Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Engkar, pembantuku
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
Aku bertemu dengan Engkar empat tahun yang lalu. Perempuan itu seumur denganku, hanya saja kulitnya gelap sedangkan aku berkulit kuning. Karsinah nama aslinya. Saat itu, aku majikan dan dia pembantu rumah tanggaku.
Mulailah Engkar bekerja di rumahku paruh waktu. Jelas sekali Engkar sudah biasa bekerja. Tanpa perlu dicereweti, diapun bekerja dengan baik, rajin, dan bersih. Akupun puas.
Suatu pagi, Engkar datang sambil membawa sebilah parang (pisau besar) dari rumah kontrakannya. “ Untuk apa, Kar ?” tanyaku. “Buat ngebersihin itu, Bu,” jawabnya sambil menunjuk ke halaman depan rumahku. Di situ ada sebatang pohon palem yang tumbuh sangat subur sampai beranak pinak tidak karuan. Siangnya, dia langsung membabat pohon palem itu dan merapikannya. Aku cuma memperhatikan dengan was-was kalau-kalau dia tersabet parang. “Tenang, Bu, sudah biasa di kampung juga,” katanya kalem. Hasilnya, pohon palem utama tetap berdiri, kali ini sendirian dan rapi.
Di siang yang lain, dia sedang mengelap kaca jendela depan. Hal ini juga dilakukannya tanpa aku suruh. “Tidak capek, Kar ?” tanyaku. Dia menggeleng, “Malu, Bu, kalau kacanya kelihatan kotor. Nanti teman-teman saya bilang saya malas.”
Hari demi hari, kamipun semakin sering mengobrol. Biasanya saat dia menyetrika baju dan aku menidurkan bayiku. Walau terlihat pendiam, namun dia senang sekali menceritakan suaminya yang seorang penjual agar-agar keliling. Dan dia bangga sekali bercerita tentang putranya yang selalu juara kelas dan rajin mengaji.
Satu hal yang menonjol dari Engkar adalah kebiasaannya mengelap-ngelap. “Kenapa kamu senang mengelap ?” suatu hari aku bertanya. “Oh, sayang, Bu. Rumah gedong begini kan harus dilap biar mengkilap,” begitu jawabnya. Bagi Engkar, rumah dari bata dan semen berarti ‘rumah gedong’, tidak peduli ukuran rumahku itu hanya 120 m2. Rupanya, Engkar juga sedang merencanakan pembangunan ‘rumah gedong’nya di kampung. Dia sedang mengumpulkan bahan-bahan bangunannya dulu. Sudah ada kaso (kayu) dan genteng, katanya. Nanti kalau semua bahan sudah lengkap, dia akan pulang melaksanakan proyeknya.
Sekarang kami telah berpisah. Aku dan keluargaku harus pindah ke kota lain dan dia serta suaminya tidak dapat ikut denganku. Setelah itu, aku berkali-kali memperkerjakan pembantu namun tidak ada yang seperti Engkar.
Engkar hanyalah seorang pembantu rumah tangga tetapi dia memiliki karakter yang terpuji. Di mata majikannya, dia adalah seorang yang sabar, rajin, patuh, pintar, dan berharap kepada Tuhannya. Karakter-karakter yang mungkin sudah jarang di zaman sekarang. Mungkin ketiadaan karakter terpuji itulah yang menyebabkan kredit macet perumahan dan ‘kolaps’nya perbankan dunia.
Bravo, Engkar !
- ms. hanni's blog
- 6355 reads
sulit cari pembantu baik...apalagi pintar..
berbahagialah anda yang punya pembantu baik dan pintar....
tapi jangan mengeluh dan marah-marah jika punya pembantu yang tidak sesuai dengan harapan anda...., bagaimanapun dia /mereka ya manusia yang perlu dihargai, dihormati dan dimengerti.
sy bersyukur, sekarang punya pembantu yang "bisa kerja", pembantu yang dulu, pernah kerja di Malaysia...., tapi sekarang tidak ikut kami karena punya anak lagi... dan yang sekarang bersama kami, sudah pernah kerja di Arab Saudi.
memang sulit cari pembantu yang baik..., sy-pun dapatnya ya "kebetulan" dari berburu dari "desa-ke-desa" di sekitar Salatiga, menghubungi kenalan-kenalan, bahkan pernah nekat bertamu ke rumah pak lurah yang belum pernah kenal sebelumnya...
sy sering merasa 'salut" dengan para pembantu rumah tangga/RT..., dengan "setia" mengabdi pada "majikan", nurut apa saja yang di-mau-i majikan, (walau mungkin dengan mengeluh), dan rela dibayar "murah".
pembantu RT adalah "mesin otomatis" yang meringankan pekerjaan kita di rumah, bayangkan
... pakaian kotor.., taruh dilantai.. OTOMATIS menjadi bersih dan wangi...
... piring dan gelas kotor..., taruh di tempat cuci, OTOMATIS jadi bersih dan siap digunakan lagi..
... mau masuk rumah, tinggal bunyikan klakson, OTOMATIS pintu gerbang membuka dan menutup sendiri...
... mau pergi kemanapun meninggalkan rumah.., tinggal pergi begitu saja.. OTOMATIS rumah ada yang menjaga dan membersikan...
betapa kita berhutang budi pada para pembantu.....
salam: www.pwijayanto.net
=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)