Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan. Terlalu banyak. Hal yang terjadi, berulang-ulang atau hal yang belum terjadi. Agar aku mengerti lebih jauh, agar aku tidak terseret lebih jauh. Bagaimana itu bisa terjadi? Aku tidak tahu.
Keira.
Aku, Keira, dengan rambut hitam... rambut hitam yang sudah kembali memanjang hingga ke siku lengan, pagi itu, berjalan di sisi jalan. Berjalan tanpa menatap orang-orang yang lalu-lalang melewatinya. Tidak akan ada yang melirikku dengan tatapan pujian. Tanya Dennis. Dia akan dengan senang memberitahu sebabnya.
‘Selamat pagi. Anda ingin memesan apa?’ Tanyaku. Pria tua itu tidak tersenyum, menjawab lalu kembali pada apa yang ia baca.
Aroma kopi sudah memenuhi coffee shop. Pukul sepuluh. Sudah cukup siang. Aku sudah mengikat rambutku dengan cepol yang manis. Bahkan aku mengingat untuk menambahkan blush on. Hayden mengedipkan mata padaku, saat menyadari hal itu. Dengan senang aku membalasnya dengan senyuman sinis.
Aku ingat aku memasang musik yang manis pagi itu.
‘Jangan! Jangan membuat aku seperti orang yang berselingkuh. Jangan buat aku menjadi orang jahat seperti yang didalam pikiranmu.’ Gertak pria dengan suara keras.
‘Aku bertanya, apakah kamu akan menemuinya lagi? Karena aku tidak bisa menerima itu. Dan kamu terus mengulanginya.’ Tanya wanita itu.
‘Tentu aku akan kembali menemuinya. Karena aku membutuhkannya. Saat seseorang membutuhkan teman, ia akan pergi mencari teman. Itu hal yang wajar.’
‘Baik. Baik.’ Jawab wanita itu, tak percaya.
Wanita itu berlari, keluar dari coffee shop. Berlari.
Lelaki itu mengejarnya.
Aku terhenyak. Begitu juga dengan banyak orang yang ada disana. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Pria itu, aku tidak mengenalinya. Juga wanita yang duduk disana. Hayden mengangkat bahunya. Ia tidak terlalu terganggu dengan hal-hal seperti ini.
Hal-hal seperti ini biasa, terjadi.
Aku menikmati kopi-ku yang pertama.
Percayalah, mata wanita itu berbicara lebih banyak dari hal yang kudengar.
Aku Keira yang bahagia, mendengarkan saxophone dalam player-ku, dan menyeduh coffee. Aku tidak akan mencampuri urusan orang.
***
‘Kei, hari ini ingin ikutan?’ Tanyanya dalam telepon. Glass.
‘Kemana?’
‘Latihan untuk konser yang akan datang. Kamu bisa menunggu, dan pulangnya aku temenin makan.’
‘Um… ga deh, Glass. Aku pingin di coffee shop. Kalo udah selesai, jemput aza ya?’
‘Yakin? Ga ada yang menemani kamu?’
‘Aku pingin bikin scratch book. Kemaren, album yang aku pesan baru sampai. Aku udah kangen untuk bikin-bikin yang girly stuff like that. Just pick me up when u finish kay, Glass?’
‘Have fun, aku usahakan ga terlalu telat.’
***
Dan hingga tamu-tamu mulai berkurang. Masih ada beberapa jam sebelum aku menutup coffee shop, aku mengeluarkan album foto yang kubeli. Menatap puas. Membuka halaman pertama. Cahaya hijau kekuningan dari lilin, dan pantulan lampu jalan dari luar, membuatku semakin tenang. Tidak ada suara bising seperti pagi hari. Hanya satu atau dua alat musik yang terdengar dalam music player-ku.
Windbell.
Suatu kebetulan dia, wanita itu kembali lagi ke coffee shop?
Tapi dia disana. Sendiri. Aku menebak, mungkin ia tidak tahu harus pergi kemana.
Dia harus kembali, maka aku bisa menulis apa yang terjadi hari ini. Haha. Klise. Aku keira yang klise dan membosankan. Semua ingat akan hal itu, anyway.
Aku melanjutkan untuk menempel sticker pada halaman yang sedang kukerjakan. Scratch book, remember?
‘Hey, tuh dia balik.’
‘Hm, I know. So?’
‘Khan kerjaan kamu tuh ngrurusin tamu-tamu begini, Kei..’ Hayden sedikit meledekku.
‘Ogah ah.’
‘Seriously, come and talk to her, Kei.’
‘Come on, Hayd… Bisa aza khan dia emang mau minum kopi. Dia mau berpikir. Its call thingking.’
‘U know, Kei. Nanti bilang ama dia, kopi itu aku yang bayar.’
‘Dasar playboy. Tapi dia memang manis. Akan aku sampaikan.’ Aku menyambut high fivenya. Dan ia pulang.
Aku membeli cukup banyak sticker. Aku suka sticker lucu yang berisi ekspresi-ekspresi menggemaskan. Glass bahkan ikut membelikan untukku. Dan inilah saatnya memuaskan diri melihat scratch book-ku akan dipenuhi bulan sabit yang manis, awan yang gendut, kupu-kupu, jejak telapak kaki doggy. Oh I love that.
Oke, Keira, kendalikan dirimu.
Aku menatap wanita itu. Duduk, still. Menangis. Itu benar, air mata kadang bisa menolong. Aku menyerah… Meraih mug kopiku, aku menghampirinya.
‘Aku boleh duduk?’
Dia dengan tergesa-gesa menghapus air mata dan tersenyum padaku. ‘Silakan. Apakah coffee shop sudah hendak tutup?’
‘Sudah tutup, sebenarnya.’ Aku tersenyum. ‘Tutup, aku tutup lebih awal karena kamu. Supaya kamu mendapat tempat untuk berpikir dan bercerita.’
‘Kamu boleh bercerita… Jika, itu membuatmu lebih baik. Atau kamu bisa membantuku membuat album foto yang aku kerjakan.’
‘Aku Keira.’
‘Aku Micha.’
‘Soal pertengkaran tadi pagi, semua baik-baik saja?’ Tanyaku.
‘Aku berpikir, sebenarnya, Kei. Apa yang membuat aku mulai mencintai seseorang. Dan malam ini, aku menangisi kebodohanku.’
Ia terdiam cukup lama, aku membiarkannya.
Aku menyilangkan kakiku di kursi. Gaya standard. Menyadarkan punggung. Menatap ke mug. Aku tidak terbiasa menatap mata seseorang, terutama jika ada air mata yang hamir tumpah dimatanya. Seperti yang sudah pernah kusebutkan.
‘Kamu tidak terlihat bodoh dimataku, Micha. Sesuatu penyebabnya?’
‘Aku meminta sesuatu. Meminta karena aku sendiri tak mampu melewati itu. Dan aku tahu, dia tidak akan menolongku. Dan aku bersikeras memintanya.’
‘Lalu aku bertanya, kenapa harus dia yang menolongku? Kenapa harus dari dia, aku baru tertolong?’
‘Jika ia mengerti, ia akan tahu aku membutuhkannya. Aku jarang meminta. Hanya satu hal ini yang tidak mampu aku lewati.’
Aku tidak bertanya. Keira, mendengar dan mengambil contoh dari kehidupanku sendiri. Mungkin begitu lebih baik. Dari pada bertanya.
‘Aku juga jarang meminta.’ Jawabku. ‘Namun, kita meminta saat tidak mampu.’
Dia tersenyum.
‘Bukan meminta hal yang mustahil. Aku hanya menginginkan satu perasaan aman, karena kekuranganku ini menghantuiku setiap hari. Dan terasa begitu lelah. Hingga aku meminta pertolongan.’
‘Namun, malam ini aku merasa aku bodoh.’ Lanjutnya.
‘Pulang dan tidur, Micha.’
‘Ya aku akan pulang. Ini bukan tempat aku berada. Aku akan menemuinya. Dan mengatakan aku tidak mampu.’
‘Kamu sudah pernah mengatakan padanya, apapun itu, kamu tidak mampu?’
‘Ini terakhir kalinya aku mengatakan padanya. Aku sudah mencoba, dan aku tidak mampu. Aku akan pulang, dan tidak pernah menyesali hal itu. Aku sudah mencoba.’
‘Aku cukup menyukai kamu, Micha.’
‘Aku tidak akan pernah kembali lagi, sayang sekali...’
‘Tidak apa-apa, akan ada orang lain yang mampu menolong kamu. Aku percaya, ada alasan klise yang membuat kamu menangis malam ini. Masalahmu terlihat kecil bagi orang lain. Ngomong-ngomong, masalah apa yang terlihat besar bagi orang lain jika bukan masalahnya sendiri?’
‘Ayolah, Bantu aku menempel foto-foto ini.’
***
Aku jemput sekarang.
Aku membaca pesan singkat itu. Mematikan semua lilin. Lampu. Menutup pintu.
Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan. Terlalu banyak. Hal yang terjadi, berulang-ulang atau hal yang belum terjadi. Agar aku mengerti lebih jauh, agar aku tidak terseret lebih jauh. Bagaimana itu bisa terjadi? Aku tidak tahu.
Biarlah apa yang kuingat sama seperti yang ada dalam genggaman tanganku saat ini. Tangan yang menggenggamku dan scratch book ini.
Mengingat tangan yang mampu membuatku merasa aman, merasa tertolong. Ada dunia indah yang ingin ku tulis dan ku dengar. Micha tidak bodoh malam ini. Dan aku? Siapa aku hingga tidak memiliki kelemahan…? Semoga ia mendengar permintaanku. Saat aku lemah.
__________________
Min : kapan yah?
kapan yah smile bisa menulis seperti ini....???( ngelamun mode on)
sincerely,
smile
*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Smiling Smile...
Yuk, Smile... sama-sama melamun di coffee shop Keira. Bantuin dia menempel sticker dan berandai-andai... Hehe.
Menulis seperti Min? Wuah gampang... Gaya menulis Min ini campuran gaya serial drama, chicklit dan Min-Lit (seri Min). Hehe. Beberapa album lagu yang mellow, segelas kopi, air putih yang banyak, mood yang baik, biasanya help a lot, kalo gi pengen nulis.
Suka coffee shop? Min sangat suka. Dan Min senang berada di sana. Sayang sekali coffee shop trend sekarang dibarengi dengan harga yang mahal. Semoga ada sedikit capture coffee shop yang Min coba tulis disini. Walo i know... Kadang susah dimengerti atau ga mirip "coffee" malah mirip "milkshake". Hehe.
Have a nice and beautiful night..
your weakness, my weakness, our weaknes...
Kei.., rambut hitam..., memanjang hingga ke lengan.., mengingatkanku pada mantan pacarku.. Sering mencari-cari alasan.., untuk selalu berada di belakangnya.., untuk bisa membelai.., mencium aromanya.., merasakannya menerpa wajahku...........
Kei.., saat seseorang membutuhkan teman, ia akan pergi mencari teman.... I couldn't agree more about that.... Indah sekali, ideal sekali, kalau soulmate kita bisa memberikan itu semua pada kita.., yang kenyataannya.., memang tidak... (akan..?)..........
Eniwei.., nobody is perfect... :) ....
Teringat dahulu.., pernah seorang teman.., datang ke gubuk lapukku di Djogdja.., seperti yang dilakukan Micha... Meminta, saat ia tidak mampu.... Hanya saja.., waktu itu.., kusuruh dia pulang.., back to his spouse.... Tidak tahu apa yang harus kulakukan... Serba salah...........
Waktu pun berlalu.. Kadang terpikir.... Apalah susahnya.., di saat seperti itu.., membiarkannya menginap.., semalam barang dua.., berbagi gigitan nyamuk bersama.., sepiring indomie berdua.., sampai hatinya tenang, dan siapa tahu.., dari hati yang tenang.., keluar pula pikiran yang jernih.........
But..., as usual.., regrets always come late........
For Micha... Jika ada yang menanyakan.., mengapa mencintainya.., maka dengan segala ketololanku.., akan kujawab demikian... Tidaklah lagi penting, mengapa mencintainya dulu.., tapi seberapa dalam aku mencintainya sekarang.....
ni wen.., wo ai.., ni you.., duo shen..,
wo ai.., ni you.., ji fen......
wo de qing, ye zhen...,
wo de ai, ye zhen...,
yue liang dai.., biao wo de xin...
[Kau bertanya padaku.., seberapa dalam cintaku padamu..,
seberapa besar aku sesungguhnya mencintaimu......
Perasaanku ini nyata adanya.., cintaku adalah nyata.....
Rembulan mewakili hatiku.......]
Dari: "Yue Liang Dai Biao Wo De Xin" (Teresa Teng)
Shalom!
PS:
Oh ya Kei..., eyes..., windows to the soul..., Lips do lie.., but eyes can't......
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
Ebeddddddddd...
Ebed, finally.. Finally Ebed back to coffee shop lagi. Temenin Keira tempel-tempel, Bed? Hehe. Gimana kabar sibungsu yang adorable? ^^ Masih nempel ama daddynya?
Bed, kalo soal Micha... Sayang sekali, dia memutuskan untuk meninggalkan kekasihnya. Dia memilih begitu. Sedih ya. Tapi yah, apa boleh buat. Kekasih dari Micha tidak mendengar permintaan dan permohonan kekasihnya sendiri. Menuntut penerimaan yang tidak ada habisnya. Menuntut sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Micha.
Biarlah Micha yang memutuskan yang terbaik untuk dirinya sendiri.. Min cukup berada disana. Seperti yang Ebe dbilang, tunggu hingga ia kuat kembali...
Karena kadang, Min mengerti, sedalam apapun mencintai seseorang, kadang perasaan itu menjadi tawar jika dihadapkan pada sakit yang terus menerus. Bukankah lebih mudah membuat perasaan ini menjadi tawar lalu melanjutkan hidup, meninggalkan semuanya? Entahlah. Jadi sadis, kedengarannya... Hahaha.. Setidaknya, menurut Micha, seperti itu.
Teman itu bener bener sangat perlu disyukuri dech. Saat kita sakit, sedih, down, dll... Mereka ada tanpa syarat, tanpa kerumitan-kerumitan. Seperti teman-teman di SS ini. Menemani, menguatkan.
Min sangat sulit menemukan teman, termasuk parah dalam berteman. Namun, ada beberapa teman yang begitu dekat sejak dari sekolah. Senang sekali jika mereka pulang kembali ke Medan dan bisa berkumpul. U know, cewe kalo dah ngumpul gimana. Hehehe...
Ngefans ama oma Teresa Teng juga, Bed? ^^ Penyanyi spektakuler. Yang kata dad, orang-orang yang datang melihat Teresa jauh lebih banyak dari Mao Ce Tong. Kata Dad, Teresa bener-bener choosen one.
Minggu-minggu sore gini, Bed, pengen maem cupcakes...
Sebenarnya scratch book sama
Sebenarnya scratch book sama scrapbook sama gak, nin? Saya pernah nanya ini ke beberapa orang, jawabannya beda2.
One man's rebel is another man's freedom fighter
Bread, Mirip...
Bread, setahu Min sih, scrapbook ama scratch book tuh mirip. Scrap book mungkin lebih banyak "tempelannya". Kalo scratchbook cenderung agak classy atay berisi foto saja, atau sketsa saja. But, kayanya tergantung selera yang bikin deh, kalo menurut min. Kedua "book" ini, hasilnya tergantung ama sifat "iseng" atau "kreatif"-nya yang bikin... Entah kalo Min salah ya.
So, kalo menurut Min, agak mirip.
Sanke-nya Bread juga suka bikin scratch book juga ? ^^
@Min
Sankenya PlainBread bikinnya campur, di dalamnya ada scratch sama scrap. Makanya kita pernah ngobrol soal ini, PB bilang seharusnya dipisah biar rapi. Dia bilang justru karena jarang ada yang nyampur, makanya dia mau campur.
Thank you, Min :)
One man's rebel is another man's freedom fighter
@Bread
Kenapa sanke Bread terdengar mirip.....
oh yeah, mirip Joli???? Nah, bener nih... Koga rada mirip ya kesannya?
Agak berbeda, tapi sangat menarik. ^^