Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hamba Tuhan yang Desersi
Ada seorang teman bercerita :
Aku punya teman sejak masa remaja. Kami bergaul cukup erat dan masing masing tahu kelebihan dan kekurangannya. Ketika pemuda, temanku ini terpanggil untuk menjadi hamba Tuhan dan memutuskan melanjutkan sekolah di sebuah sekolah teologi. Ketika lulus dia di tempatkan di suatu kota kecil untuk membina pemuda dan remaja di gereja setempat. Pelayanannya sangat berhasil dan ia menjadi buah bibir di kalangan teman teman dan anggota gereja asal tempat kami berjemaat.
Sesudah menikah dengan teman sesekolah teologinya, mereka di pindahkan di kota lain untuk menjadi gembala gereja di sana. Di sini pun pelayanannya sangat berhasil, jemaat berkembang pesat dan ia sering diundang gereja lokal lain untuk pertukaran mimbar gereja. Mereka sering dijadikan contoh dan panutan bagi hamba Tuhan lain.
Suatu hari timbul mala petaka, temanku ini terlibat affair dengan seorang janda mati anggota jemaatnya. Hubungan tersebut di mulai dari pelayanan pembesukan jemaat dan konseling. Akibat affair ini hubungan temanku dan istrinya menjadi sangat buruk yang pada akhirnya berujung pada perceraian yang tentunya sangat disayangkan oleh anggota gereja tersebut, gereja ku tempat asal kami berbakti bersama dan juga sinode gereja.
Akibatnya temanku diberhentikan dari jabatannya kemudian diasingkan dan dibimbing seorang Pendeta, ketua sinode dan bekas dosennya. Tak berapa lama setelah tak terdengar kabar, tiba tiba aku dikejutkan dengan minggatnya temanku ini dari tempat "pengasingannya". Lebih mengejutkan lagi ia kembali ke rumahnya di kota kami dan hidupnya menjadi tak karu- karuan jauh dari Tuhan. Dia menjadi seorang yang sangat suka berjudi dan tak pernah lagi ke gereja.
Hamba Tuhan di gereja kami yang kebetulan juga seniornya telah beberapa kali menjenguk dan memberi nasehat namun tak mempan juga.
Suatu hari ketika aku mesti keluar kota mengantar istri pulang ke rumah mertuaku, hari minggu kami pergi ke gereja mertua yang berlainan aliran dengan tempat kami biasa bergereja. Tak disangka aku bertemu temanku ini ketika kebaktian selesai. Kami bersalaman dan berpelukan mengingat sudah lama kami tak jumpa karena aku sering bertugas di luar kota dan juga dia yang menghindari untuk bertemu.
Tak ada kata yang mampu aku ucapkan, lidah ini seakan kelu. namun ia mengatakan satu kalimat yang tak bisa kulupa : " Hidupku ini sekarang sudah rusak jauh dari Tuhan, aku sedang berusaha menata lagi namun sulit sekali. Sekarang aku berpindah pindah gereja untuk coba mencari ketenangan dan jawaban akan masalah hidupku ini. Tolong bantu aku jangan beri tahu ke gereja kita dulu." Aku cuma bisa termangu dan berkata :" Tuhan ada di mana mana tak perlu kita pergi jauh untuk mendaptkanNya." namun ia hanya tersenyum kemudian bergegas pergi seakan tak mau lebih lama mengobrol denganku.
Semenjak pertemuan itu tak pernah lagi terdengar kabar beritanya. Dia bekas hamba Tuhan dengan gelar STh yang jauh lebih mengerti Firman dibanding aku. Nasehat apa yang bisa aku berikan jika semua dia sudah tahu. Malam harinya ketika berdoa dan khusus berdoa buat dia, aku menangis sedih. Ya Tuhan mengapa orang yang telah pernah menjadi hambaMu dan katanya bergaul akrab denganMu bisa tak mengerti dan mengenal Engkau?
Dari masalah itu, satu hal yang bisa kutarik kesimpulan bahwa tak peduli seberapa tinggi gelar theologi yang diraih, tak peduli seberapa lama melayani, tak peduli seberapa menderita ketika melayani tanpa iman semua itu sia sia
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
- king heart's blog
- 4718 reads
hm...gitu dech mungkin itu
hm...gitu dech
mungkin itu yg di kata kan ...orang terdahulu menjadi terbelakang ...
NB;tetap semangat di dlm TUHAN
hm...gitu dech
wuih.........memang
wuih memang pak ........................ hidup ini kan pilihan, coba baca komentar saya kepada yang berjudul weleh ....weleh 10/18/2008-15:02
Geen problem
@ king heart, masalah yang banyak ditemui, dan sangat alami.
Menurutku, dia tidak perlu diberi nasihat. Tetapi ia perlu melihat kepastian janji Tuhan. Perlihatkan buah-buah roh kepadanya. Sekali-kali bukan untuk mengajarinya mengeja apa itu teologi.
Ketika anda berdoa kepada Tuhan, air mata anda tidak akan sia-sia. Inilah alasan mengapa Daud membutuhkan orang orang lain memaparkan kesalahannya, walau Daud tidak lupa akan kesalahan yang diperbuatnya.
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Sangat alami tapi sulit
Menurut teman saya,
Dari pertemuan terakhir mereka, ia melihat bahwa sang teman ini jelas kehilangan damai sejahtera dari Tuhan dan ini tampak dari tatap matanya yang sangat sedih dan memlas. Dari satu sisi ia jelas berusaha melupakan Tuhan, di sisi lain hati nuraninya mengejar dan menegur supaya ia kembali kepada Tuhan sehingga ia hidup tidak ada damai sejahtera.
Problem yang dihadapinya memang sangat alami namun jalan keluar tidak mudah. Hanya belas kasihan Allah yang mungkn bisa membawanya kembali
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
@KH : DIA LUPA DOA BAPA KAMI
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
hamba tuhan vs hamba setan
jika kita memahami bahwa hanya ada dua kekuatan yang mempengaruhi manusia yaitu kekuatan tuhan dan setan, maka jika tidak (lagi) menjadi hamba tuhan, ya jadi hamba setan.
apakah kita (masih) hamba tuhan?
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
Semoga Analogi dengan Perumpamaan Anak yang Hilang
Kesimpulan yang anda tarik dari maslahah ini keliru. Sebab teman anda ini telah melayani dengan iman. Terbukti dari dua pelayanannya terdahulu (pelayanan remaja dan pelayanan jemaat) telah dielu-elukan oleh domba gembalaannya.
Pendapat saya: Setan bagaikan singa yang lapar siap menerkam mangsanya yang tidak waspada. Janda dari anggota jemaat itu bagaikan semak belukar dimana singa lapar ada di dalamnya. Ketika pendeta teman anda itu lemah imannya (mungkin: kedagingan seringnya melakukan pelayanan berduaan/berdampingan), setan langsung bersemayam di dalam diriny.
Saran saya: Lakukan pendekatan, duniawi (seperti yang telah dilakukan oleh Ketua sinode; seorang pendeta dan seorang mantan dosennya) dan rohaniawi melalui jamahan doa. Ingat perumpamaan anak yang hilang. Siapapun dia (termasuk anda yang sedang membaca tulisan ini) punya masalalu yang tidak berkenan dimata Tuhan.
@AmranRede
Tkanks atas tanggapannya, namun semua tulisan saya di atas merupakan cerita seorang teman, jadi saya belum dan tidak berkesimpulan apa apa.
Pertanyaan saya atas tanggapan anda adalah bagaimanakah pendekatan duniawi itu ? Adakah beda dengan pendekatan yang rohani ? Jika menurut anda doa merupakan cara terbaik bukankah ini merupakan pendekatan rohani ??
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
hamba Tuhan yang desersi... hamba Tuhan juga manusia bo..
ya harus diakui, yang dilakukan oleh temanmu yang mantan pendeta itu adalah salah. salah banget. tetapi masa yang salah harus dibiarkan terus terperosok lebih dalem lagi?
satu hal yang musti diingat, benar , pendeta itu harus menjadi teladan bagi yang lain dalam sgala hal tetapi bukan berarti menghilangkan kenyataan bahwa pendeta juga manusia. dengan kata lain , pendeta juga bisa saja jatuh. sekali lagi, ini bukan untuuk mentoleransi kesalahan yang jelas-jelas telah dilakukan pendeta tersebut, tetapi hanya mau mengungkapkan sisi lain bahwa, pendeta juga manusia.
memang dia harus bisa memulihkan dirinya sendiri, harus mencari Tuhan, tetapi di sisi lain juga butuh support dari orang-orang sekitarnya, bukannya penghakiman yang menutup pintu bagi kesempatan kedua dan ketiga bahkan selanjutnya.
ingat kisah Adam Hawa? waktu mrk jatuh ke dalam dosa? yang mereka lakukan adalah hidup dalam ketakutan dan pergi menyembunyikan diri. maka dri itu, kita bisa lihat, ada sebagian orang yang jatuh dalam dosa memilih untuk lari dan bersembunyi. karena takut .
jadi mari kita evaluasi diri, di posisi manakah kita berdiri dalam menyikapi orang berdosa? sebagai hakim yang tiada pengampunan atau seorang sahabat yang mau menerima tanpa menutup mata terhadap kesalahan yg pernah terjadi (ada koreksi dan pemulihan). doa juga diperlukan selain kehadiran, dan pastinya hanya Tuhan yang sanggup mengubahkan setiap hati manusia, right?
Terjadi, sulit dimengerti,tapi harus dimengerti:)
Saya telah mendengar 3 kasus yang sama, affair Hamba Tuhan ( dalam arti pendeta ) dari teman2 dekat. Affair yang dilakukan HT ,memang lebih sulit diterima dibandingkan affair dari luar HT. Apalagi sampai seorang HT yang akhirnya desersi seperti cerita diatas. Terjadi, sulit dimengerti, tapi emang harus dimengerti-- itulah cerita di atas.
Akhirnya saya berkesimpulan :
"Seseorang yang memahami teologi yang tinggi,pelayanan sebanyak apapun,tidak akan menjamin pengenalan pribadi yang dekat dengan Tuhan. Tapi sebaliknya, orang yang benar-benar dekat dengan Tuhan, pasti akan selalu belajar teologia itu sendiri dan melayani, tanpa mengabaikan Firman Tuhan."
Yang ditakutkan pada masa sekarang, sempat menjadi bahan khotbah minggu ini di gereja:
"Kebanyakan HT ,pada masa sekarang memenuhi otak mereka dengan membaca buku teologia yang lebih banyak dibandingkan dengan membaca Alkitab- Firman Tuhan. "
Sempat dipertanyakan, apa beda antara HT yang dulu dengan sekarang ?
Bedanya , HT yang dulu lebih mengutamakan lutut untuk berdoa, sedangkan HT sekrang lebih banyak menggunakan buku untuk memenuhi otak mereka:). Doa tidak ada artinya lagi dan dianggap tidak berkuasa.