Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
A Flashback
Selimut itu sudah lama kusiapkan, sengaja berpose di depan kodak tanpa rol untuk avatar. Selimut penuh kenangan, seorang sahabat yang lebih miskin memberikannya. Tugas Komputer Terapan membuatnya terpaksa menginap di kosku, namun ia tidak menemukan kasur di kamar.
Besoknya, ia datang dengan sehelai selimut.
Bukan kenangan itu yang membuatku menjadikannya penutup muka. Selimut itu hanya sekedar gaya dan sedikit sensasi.
Nama anakpatirsa juga punya cerita. Cerita lain tentang My Girls ketika masih di kampung. Kenangan kelas satu SMP. Ayahnya kepala sekolah kami dan ayahku wakilnya. Akibatnya, beberapa orang menggoda kami.
Harus kuakui, aku selalu senang mendengar godaan itu.
Namanya bukan Anakpatirsa. Itu juga bukan nama ayahnya. Tirsa itu anak tertua kepala sekolahku ini. Pa' Tirsa artinya bapaknya si Tirsa. Jadi, Anakpatirsa berarti anak bapaknya si Tirsa. Bagiku artinya putri bungsu ayahnya si Tirsa.
Aku menulisnya sebagai anakpatirsa.
Mengapa memilih nama itu? Sedikit spontanitas dan sedikit patah hati. Aku sudah punya akun di SABDA Space dengan nama asli, namun tidak kusukai. Sempat berniat merubahnya dengan nama suku. Urung! Rasanya nama seperti itu terlalu luas dan tidak unik.
Akhirnya pilihan jatuh pada "One of My Girls".
***
Lama, lama sebelumnya, sebelum mendapatkan nama itu. Tepatnya saat melamar pekerjaan yang sekarang. Salah satu pertanyaannya adalah apakah aku suka menulis.
Tentu saja tidak.
Aku tidak pernah merasa suka menulis. Menulis diary? Menurutku itu bukanlah menulis, melainkan bercerita.
Aku suka bercerita, ibu sendiri sampai malu sama si Esen, anak SMA yang ikut tinggal di rumah. Ia sampai berkata, "Sen, kamu jangan heran melihat anakku yang ini tahan berjam-jam ng'rumpi dengan adik-adiknya. Kakaknya perempuan semua, adik-adiknya juga. Kecuali si Dein."
"Ya tante," jawab Esen, "sekarang sudah biasa cowok suka gosip."
Mereka mengira aku tidak mendengarnya.
"Aku punya delapan anak. Hanya dua laki-laki, tetapi mereka berdua malah paling cerewet. Paling parah si Dein. Kakaknya hanya cerewet sama saudara atau orang yang sudah ia kenal. Kalau Dein, baru lima detik kenal, sudah nyerocos."
Ibu tentu saja lebih mengenalku. Beberapa orang mengatakan aku pendiam, sedangkan kakak perempuanku sendiri mengatakan aku lebih cerewet dari nenek sihir.
Aku sebenarnya merasa lebih banyak mendengar. Besar di lingkungan cerita lisan membuatku belajar mendengar. Banyak pencerita terbaik tinggal di kampungku. Seandainya mereka mengenal budaya menulis, banyak cerita yang orang lain bisa dengar. Sayang, kami hanya kental dengan dunia lisan dan bualan. Begitu rajinnya kami bercerita, sampai sama-sama tahu, bila ada yang bercerita anaknya jatuh dari motor, artinya jatuh dari sepeda.
Kami bahkan mengenal ungkapan ini, "Kurangi satu tingkat sisi dramatisnya untuk mendapat cerita yang lebih mendekati kenyataan."
Aku lahir di lingkungan seperti ini. Aku tidak suka menulis, tetapi suka bercerita.
***
Aku tidak akan berkata, "Tanpa terasa dua tahun telah lewat." Dua tahun lima hari yang tertulis di user account-ku bukannya tanpa terasa. Itu dua tahun yang sedikit merubah arah hidupku.
SABDA Space sedikit merubah kebiasaan. Biasanya hari Jum'at ke rental buku, mencari novel spy thriller. Dunia blog--dunia yang juga baru kuketahui di kota ini--sedikit merubahnya. Aku menemukan, bercerita lebih asyik daripada mendengarnya. Bagi orang lain namanya mungkin menulis, bagiku tidak.
Bercerita, aku suka kata ini. Sedikit mengingatkanku saat-saat berkumpul menunggu durian, atau ikut duduk di tengah jalan saat bulan purnama.
Dua tahun lima hari, aku melihat banyak hal. Blogger datang dan pergi. Kadang bertanya dalam hati, apa tanggapan mereka yang pergi setelah melihat kembali situs ini. Aku juga melihat blogger yang terlalu bersemangat menulis di bulan pertama. Mereka akan pergi. Aku termasuk orang yang percaya, ketika sedang bersemangat, saat itulah harus berhenti.
Kalau tidak, penyakit bernama kejenuhan itu menyerang.
Bercerita, juga sebuah seni. Bercerita saat kecapekan atau menahan kantuk hanya menghasilkan cerita hambar membosankan. Bercerita lebih dari satu jam tanpa melihat acara bagus di televisi juga hanya menghasilkan serentetan kalimat datar tanpa bobot.
Seni terbaik hanya muncul saat pikiran jernih.
Itu juga yang kupelajari selama dua tahun lima hari ini.
- anakpatirsa's blog
- Login to post comments
- 4543 reads
Thank for the Lesson
Aku mendapat pelajaran dari tulisan ini. "Ketika sedang bersemangat, saat itulah harus berhenti" kalimat yang menarik dan misterius.
@AP & ar : misterius
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@AR & JF
@AR:
Terima kasih kembali, Kawan. Anda menangkap maksudnya.
Saya mempelajarinya dari pengalaman.
Contohnya, salah satu bahasa yang ingin saya pelajari adalah bahasa Jerman. Saya memulainya dengan mendownload satu file mp3 dan pdf-nyanya setiap malam. Satu file mp3 itu untuk satu pelajaran. Bulan kedua terlalu bersemangat, dua pelajaran langsung saya hantam.
Saat itu merasa ini akan membuat saya belajar dua kali lebih cepat. Ternyata hanya satu minggu, setelah itu, sampai sekarang, tidak pernah menyentuhnya lagi pelajaran bahasa Jerman lagi.
Dalam banyak hal, saya harus menahan diri. Saat semangat itu sedang menggebu, saat itulah beristirahat. Atau paling tidak, jangan menambah beban lebih dari biasanya hanya karena sedang bersemangat.
@JF:
@yc? he.. he.. maksudnya si y-control atau salah ketik?
Bila saat ini sedang bersemangat, mungkin saat itulah untuk mundur sebentar.
Kalau sudah terlambat? Masih ada kesempatan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
@ap : ups sori, ap not yc
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
AP=James Bond
Akhirnya pilihan jatuh pada "One of My Girls".
Ck...ck..ck... jadi ingat James Bond
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
JB's Girls vs AP's Girls
JB senyum-senyum sendiri bila ingat petualangannya dengan para JB's Girls-nya. AP hanya bisa tersenyum kecut bila mengingat para AP's Girl-nya.
Anak dalam selimut
Anak nya pak Tirsa sudah keluar dari selimut... Teriak "Cilukkkkkkk,.... BA!"
Namun sekejap kemudian kembali lagi dalam selimutnya....
Biarlah,... karena kita ada di dunia maya :)
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Lebih Enak dalam Selimut
Di dalam selimut ternyata lebih enak.
"Cilukkkkkkk,.... BA!"