Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hantu Putih
Sudah sering kudengar cerita hantu. Berteriak atau mengambil langkah seribu merupakan reaksi kebanyakan mereka yang bertemu dengannya. Juga beberapa wanita yang melihat hantu secara refleks menutup mulut dengan tangan, bukannya berteriak duluan.
Aku tumbuh dalam cerita hantu. Di mana-mana ada hantu, di bawah pohon durian, di belakang rumah, di loteng, di atap, di dapur, pokoknya dimana-mana ada hantu. Bila senja turun, kami tidak boleh keluar rumah. Saat matahari mulai beristirahat adalah saat hantu mulai berkeliaran, begitulah kata nenek tua yang tinggal tidak jauh dari rumah kami.
Sebelumnya aku sama sekali tidak pernah mengalami apa yang namanya melihat hantu. Sampai suatu ketika, ketika sendirian di kost, akhirnya bisa bercerita bagaimana rasanya melihat hantu. Akhir pekan, semua penghuni kost pulang kampung, ada yang ke Cilacap, Ponorogo, Klaten, ada juga yang hanya pulang ke Kota Gede. Meninggalkanku sendirian di kost.
Kamarku tidak layak disebut kamar. Hanya sebuah sekat tripleks di ruang tamu yang cukup luas. Tripleks-nyapun tidak sampai ke plafon. Ada ruang kosong setengah meter di bawah plafon, cukup untuk membiarkan cahaya remang-remang masuk bila lampu sekat dimatikan.
Bukan kamar yang tepat untuk sebuah privasi, tetapi inilah kamar termurah. Tidak apa-apa, aku datang ke sini untuk kuliah bukan mencari privasi. Kadang terganggu juga dengan keributan di ruang tamu, apalagi ketika ada acara bola. Kadang teman yang pacaran di ruang tamu suka berbisik-bisik, biar tambah romatis. Sesuatu yang sangat mengganggu konsentrasiku.
Malam sudah beranjak pukul setengah sebelas, dari tadi kantuk sudah menyerang. Kumatikan lampu ruang tamu, namun tetap ada sedikit cahaya masuk dari bagian depan rumah. Sebenarnya aku masih ingin terus menonton televisi, tetapi besok harus bangun pagi-pagi. Ada yang harus aku siapkan, sesuatu yang sangat tidak kusukai karena seharusnya bisa bangun kapanpun mau besok pagi.
Bukan cuma hanya mampu membayar sebuah sekat di ruang tamu, akulah orang termiskin di kost ini. Tidak banyak isi sekat ini, sebuah kasur warisan kakak tingkat merupakan hartaku yang paling berharga. Aku mulai membaringkan diri dan memejamkan mata sambil menghadap tembok, membelakangi pintu.
Aku menyukai saat ketika berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Maksudnya saat ketika kita sudah mau tidur tetapi belum benar-benar tidur. Biasanya pada fase ini suara sekecil apapun akan membuat terbangun.
Sebuah suara kecil terdengar dan aku kembali ke alam sadar. Lalu membalikkan badan. Mencari sumber suara.
Reaksi orang melihat hantu? aku akhirnya mengalaminya sendiri.
Tubuhku langsung membeku, tanpa bisa bergerak. Bahkan darahpun mungkin berhenti mengalir. Sama sekali tidak mampu bergerak, seolah-olah seluruh tubuh menjadi lumpuh. Tidak ada refleks untuk berteriak. Jangankan menggerakan mulut, merubah posisi yang sudah setengah berbalikpun tidak mampu. Jika dalam film atau cerita silat Indonesia, saat itu aku berada dalam keadaan tertotok oleh seorang jago silat aliran hitam.
Sesosok putih di balik pintu membuatku lumpuh seketika. Aku tidak tahu berapa lama aku dalam posisi seperti ini. Pasti tidak terlalu lama, lalu mata minusku mulai menyesuaikan diri dengan keremangan kamar. Sadar sosok putih itu adalah jaket tergantung. kemarin aku menggantungnya dengan cara bagian dalam yang berwarna putih berada di bagian luar.
Aku sudah merasakan bagaimana rasanya melihat hantu. Tidak seperti di film atau di cerita, reaksi pertama melihat hantu: tubuh membeku sehingga membentuk posisi tubuh yang aneh, darah berhenti mengalir, dan tidak akan ada refleks untuk berteriak.
- anakpatirsa's blog
- 5025 reads
Hai Nak, Tiwas serius aku
Hai Nak,
Tiwas serius aku bacanya. Hehehe... kupikir hantu beneran, ga taunya jaket. Uh! Sebeeelll... Aku pengen tau, klo bukan jaket tapi hantu beneran, gimana kira-kira lanjutan ceritanya? Pingsan? Tengking dalam nama Yesus? Kedipan mata, biar hantu lenyap dari pandangan? Ayo dong... lanjutin ceritanya dengan pilih yang seandainya hantu beneran!
Cocok juga judul ceritanya "Hantu Putih", alvatarnya juga "Hantu Putih".
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,