.
Aku hanya diam, lalu mencari ibu, tetapi tanteku yang sudah beberapa hari ini menginap di rumah, langsung menggendong dan membawaku ke dapur.
"Adikmu sudah lahir," katanya sambil membuatkan aku susu, "jangan ganggu ibu kamu ya."
Aku hanya diam, bertanya-tanya dimana adikku Dein, pasti ia sudah bermain di halaman. Beberapa hari kemudian baru aku tahu ceritanya.
Hari ini, 25 tahun yang lalu rumah sepi. Ketiga kakak kami sedang di sekolah. Aku dan adikku yang berumur 2 tahun sedang tidur, adikku yang lebih muda setahun dariku sedang bermain sendirian di halaman. Ibu mengeluh sakit, tante langsung memanggil bidan kampung, sambil menyuruh adik yang sedang bermain air di dekat pompa memberi tahu ayah supaya segera pulang, ibu mau melahirkan.
Itulah sebabnya banyak orang di rumah, semua guru pergi ke rumah kami, juga para tetangga. Tetapi adikku katanya tidak langsung kembali ke rumah setelah itu, menggunakan kesempatan untuk bermain jauh dari rumah.
Aku tidak ingat banyak, kecuali beberapa hari ibu tidak mengurus kami, tante dan ayah yang mengurus kami. Lalu ketika melihat kedua bayi mungil itu, aku berkata dengan nada melihat ada sesuatu yang salah, "Kaki mereka merah ya?"
"Memang merah", jawab kakak yang tertua, seolah berkata, "Tidak apa-apa, itu memang normal."
Tidak banyak yang kuingat 25 tahun lalu, tetapi setelah itu banyak kenangan tidak terlupakan.
Bersambung...
- anakpatirsa's blog
- 4197 reads