Ruth Lestari's blog

Saat semua yang nyata berbenturan dengan asa yang pernah ada..rasa hati sedikit demi sedikit kian kehilangan arah untuk berjalan. Aku mencoba untuk selalu mem mata, mencoba untuk menundukan kepala dan terus berjalan. Namun kaki terlalu lelah untuk berjalan terus tanpa arah. Akupun mulai menutup mata, dan menghentikan langkahku sejenak. Mencoba menghela nafas panjang dan mengisi ruang yang ada dengan oksigen yang baru. Mencoba untuk membuat diriku hidup. Entah berapa lama aku bisa mempertahankan diriku untuk hidup. Dua tahun atau tiga tahun lagi mungkin tubuh ini bukan aku lagi.

Termenung dianya disana, mencoba untuk mengerti arah mana yang perlu dipilih. Matanya yang kecil mencoba melihat sekelilingnya. Tengok kanan, tengok kiri. Untuk 20 menit setelah itu dia tetap ditempat, di dalam tempurungnya. Kura-kura kecil berpikir keras bagaimana dia harus menjadikan banyak persimpangan yang ada menjadi satu. Kura-kura galau….

Pengalaman pertama ke museum nasional. Terheran-heran dengan tempat yang begitu luas dan lebar, 3 lantai ditambah 1 lantai basement. Sebuah museum berdiri di jantung kota Jakarta...pengalaman pertama yang begitu menggoda. 

Aku keluarkan jantungnya dan aku masukan dalam kotak. Aku akan gonjangkan dengan keras dan aku akan berhenti ketika benda itu sudah hancur berkeping-keping. Atau aku bisa saja menarik rambutnya sampai terjatuh dan kuseret dia. Akan ku tatap kedalam matanya sampai jiwanya kesakitan dan berteriak minta ampun.

Orang Kristen A : "Gereja loe sepi amat ya, bosenin, duduk, berdiri, nyayi, duduk lagi,      doa, kotbah. Amien...pulang. Gak kaya gereja gue."

Orang Kristen B : "Emangnya gereja loe kaya gimana?"

(OKB mencoba mencari tahu bagaimana ibadah di OKA, OKB datang bersekutu dan.....)

April 6, 2013 – Erik Eka Putra

          Saya baru menikah, baru 4 bulan ini. Ketika saya masih single saya ber MIMPI untuk menjadi isteri yang bisa melakukan baian seorang isteri alias istri yang BAIK. Namun hari lepas hari apa yang saya impikan dulu tidak semudah yang saya bayangkan.

Tidak pernah terpikir aku mengalami untuk percaya Tuhan Yesus. Aku tahu ini akan tidak mudah namun aku pikir tidak sesulit ini. Jatuh bangun selalu dialami. Dan terkadang sampai rasanya muak untuk terus mengalami ini. Dan kemuakan itu berubah menjadi kebingungan.

"Mengapa saya selalu terjatuh?" tanyaku dalam hati

<--break-->Aku teringat akan malam itu, saat hujan membasahi kota ku. Saat udara yang begitu dingin mencengkram disertai kesunyian yang begitu dalam. Aku terdiam disisi dalam jendela apartemenku. Aku duduk terdiam, terdiam dan diam. BAdanku tak bisa digerakan lagi hanya air mata yang terus membasahi pipi. Aku tak tahu harus berpikir apa, harus berharap apa.

 ">Malaikat itu meminta untuk menyerahkan kembali berkas-berkas yang kini ditanganku. Sebuah tas tua berwarna cokelat yang sudah lusuh, terbuat dari kulit.Lusuh, terasa sekali berminyak ditanganku. Kami saling berhadapan, tiga dari mereka dengan aku seorang diri. Mereka memintaku sekali lagi untuk menyerahkan berkas-berkas itu dan aku berkata “bagaimana dengan nasib mereka yang teraniaya. Haruskah mereka mengalami hari yang sama selamanya?”