Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Dosa dalam bentuk kata-kata
Pada saat ingin mengakui dosa-dosa dan bertobat kepada Allah, saya sering
bingung dan bertanya dalam hati “apa yang
harus saya akui?.” Saya merasa tidak pernah melanggar kesepuluh perintah
Allah maupun ajaran gereja. Dosa saya paling-paling tidak ke gereja karena
malas atau urusan lain yang saya anggap lebih penting. Namun, setelah merenung
lebih dalam lagi, saya menyadari bahwa dosa yang besar sesungguhnya masih saya
lakukan. Dosa itu adalah mengeluarkan kata-kata yang tanpa saya sadari dapat
menyakitkan isteri, anak atau pun orang lain. Karena itu, kita dapat memahami
jika Yesus sendiri mengatakan dalam Injil Matius 15:11, “Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang melainkan yang
keluar dari mulut itulah yang menajiskan orang.” Selanjutnya Yesus
menyebutkan, “Tidak tahukah kamu bahwa
segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di
jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang
menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan,
perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat (bdk Matius
15:17-19).”
Ketika saya bertanya kepada isteri saya, ‘apa yang paling tidak kamu
sukai dari diri saya?” Dia langsung mengatakan, “kata-katamu yang terlalu cepat
keluar (ceplas-ceplos) sehingga sering menyakiti hati.” Saya lalu merenung,
mungkin ketika saya menegurnya saya menggunakan kata-kata yang salah sekalipun
saya tidak bermaksud untuk menyakitinya. Kalimat dengan kata-kata yang salah
dapat mengubah suatu teguran yang maksudnya baik menjadi tindakan yang
menyakiti hati.
Kemudian saya bertanya lebih lanjut, “apa lagi yang tidak
kamu sukai?” Dia menjawab, “kata-kata yang tidak diikuti dengan tindakan yang
sesuai.” “Kamu sering berjanji tetapi tidak menepatinya.” Memang saya sering
ingin melakukan sesuatu, tetapi karena satu atau lain hal saya tidak mampu
melaksanakannya.
Dalam psikologi dianjurkan agar ketika menegur seseorang tidak digunakan
kalimat yang bermuatan kata jangan seperti ‘kamu jangan berbuat ini atau itu.’
Sebaiknya kita menggunakan kalimat yang memberikan kesan dorongan seperti
‘lebih baik lagi jika kamu berbuat ini atau itu.” Kata-kata yang dimaksudkan
untuk bercanda juga dapat diartikan oleh orang lain sebagai penghinaan. Karena
itu, kita pernah membaca di suratkabar berita-berita pembunuhan atau
penganiayaan yang berawal dari kata-kata.
Kata-kata yang tidak
ditepati dapat membawa perselisihan yang serius. Henri Nouwen dalam bukunya “Bread for the Journey (Bekal Perziarahan
Hidup)” mengatakan “Kata-kata yang
hendak kita ucapkan tidak boleh terlalu cepat keluar karena dapat timbul pesan
yang mendua—pesan yang disampaikan lewat kata-kata dan pesan yang ditunjukkan
oleh perbuatan.” Jika kedua pesan itu mendua atau saling bertentangan, maka
kita dapat menjadi orang yang munafik (hipokrit)...
NB. selain kata-kata yang diucapkan secara lisan, kata-kata yang ditulis dapat pula menimbulkan akibat yang sama.
andryhart
- andryhart's blog
- 7018 reads
gw suka renungan ini
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku.... Galatia 2:20
Kita harus bertobat dan memiliki kasih
andryhartSungguh susah untuk tidak berbuat dosa, terutama dengan kata-kata. Tapi saya yakin Tuhan akan selalu mengampuni kita. Syaratnya kita selalu bertobat dan memiliki kasih dalam hati kita yang merupakan curahan kasih Allah selama kita mau menerimanya.andryhart