Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Double Esspresso - The Most
May each song I have to sing
Be to You a lovely thing, in Your time
In His Time
(Word And music by Diane Ball)
Satu hal yang aku kusukai di pagi hari. Pagi yang terlalu pagi bagiku untuk bangkit dari tempat tidur. Pagi yang bagiku, terbangun, dan menyadari ternyata terbangun lebih awal sebelum weker kecilku berdering. Saat aku bergelung dan menutup mata sebentar lagi, untuk merasakan dinginnya udara dan… tertidur sebentar lagi. Aku… menyukainya.
Satu hal yang kusukai tentang berjalan menuju coffee shop, aku menyukai suara heels dari boots yang kupakai. Aku menyukai pandangan manekin-manekin yang terpajang di kaca-kaca etalase toko sepanjang perjalananku. Aku menyukai perasaan aku akan kembali. Kembali ke tempat yang paling aku sukai.
Bukankah itu menyenangkan. Maksudku, di tengah aku mencari apa arti hidupku atau pertanyaan rumit semacamnya. Bukankah itu menyenangkan, memikirkan apa yang aku sukai. Aku dan aku.
Coffee shop ungu itu. Coffee shop yang tepat di tengah kesibukkan orang-orang yang berjalan melewatinya setiap hari. Aku berharap coffee shop ini, juga adalah termasuk dalam deretan hal yang disukai orang di pearl city.
Windbell.
Aku memulai pagiku yang membosankan. Menukar bunga dalam gelas gelas kaca kecil. Bunga yang aku potong pendek. Bunga ungu. Oh ya, tentu, aku tidak tanggung tanggung dalam memilih warna. Jika itu ungu, maka semua adalah ungu.
Mengepel lantai dengan cairan pembersih beraroma lavender. Menyuci dan menyusun mug, cangkir dan gelas. Menyusunnya beradasarkan warna dan jenis. Memeriksa dalam lemari es, bahan yang harus dipesan atau apa aku mungkin membutuhkan tambahan. Semua orang menyebutkan itu rutinitas. Dan yang paling menyedihkan, rutinitas itulah yang membuat hidupmu berjalan dan normal.
Aku memandangi Hayden yang masuk. Tanpa menyapaku, dan langsung menghidupkan laptop di sudut mejanya.
Itu dia. Itu yang ia sukai dipagi hari. Pertama-tama ia akan membuka e-mail. (Mungkin ia masih berharap Melissa mengirimkannya email?) Oke, I have to stop. Menggosipkan orang dalam pikiran? Apa yang sedang aku lakukan? Dan setelah itu dia akan mengambil Koran dari mejaku, mengambil kopi dan mesin kopiku, mengambil sarapan dari mejaku dan baru akan menghiraukan aku saat ia selesai membalas semua email email itu.
‘Kamu mengamati aku, Kei…’ Hayden mengaggetkanku.
Baik. Aku berbalik dan meneruskan menulis pesanan. Tidak baik menatap pria, Hayden maksudku. Jika Glass, dia akan sangat menyukainya. Tulis pesanan Keira, benar sekali. Aku menulis pesanan.
Aku menyukai biji kopi yang harum. Aromanya yang pekat dan harum.
Aku menyukai crema yang muncul saat kopi di extract dari mesin.
Crema berwarna kecoklatan yang melapisi permukaan kopi.
Aku menyukai orang-orang yang duduk di coffee shopku, saat menikmati kopi mereka. Dan terlebih dari itu, aku menyukai kisah dibalik mereka semua.
***
‘Kamu menyukai yang mana? Latte atau espresso?’ Aku bertanya pada Hayden.
Ia menatapku aneh dan mengambil espresso dari tanganku, berlalu begitu saja.
‘Baik, kamu menyukai espresso dari pada Latte.’
***
‘Hey, u came! Kamu menyukai Latte atau Espresso?’
‘Aku menyukai boots mu.’ Min menyengir dan menaikan satu alisnya. ‘Cool.’
‘Dan... tidak, aku tidak suka memilih.’
‘Hayden memutuskan untuki membisu, namun ia memilih Espresso.’ Aku berkata, sekedar memberitahu.
‘Formulir dan formulir. Aku mengisi formulir ini, lalu formulir yang lain. Boleh kah aku menumpang disini hingga malam?’ Min bertanya padaku, dan mengeluarkan puluhan kertas di depannya. Ia mengurutkannya dengan baik. Aku melihat logo logo pada kertas itu.
‘Aku akan membuatkanmu sesuatu. Ingin makan?’
‘Ingin, tapi jangan buat aku memilih.’
***
Aku memasang pertanyaan pada situs, dimana mereka semua juga melakukan hal yang sama denganku.
Dan jawaban pertama yang kudapat adalah Food. Makanan.
Food, breath, books.
‘Makanan, itu jawaban pertama, Min.’
‘Hm Hm…What is the point?’
‘Ayolah, pasti kamu memiliki apa yang paling kamu sukai?’ Tanyaku.
‘Tentu. Aku ‘toh bukan autis atau semacamnya. Namun memikirkan itu, seperti membuat aku memilih. Dan aku tidak suka memilih. Banyak yang kusukai, dan jika harus menyebutnya satu satu, aku tidak punya waktu. Dan jika hanya menyebutkan beberapa, itu artinya aku harus memilih. Dan aku tidak suka memilih.’
‘Aku pikir, hanya aku disini yang agak “sakit” selama ini…’ Aku menggumam.
‘Hm Hm.’ Ia kembali menulis dengan huruf huruf balok yang rapi.
***
‘Glass. Come on… Please…’
‘Kei, just sit here,’ Dia menepuk sofa disampingnya. Mengajakku nonton dengannya. ‘Aku sudah menjawab hampir lima puluh pertanyaanmu malam ini. Ayolah, aku ingin kamu disini dan menemaniku nonton. Come here, babe.’
Aku duduk disampingnya dan masih terus menatap board di tanganku. Board berisi pertanyaan pertanyaan yang ia susun hari ini.
‘Thanks for answer every question I asked. Hanya penasaran, actually. But somehow, its really addictive. To see the most loveable part of people thought.’
‘Something related to u?’ Ia menggodaku.
‘Curious. And don’t try to relate all things to my darky mind.’
‘Yes, you are. Darky girlfriend.’
‘Fine. Apakah kamu suka brad pitt?’
‘Yes, if I gay.’
‘I agree.’ Dan aku duduk menemaninya menonton hingga malam. Sofa, hanya berdua.
***
In His time, in His time
He makes all things beautiful
Lord, please show me everyday As You’re teaching me Your way
That You do just what You say, In Your time
You make all things beautiful, in Your time
Lord, my life to Your I bring
May each song I have to sing
Be to You a lovely thing, in Your time
In His Time (Word And music by Diane Ball)
Ecclesiates 3:11 God makes everything happen at the right time. Yet none of us can ever fully understand all he has done, and he puts questions in our minds about the past and the future.
***
‘How about u? Apa yang kamu sukai?’ Ia bertanya padaku.
‘Sebenarnya banyak sekali.’
‘Hm hm, dan seharian ini kamu memberikan pertanyaan yang begitu luas untuk satu jawaban?’ Glass mengeryitkan dahinya.
‘Min juga beranggapan sama! Hey, dia juga tidak mau menyebutkan. ’
Ia menepuk pelan bahuku. ‘Kamu? Apa yang kamu sukai?’
‘Sebuah cincin?’ Aku menggodanya. Aku tertawa saat melihat mimik mukanya. Terkejut? Glass terkejut?
‘Apakah aku mendengar suara lonceng?’ Ia bertanya, menghampiri tempat aku duduk. Ia membungkuk ke arahku.
‘Yes.’ Jawabku, menatapnya. 'I think so.'
***
Keira's Board List ( see here)
Ecclesiates 3:11 God makes everything happen at the right time. Yet none of us can ever fully understand all he has done, and he puts questions in our minds about the past and the future.
- minmerry's blog
- Login to post comments
- 3441 reads
Mmmm...
Nulisnya buru-buru ya, min...?
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
Kedai Kopi
Pertemuan saya dan mantan pacar saya terjadi di kedai kopi. Sekarang dia jadi istri saya. Pertemuan yang biasa aja, tapi serasa baru kemaren. Saya menulis sebuah blog tentang itu, dan ternyata dia juga.
Saya baca punya dia, dan dia juga begitu, di hadapan semua orang di pernikahan kami.
"It's not what I think that's important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important.
Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God
Rong-Rong
Gak. Hehe.
Cuma nulisnya sangat "on fire". Sangat berdebar-debar, sangat rindu untuk menuliskan.
So, gak.
Bread, Coffee keeps...
Coffee keeps stories.
Aku menyukai biji kopi yang harum. Aromanya yang pekat dan harum.
Aku menyukai crema yang muncul saat kopi di extract dari mesin.
Crema berwarna kecoklatan yang melapisi permukaan kopi.
Aku menyukai orang-orang yang duduk di coffee shopku, saat menikmati kopi mereka. Dan terlebih dari itu, aku menyukai kisah dibalik mereka semua.
Please share your holy matrimony promise that u wrote on blog here. Feel excited to read. Will u?
Kedai Kopi
Betul, coffe keeps stories. Istri saya pernah jadi barista di sebuah kedai kopi, dan dia menyetujuinya.
Soal wedding vows, nanti saya share :)
Yang saya bilang itu sebenarnya bukan promise atau vows, tapi tulisan tentang kesan pertemuan pertama tersebut (secuil sudah saya singgung di blog saya terakhir). Dia juga menuliskannya. Tulisan yang kami buat sebelum kami berpacaran. Kami berdua gak pernah menceritakan kalo masing2 kami menulis tentang itu dari sudut pandang kami masing2. Kami baru tau kalo kami berdua sudah menulis tentang hal yang sama justru beberapa saat sebelum nikah. Akhirnya kami bacakan blog kami berdua tersebut di depan semuanya.
"It's not what I think that's important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important. Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God