Bagiku kata “Gereja Anglikan” sebenarnya terasa masih asing, walaupun sudah pernah mendengarnya sewaktu di Indonesia, bahkan rasanya seperti sebuah sekte kuno Kristen tertentu. Tetapi pengalaman beribadah di gereja RCCG seminggu sebelumnya, membuatku tertarik untuk mencoba beribadah di gereja Anglikan ini. Alasan lain, karena letak gereja yang bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki sekitar 4 menit dari tempat tinggal sehingga tidak perlu menggunakan mobil, mengingat mobil dinas yang juga harus di share dengan teman kerja lainnya yang beribadah di gereja pilihan masing-masing.
Dari informasi yang diperoleh, gereja Anglikan Nigeria merupakan salah satu warisan dari era pemerintahan kolonial Inggris. Gereja Anglikan di Nigeria dapat dikatakan gereja main stream, gereja yang cukup mempunyai pengaruh dalam kehidupan sosial-politik masyarakat Nigeria, khususnya umat Kristiani. Secara fisik, bangunan gereja Anglikan di Nigeria menyerupai gereja-gereja Katolik dengan desainnya yang memberi kesan megah,besar dan agung, serta tidak lupa hampir selalu ada sebuah menara lonceng. Nah…gereja Anglikan di dekat tempat tinggalku ini bernama “The Anglican Church of the Ascension “ dengan jadwal ibadah 7:30 dan 10:00 pagi.
Untuk pertama kali aku putuskan untuk mengikuti ibadah kedua. Setelah mendaki tangga yang cukup tinggi dan terjal yang terbentang dari pintu gerbang sampai memasuki ruang ibadah utama, suasana khusuk dan syahdu langsung menyambutku. Interior ruangan sangat khas gereja-gereja tradisional, hanya saja gereja ini diperlengkapi dengan AC, sesuatu yang cukup mewah untuk gereja pada umumnya di Nigeria, dan yang unik adalah adanya seperangkat peralatan band moderen di sudut tempat duduk paduan suara. Tempat duduk jemaat ada tempat untuk berlututnya. Hampir semua jemaat yang hadir mengenakan pakaian tradisional atau pakaian kebesaran Nigeria. Pakaian tradisional pria seperti jubah pastor atau imam Katolik, ada seperti sayapnya, dan ada juga yang seperti piyama dengan corak dan warna yang cukup mencolok. Sedangkan pakaian tradisional yang dikenakan wanita adalah gaun terusan panjang dengan motif dan warna yang juga mencolok, dari bahu sampai dengan lutut agak ketat, tetapi dari lutut sampai kaki gaunnya melebar, kalau tidak salah ya seperti model gaun artis tahun 60-70-an. Dan tidak ketinggalan penutup kepala seperti kain yang dililit melebar di kepala. Jika penasaran mungkin bisa melihat model pakaian ini yang dikenakan orang Afrika yang sedang berkunjung di Tanah Abang, Jakarta. Aku sangat excited dan memperhatikan hampir segala sesuatunya, karena ini adalah pengalaman pertama beribadah di gereja Anglikan dan di Afrika lagi.
Tak lama kemudian terdengar bunyi musik orgel dan jemaat berdiri sambil menyanyikan lagu hymne pembukaan. Dari pintu gedung gereja, masuk prosesi pelayan altar diikuti anggota paduan suara dan para imam dimana semua memakai jubah dengan model seperti di gereja Katolik. Dan sampai dengan ritual pembukaan dan pembacaan Firman Tuhan, aku berkesimpulan…oh ternyata ibadah di gereja Anglikan itu sama dengan gereja Katolik, atmosfir khusuk dan syahdu sangat terasa, dan akupun sangat menikmati semua ini.
Kejutan terjadi setelah pembacaan Firman Tuhan. Tiba-tiba salah seorang imam atau imam pembantu berteriak nyaring, “Let’s praise the Lord!” dan seketika itu juga musik band berbunyi mengiringi lagu-lagu pujian khas Afrika. Seketika itu juga suasana khusuk dan syahdu lenyap, berganti dengan suasana seperti acara“ dangdutan” kalau di Indonesia, apalagi iringan musik diperlengkapi dengan gendang tradisional Nigeria. Sejenis gendang kecil yang dikalungkan di bahu dan dipukul bertalu-talu dengan tongkat yang bentuk nya seperti kunci L raksasa. Jemaat yang tadinya tampak sangat santun atau dengan istilah sekarang “jaim” seketika berubah menjadi liar. Hampir semua bergoyang, ini bukan goyang sembarang goyang, ini goyang yang tidak bisa dibayangkan untuk disaksikan di gereja-gereja Indonesia bahkan di gereja yang paling ‘karismatik’ sekalipun.
Aku shock, perlu beberapa menit untuk sadar setelah menyaksikan adegan ini. Setelah sadar dan agar tidak dikira patung, aku hanya bertepuk-tepuk tangan ala gereja karismatik Indonesia sambil sedikit menggoyangkan bahu ke kiri ke kanan persis seperti kalau anak TK nyanyi ‘potong bebek angsa’. Memperhatikan goyangan mereka, aku teringat goyangan yang pernah heboh di Indonesia beberapa tahun lalu. Ya…tidak salah lagi seperti gabungan goyang ngebor dan goyang gergaji. Kalau goyang ngebor itu 360 derajat berputar naik turun, goyang mereka hanya 180 derajat naik turun ke samping kiri dan kanan. Kalau goyang gergaji maju mundur ke depan belakang dan naik turun, sama, goyang mereka juga maju mundur tetapi ke samping kiri-kanan. Ini lebih tepat disebut dengan goyang Borji, alias kolaborasi goyang ngebor dan goyang gergaji.
Setelah kuperhatikan lebih lanjut ada juga jemaat yang bergerak aneh, tampak seperti gaya ‘stripping’, itu loh gaya nge’dance’ di klub-klub seperti yang aku lihat di TV, soalnya aku tidak suka clubbing. Kepala berputar pelan ke kiri kanan, jari-jari tangan diangkat ke dada dan menunjuk ke depan sambil berputar berlawanan arah dengan putaran kepala. Oh…so surprise! Dan herannya apapun yang digoyang dan apapun gaya goyangnya, sangat matching dengan lagu serta musiknya.
Aku tidak ingat berapa lagu yang dinyanyikan, tapi yang diingat hampir semua bergoyang, pria wanita, tua muda, bahkan imam-imam pun bergoyang dengan pakaian kebesaran mereka, mengingatkanku pada film “Sister Act”. Aku sempat memperhatikan seorang kakek-kakek dengan pakaian tradisional seperti jubah imam, bergoyang dengan cukup ‘hot’ sampai hampir jongkok di lantai, persis seperti goyang ‘Inul’ yang pernah kusaksikan dulu, sekali lagi di TV loh. Sementara aku tetap dengan gaya karismatik tradisional, tepuk tangan dan bahu bergoyang sedikit ke kiri dan kanan. Jujur saja, gayaku saat itu lebih mencerminkan orang kaget.
Suasana agak mereda setelah lagu-lagu pujian berakhir dan dilanjutkan dengan lagu penyembahan seperti di ibadah gereja karismatik. Setelah itu semua kembali “normal”, khusuk dan syahdu. Goyang borji hanya sempat berulang kembali pada saat persembahan dan thanksgiving. Ibadah diakhiri kembali dengan lagu hymne diiringi musik orgel sebagai pengantar prosesi pelayan altar, anggota paduan suara, serta para imam meninggalkan altar.
Ternyata teman-teman yang beribadah di gereja lain juga mempunyai pengalaman yang sama, bahkan gereja Katolik disinipun tidak luput dari goyang borji. Sementara di Indonesia, beberapa ikon goyang borji sempat menjadi polemik dan kontroversi bahkan dilarang di beberapa daerah, disini, di Nigeria, goyang borji menjadi ikon dan identitas bangsa di dalam semua ritual ibadah kepercayaan yang aslinya sarat dengan nuansa budaya Barat ini. Sementara, kebanyakan gereja-gereja di Indonesia masih sibuk dengan berbagai perbedaan gaya ibadah, disini apapun gerejanya, goyangnya sama, borji!
Sempat terlintas imajinasi liar, bagaimana kalau para pendekar-pendekar Sabda Space yang berasal dari berbagai perguruan, dan yang selama ini sibuk bertarung dengan berbagai jurus pamungkas dapat sesekali bertemu serta bergoyang bersama sebelum dan sesudah ber’tarung’. Alangkah indahnya, apapun gerejanya, apapun doktrinnya, apapun pendapatnya, yang penting goyang dulu ahhh…… duk..duk..duk.
Bagaimana kalau para
Bagaimana kalau para pendekar-pendekar Sabda Space yang berasal dari berbagai perguruan, dan yang selama ini sibuk berperang dengan berbagai jurus pamungkas dapat sesekali bertemu serta bergoyang bersama sebelum dan sesudah ber’perang’. Alangkah indahnya, apapun gerejanya, apapun doktrinnya, apapun pendapatnya, yang penting goyang dulu ahhh…… duk..duk..duk.
Bagus juga Tuh Usul....!!!!!
Tapi kalau mereka pengunjung SS ini mah bagusnya dengan lagu apa...????
Atau goyang di mana...???
Lebih rame kan lebih nikmat....!
Ingat loh....
Gak ada lu....
Gak rame.....!!!!
Masih belajar............
Bila salah tolong diperbaiki.......
Bila melenceng tolong ditegur...
God Bless Us...
Goyang...
Thank P Haslan. Aku sebenarnya kurang ngerti soal musik, kalau disini lagu tradisional mereka kayak ada unsur irama reggea dan juga kalau nyanyi ramai-ramai itu seperti lagu papua dengan iringan musik yang didominasi dengan perkusi tradisional.
Nah..mengenai dimana tempat bergoyang, apa yang digoyang, serta lagu goyangannya untuk pengunjung SS, tugasmulah untuk mencarinya...soalnya.....
Lebih rame kan lebih nikmat....
dan...
Gak ada lu....
Gak rame.....(juga)!!!!
shock ya....
halo..Andy..pa kbr..gak sangka bisa ketemu di SS ya...
Tulisannya ok juga menghibur...dan ngebayangin wajahnya Andy bengong2 ngeliatin para jemaat yang lg heboh jd senyum2 sendiri...
ditunggu cerita-cerita lainnya ya...
Hello juga Myt...
Hello juga Myt, senang juga bisa bertemu denganmu di tempat ini.
Ngomong-ngomong apakah kita sudah pernah kenal di dunia lain selain di dunia maya ini, pls info dong...
Iya, Myt masih banyak cerita-cerita lain yang akan aku share...
ya..lupa..ya..
Andy....kita itu satu FC dulu..sm pak joi n bu Elsa, terakhir aku ikutan, waktu km pergi ke china....nah inget gak siapa ya...oh ya..sempat juga ditraktir di D'espana...
Lupa....oiii....
Myt...thank you for the key, ya aku ingat makan malam di D'espana sama babeku (yang ternyata juga menjadi pertemuan terakhir dengan babeku), tapi karena semua arsip photoku hilang, sehingga harus mengingat-ngingat dan menebak-nebak, by the grace of the Lord...dan dari gaya tulisanmu....kamu adalah Linda.
salah...
Ya...tebakanmu salah....hmmm...aku kasih kunci satu lagi ya....aku dibawa FC oleh temanku yang namanya Yani..btw waktu itu aku lg frustasi berat...and bersyukur aku punya teman FC seperti kalian so...aku bisa ngejalanin hidup ini dengan pemulihan yang luar biasa....itu semua berkat doa and support kalian....hope you remember now...and kalau dah cape nebak liat profilku aja deh...hehehe..
I know.....
You are welcome Mayti, hehehe akhirnya bisa ketemu disini, masih di Karawaci kan?, masih ikutan FC? Anak-anakmu pasti dah gede ya. Aku kalau pulang kadang masih ikut FC pak Jo. Sekarang juga sudah ada bentuk FC sendiri di Lagos dengan memanfaatkan pengalaman di FC dulu, lumayan saling menguatkan. Nanti kalau sempat reuni-an dong para mantan FC generasi awal.
Goyang Ekstrim
"...yang selama ini sibuk bertarung dengan berbagai jurus pamungkas dapat sesekali bertemu serta bergoyang bersama sebelum dan sesudah ber’tarung’"
Itu si hai sama si Kiem 'joget lidah' di Mangga Besar pake kwetiau goreng tuh, kayaknya itu cocok sama seleranya saya, dibanding goaynk borji :P
Goyang lidah
Iya, setuju seh pak Rus, di Indonesia yang paling mantep dan cocok kali goyang lidah, tetapi tetap saja kan goyang, apapun yang digoyang....yuk..goyang yukkkk....
Aku saja sampai hari ini masih tidak bisa goyang ala mereka, kaku oii...paling tepuk-tepuk tangan hehehe
akhirnya..mudeng juga..
ya...aku masih fc dikarawaci tp FC wanita, iya tuh anakku dah pada gede2 tuch fotonya kujadikan foto profile...tapi kayaknya lebih heboh kalau denger sharenya langsung dari orangnya...hahaha..lebih rame soalnya...
ya boleh tuh..FC reunian...