Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Dieng Berkabut, Kopdar Berlanjut Menikmati Purwaceng
Hotel Dieng Kledung Pass pagi itu angin berembus sejuk, menyegarkan badan dan pikiran yang letih setelah seharian hingga tengah malam tanpa henti berkeliling, dari mulai resepsi hingga kopdar dengan Blosas Magelang itu. Kulihat matahari tertutup kabut, membuat hawa makin dingin.
Saya dan pak Purnomo tak bisa menikmati mandi air hangat, maklum water hiternya tak bisa menyala dengan lancar, terpaksa kami menikmati air dingin 2 kali untuk mandi. Karena mandi tanpa emosi, air dingin terasa sehari-hari seperti penduduk asli.
Setelah mandi, saya mengajak pak Purnomo untuk sarapan pagi, saya lihat Hai Hai dan Happy Lee sudah ada di resto, dari belakang Joli berjalan ke sana. Saya pilih menu Gulai Kambing yang terlihat empuk, memang empuk sekali, sebab kata pak Pur, itu Gulai sudah puas dihangatkan berhari-hari alias Gulai BATIHA (Baru Tiga Hari), kalau perut laper toh terasa nikmat sekali dan memang dagingnya sudah empuk cukup bisa membantu usus mencernanya dengan mudah.
Tiba-tiba kami dikejutkan dengan masuknya sosok pria berpakaian kotak-kotak hitam kuning bercelana jeans dari belakang resto dan menuju meja kami seraya bertanya : “Apakah ini rombongan Blosas?”
Kami pun langsung ngakak, ini pasti si MOTIVATOR yang bernama Edi Badai Motivator, anggota baru Blosas yang baru saja saya cemplungin ke group itu, biar tambah seru kalau lagi KESURUPAN, lumayan kan buat hiburan? Ha ha ha ha ha ha……………
Super Deep Motivation Wonosobo
Edi Badai Motivator ini memang berdomisili di Wonosobo , pernah berdebat dengan saya di suatu group pesbuk, dan bertempur seru dengan Hai Hai Bengcu si Bugil tanpa ada gangguan MENSTRUASI sama sekali. Hai Hai langsung menggebrak tanpa tedheng aling-aling blaka suta atas FITNAH si Edi Badai yang barangkali pas KESURUPAN, lahirlah satu blog khusus ditulis Hai Hai untuk beliau, Anda bisa baca di sini.
Iik pun pernah mengomentari si Edi Badai Motivator ini dengan cukup KERAS dan TEGAS “Motivator itu PENIPU!”
Mendengar itu Edi Badai pun cuma ngakak seraya berkata “Kebencian adalah racun yang menyerang kebahagiaan secara hebat!”
Sang motivator ini pun bersyair :
Ada derita orang ditolak cinta
ada derita orang diterima cinta
ada derita berpisah
ada derita bertemu
ada derita orang sakit
ada kegelisahan orang sehat
Dan, sang motivator itu berjabat tangan erat dengan Hai Hai dalam pertemuan perdana itu, mereka berdua pun foto bersama dalam tawa yang tulus.
“Segala sesuatu di luar kita boleh buruk, akan tetapi RESPON dan REAKSI kitalah yang penting.” katanya memotivasi kenyataan dalam perjumpaan ini.
Edi Badai Motivator pun ikut sarapan pagi dan mengobrol panjang lebar penuh tawa. Dan perjalanan menuju Gunung Dieng pun siap dilaksanakan.
Pergi Ke Gereja
Joli mengusulkan untuk pergi ke Gereja dulu, dan Edi Badai menunjukkan Gereja di dekat Lapangan Wonosobo. Walau telat, Purnomo, Joli, dan Hai Hai langsung masuk ke Gereja. Saya menemani Happy Lee dan Edi Badai yang tidak masuk ke Gereja, karena takut mengganggu kekhusukan. Saya pun mengusulkan untuk minum teh di dekat Gereja.
Resto ALUR menjadi tempat kami nongkrong dan ngobrol bertiga.
“Mereka bertiga berdoa di Gereja, kita menikmati berkat atas doa mereka di luar sini saja,” gumam saya.
Seperti biasa, Happy Lee selalu berhasil membuat BINGUNG para kasir ketika beliau bertanya.
“Minumannya bayar DULU atau NANTI?”
“Bayar DULU pak,” jawab sang kasir.
“Lho DULU belum beli minuman tuh, kok disuruh bayar?” kata Happy Lee pura-pura serius. Sang Kasir tertawa kebingungan ha ha ha ha ha…….Begitulah Happy Lee kalau sudah KUMAT jahilnya, banyak yang kena dikerjain dengan permainan kata-katanya itu.
Kami pun segera keluar dari resto ALUR dan pas kebaktian selesai. Kami bergabung dengan Hai Hai, Joli, Purnomo, yang tengah berbincang dengan Pendeta dan pengurus Gereja tersebut. Obrolannya seru dan penuh “jebakan” rohaniah dalam pelayanan. Saya hanya mendengarkan saja, sesekali ikut tertawa kalau ada yang memang bisa ditertawakan.
Setelah “DIUSIR” secara halus, ini menurut perasaan pak Pur, kami pun berangkat menuju kediaman sang Motivator untuk meninggalkan jejak dan potret-potret di sekitar rumahnya yang gangnya cukup asri itu.
Pertanyaan Joli Buat Laki-laki
Akhirnya 6 orang siap menuju Dieng dan Edi Badai sebagai penunjuk jalannya. Obrolan kami bertambah seru, apalagi Edi Badai banyak menceritakan pengalaman hidupnya yang memang PENUH BADAI itu, namun ia berhasil mengatasi dengan TABAH dan GAGAH.
Sedikit pengalamannya itu berhasil dituangkan dalam sebuah buku yang bisa di beli langsung kepada beliau, judulnya KSATRIA PENAKLUK BADAI. Buku yang mudah sekali untuk dipahami, penuh motivasi dan aura positip yang cukup layak untuk anda miliki, karena tidak perlu mengernyitkan jidat buat melahap buah pikirannya tersebut. Anda berminat, silahkan pesan di HP : 0857 12 888 805 , ada juga yang berbentuk MP3 dengan harga terjangkau. Karya pertamanya yang BEST SELLER ini berhasil dicetak ulang berkali-kali, maklum stoknya sering kewalahan dengan pesanan.
Keindahan Dieng sudah tampak dalam perjalanan ini, hujan rintik mengiringi perjalanan kami yang satu mobil di isi 6 orang, sedikit UYEL-UYELAN namun tetap mengasyikkan. Rancananya sih Edi Badai biar DIPANGKU Hai Hai sebagai tanda kemesraan, namun berhubung Hai Hai NYOPIR, jelas tidak memungkinkan. Terpaksa Edi Badai duduk berempat dengan saya, Purnomo, dan Joli.
Di sepanjang perjalanan banyak cerita mengalir, Edi Badai penuh semangat menceritakan apa saja yang kami tanyakan. Riwayat hidupnya yang penuh TANTANGAN itu berhasil ia lalui dengan tapak-tapak yang begitu jelas tergurat dalam sorot matanya.
Namun, ada satu pertanyaan dari Joli buat Edi Badai yang MEMBUAT pak Purnomo JENGAH dan tak habis pikir, kenapa Joli bertanya demikian?
Pertanyaan itu menjadi topik tersendiri ketika kami pulang dari Wonosobo setelah mengantarkan Edi Badai ke rumahnya.
Dieng Adalah Kahyangan
Puncak Dieng kurang lebih 2.093 meter di atas permukaan air laut, lembah-lembahnya terhampar berbagai tanaman khas Dieng, mulai dari Kentang, Wortel, Carica, Teh, dan lain sebagainya. Ac mobil dimatikan, maklum udaranya sejuk dan cukup dengan membuka jendela mobil lagian biar kekuatan mobil semakin maximal untuk jalan menanjak. Namun BAU PUPUK dari TAI Ayam bercampur bau belerang silih berganti melewati hidung kami, dan itu memang salah satu bau khas di gunung Dieng tersebut.
Karena Hai Hai pernah ke Dieng, dia memberi alternatif tujuan pertamanya adalah bukit kecil dekat Telaga Warna yaitu Dieng Plateau Theater untuk melihat visualisasi terbentuknya kawah-kawah di Dieng dan peristiwa Tragedi Kawah Sinila tahun 1979 lalu, yang menelan korban ratusan orang itu. Bioskop mini itu bersedia memutar filmnya bila jumlah penonton minimal 6 orang. Ah kami datang pas, dan masih ada lagi rombongan yang ikut menyaksikan film tersebut. Saya lupa tiket masuk biayanya per orang berapa rupiah? Maklum saya sibuk melihat Happy Lee lagi nyobain banyak topi khas Dieng di depan Theater itu.
Saya membaca prasasti di depan gedung bioskop itu, Dieng Plateau Theater biasa disingkat DPT ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 6 Maret 2006, terletak di bukit Sikendil, desain bangunannya cukup klasik dan dikelilingi pepohonan.Kapasitas tempat duduknya sekilas saya hitung kurang lebih untuk 100 orang, sistem Audio Visualnya cukup memadai, walau udara di luar dingin, didalam masih terpasang AC yang kadang tidak perlu dihidupkan.
Soal Dieng ini ingin saya tulis dalam artikel terpisah suatu hari nanti, walau belum puas menjelajahi setiap sudut Dieng, namun cukup lah dengan sedikit imajinasi dan data yang ada saya akan meramunya.
Setelah keluar menikmati Theater, kami masih nongkrong di luar gedung, ada yang beli cindera mata, ada yang beli makanan khas di sana. Dan yang sama-sama kami lakukan adalah ke TOILET, maklum udara dingin membuat rasanya ingin buang air kecil melulu. Satu kali kencing Rp. 1000,-, lucunya sang penjaga menghitung rombongan kami yang kencing, walau Hai Hai sudah membayar lebih, karena tidak mengambil pengembaliannya. Eh giliran Happy Lee ke toilet, penjaganya bilang, “Sudah pas uangnya lho pak! Nanti kalau pipis bayar lagi.”
Perjalanan berlanjut mengunjungi beberapa candi terdekat, namun kami hanya menikmati sebentar, sebab masih ada objek lain yang harus dikunjungi yaitu Telaga Warna. Di Telaga Warna kami pun melakukan ritual kopdar foto-foto bareng maupun bergaya sendirian bak remaja yang lagi narsis abis, begitulah manusia, entah tua maupun muda, sah saja untuk melampiaskan kekagumannya terhadap keindahan alam dengan bebas tanpa prasangka serta dengan teliti dan hati-hati agar tidak kecebur ke telaganya.
Kawah Purwaceng
Kabut Dieng memang datang dan pergi cepat sekali, kalau kabut datang semua keindahan alamnya lenyap, namun akan cerah kembali bila sang kabut sudah kabur terbawa angin. Mobil kami menuju ke Kawah Sikidang yang tampak dari kejauhan selalu mengepulkan asap itu.
Dinamakan Kawah Sikidang, konon kawahnya suka meloncat-loncat berpindah tempat. Bukit tandus dari batu kapur ini sangat menyengat bau belerangnya, banyak pengunjung yang tidak tahan pada menggunakan masker yang banyak dijual di tempat itu untuk mengurangi daya sengat baunya.
Berjalan di kawah yang ini harus hati-hati dan mencari tanah kering untuk menuju lobang tanah basah yang besar berbentuk kolam sebagai pusat kawahnya, tampak lumpur dengan air yang bergolak mendidih tanpa henti, dibatasi pagar bambu di sekelilingnya supaya pengunjung jangan terlalu mendekat. Konon pernah ada turis yang terjatuh di kawah tersebut yang mengakibatkan kakinya melepuh semua!
Di sekitar kawasan itu ada beberapa perempuan mengenakan caping dan menggelar tikar plastik untuk menata dagangannya yang berupa bubuk dan bongkahan kecil belerang untuk dijual sebagai souvenir. Batu itu dipercaya berkhasiat untuk menghaluskan kulit dan menghilangkan jerawat atau koreng. Tidak ada dari kami yang membelinya, maklum tidak ada yang jerawatan dan kulitnya sudah pada mulus-mulus, jadi kami hanya berfoto-foto sebentar. Saya sendiri menaiki bukit tertingginya untuk melihat pemandangannya, sayang kabut keburu turun jadi gagal menikmati keindahannya sampai puas.
Karena cape menaiki bukit tadi, turunnya saya memilih naik kuda, ongkosnya Rp. 10.000,- Sampai di tempat parkir, Hai Hai membeli beberapa Jagung bakar, saya pesan satu, Jagungnya masih mudah dan empuk, enak sekali.
Sementara Edi Badai dan Hai Hai MENGAMEN, Edi Badai pinjam gitar pengamen yang ada di situ, Hai Hai menggunakan seruling made in Hongkongnya, wow dapat beberapa rupiah dari para pengunjung yang melewatinya. Suara Edi memang bak Badai yang mengharukan telinga, untuk itu saya dan Happy Lee harus ke warung untuk menikmati Teh Purwaceng dan Susu Purwaceng. Tak berapa lama Joli dan Purnomo menyusul menikmati Teh Purwaceng juga, sambil mengemil beberapa tahu dan Tempe Kemulnya yang hangat dari penggorengan itu.
Happy Lee dan Purnomo rupanya bersemangat menggoda penjualnya yang perempuan asli Dieng itu, sampai membuat sang penjual tak bisa menahan kaget dan tawanya.
“Sudah dimakan dulu saja pak, jangan disuruh menghitung terus,” kata sang penjual sambil tertawa. Maklum, setiap habis makan satu, mereka meminta sang penjual untuk menghitung lagi, dan lagi, dan lagi..... Habis mengamen Hai Hai dan Edi Badai pun bergabung menikmati Teh Purwaceng di warung itu.
Ah seandainya ada Kawah Purwaceng di Dieng, pasti banyak lelaki yang siap menyeburkan diri untuk merasakan sensasinya ha ha ha ha ha…..
Oleh-oleh David Wijaya dari Parakan
Hari hampir senja, kami turun untuk mampir ke pabrik Teh Tambi sambil menikmati segarnya perkebunan teh. Sayang tempatnya sudah tutup, maklum hari minggu, gagal sudah kami untuk melihat-lihat kebun teh beserta proses pengolahannya. Akhirnya kami turun untuk mengantarkan Edi Badai ke rumahnya.
Saking asyiknya menjelajahi Dieng, kami sampai lupa makan siang, atau karena banyak ngemil, jadi perut tidak terasa lapar. Setelah mengantar Pak Edi Badai baru terasa kalau perut sudah keroncongan.
Namun, masih ada Blogger dari group ELIM yang ingin bertemu kami, namanya David Wijaya yang berdomisili di Parakan. Kami bertemu di suatu tempat dan bersalaman dengan hangat.
Rupanya David Wijaya yang berdua dengan sosok perempuan muda itu ada acara lain, menjemput sang mamah dan mau latihan koor di Gereja, kami pun berpisah setelah menerima 2 tas kresek besar berisi makanan khas dari Parakan, yang satu kresek mentah, satunya siap buat disantap di perjalanan. Wow asyik sekali, perjumpaan singkat yang BERMANFAAT ya seperti ini. Makanya kalau Blosas Kopdar jangan ragu- ragu untuk mencegat rombongan kami dan memberikan cindera mata agar kami bahagia ha ha ha ha ha ha ha……………..
Turun Bawen
Restoran Ayam Kremes mbak Eny menjadi tempat kami makan malam. Nikmat sekali menu ayam di tempat itu, hingga kami tandaskan satu setengah ayam plus wedang Tape Ketannya. Setelah itu perjalanan berlanjut untuk menurunkan pak Purnomo di pertigaan Secang, katanya ada banyak bis ke jurusan Semarang. Namun akhirnya Bawen menjadi tujuan tempat turunnya Purnomo kembali ke rumahnya.
Sebetulnya banyak TRUK PASIR yang menuju Semarang, namun pak Pur ragu-ragu untuk nunut, maklum sang anak yang sering memantau lewat HP melarang untuk tindakan nekat papahnya itu, walau pak Purnomo mengatakan akan dibayar 100 ribu rupiah bila mau naik truk pasir itu, namun sang anak menyarankan untuk menerima bila bayarannya 300 ribu, artinya masing-masing dari kami membayar 100 ribu rupiah. Entah ini beneran atau tidak, tawa kami tak berkesudahan melihat pak Purnomo yang bimbang ini ha ha ha ha ha ha………….
Akhirnya di pertigaan Bawen dekat Pom Bensin, Purnomo turun dan mencegat bis. Saya dan Happy Lee mengawasi dari jauh, namun sampai setengah jam belum ada bis yang mau berhenti dicegat, kebanyakan yang lewat Bis Pariwisata sih. Hingga Happy Lee bosan untuk menungguinya, ia bergabung dengan Joli dan Hai Hai di dekat mobil.
Saya pun menyeberang menemani pak Pur mencegat bis, barangkali kalau yang mencegat lebih dari satu orang, akan ada bisa yang mau berhenti, begitu pikir saya.
Benar juga, akhirnya ada bis yang mau berhenti, rupanya banyak karyawan pabrik di dalamnya, pak Purnomo beruntung ia bisa pulang dengan entah turun di mana? Yang jelas, kami sebenarnya tidak keberatan kalau mengantarkan sampai Semarang, kalau perlu nginep di hotelnya Iik atau di rumahnya pak Pur, tapi pak Pur bersikeras pilih naik bis.
Dan perjalanan pulang ke Solo melaju dengan lancar.
Ucapan Terima Kasih
Demikian laporan dari Kopdar di Dieng dalam rangka mengunjungi resepsi pernikahan Steven dan Noni. Saya pribadi banyak mengucapkan terima kasih pada pak Purnomo, yang selalu gesit membayar di setiap kasir mana saja berada, mungkin sampai di rumahnya dompetnya sudah tipis tuh. Juga pada Happy Lee yang membayari di beberapa tempat, juga pada Hai Hai yang membayari di setiap TOILET yang ada tarifnya serta menjadi sopir PP, juga kepada Joli yang selalu memberikan fasilitas akomodasi berikut uborampenya. Juga kepada Pinokio yang mentraktir kami dengan Wedhang Ronde di alun-alun Magelang, juga kepada pak Mujizat yang meluangkan waktu untuk menemani serta menunjukkan jalan di Magelang, juga kepada David Wijaya yang memberikan oleh-oleh buat kami semua, juga kepada pak Wit yang ikut memeriahkan Kopdar ini.
Sementara beberapa blogger yang DICOLEK dalam percakapan kami selama kopdar adalah sebagai berikut :
Sinto (pendiri group ELIM), Pst Wenas (Pendiri group EDEN), Theo Wenas, Kompret Andreas (Blogger yang murah hati memberikan LIKE-nya), Live Bygrace, Judith Luph Jean, Mini Alvares, P. Dwi Christina, Sanny B Kuncoro, Ibu Yulia (YLSA), Ari Thok, Mey Weh, Mama Nia dan suami, Iik dan keluarga, Priska, Clara Anita, Yenly Liana, Yang Dikaruniai, Hong Tiong Hwie, Andy Wicaksono, Ebed Adonai, Bartolomeus Dias, Johan Chandra P, Dimas Tianda, Je Budi Cahyono, Sandman, Lady Silent, Samuel Franklyn, Dennis Santoso, Hiskia, Purnawan Kristanto, Anak Patirsa, Penonton, M 23, Pniel, dan beberapa nama PENDETA, blogger Sabda Space yang baru, Blogger Kompasiana, dan banyak nama lagi yang tidak bisa saya sebutkan secara lengkap.
Akhir kata, bagi yang berminat KOPDAR, jangan kuatirkan soal biaya dan tetek bengek lainnya, yang penting AWAK WARAS dan menyediakan waktu luang, yang lainnya bisa di atur.
Illustrasi : asiantour.info, koleksi group BLOSAS,yudhi.web.ugm.ac.id,backpackerindonesia.com
Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
- Tante Paku's blog
- Login to post comments
- 5796 reads
“Motivator itu PENIPU!” ahaaaa!!
Tante paku sukses mencolek saya untuk datang nih!! Jarang-jarang saya terpancing... ha ha ha ha ha...
Iik pun pernah mengomentari si Edi Badai Motivator ini dengan cukup KERAS dan TEGAS “Motivator itu PENIPU!”
Katakan jika pernyataan saya tidak benar, dan saya akan balik katakan banyak ketidak benaran dari yang dibagikan para motivator
Ha ha ha ha ha... dari mana ilmu motivasi itu didapat??
Berapa banyak yang berasal dari buku? Berapa banyak dari pengalaman? Berapa banyak dari ilmu penerapan? Syukur-syukur kalau memang itu berdasar pada pengalaman pribadi "MENAKLUKKAN BADAI" tapi berapa banyak yang sungguh-sungguh memilikinya???
Memotivasi orang, memberikan semangat orang, 'membakar' orang sangat mudah untuk dilakukan.. dan bekerja menjadi seorang MOTIVATOR adalah sesuatu yang HEBAT! Dan tentunya lagi 'trend', dibutuhkan dan menjadi impian banyak orang saat ini, disamping menghasilkan banyak uang tanpa perlu repot2 mencangkul ladang.
ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha
Mendengar itu Edi Badai pun cuma ngakak seraya berkata “Kebencian adalah racun yang menyerang kebahagiaan secara hebat!”
Saya tidak mengalirkan KEBENCIAN! Tidak sama sekali!!
Tidak ada gunanya, tidak ada faedahnya, tidak ada untungnya bagi saya dan siapapun dengan mengobarkan KEBENCIAN terhadap para MOTIVATOR.
But, belajar JUJUR ajalah, pasti "berkahnya akan lebih berlimpah" (gile kayak ibu pendeta nih bicaranya)
Semoga sahabat BLOSAS, Edi Badai bisa menjadi salah satu MOTIVATOR JUJUR di dunia!!
Salam,
IIK
Tidak ada motivator jujur
Tidak ada motivator jujur. Motivasi itu timbulnya dari dalam. Yang dari luar itu bukan motivasi tapi emosi. Jadi istilah motivator itu sendiri sudah tidak benar.
Menggoda Para Motivator
Ha ha ha ha ha ha ha...
Jadi ingat tentang keisengan saya akhir-akhir ini kalau diundang datang ke acara-acara yang mengundang "para motivator"
Sekedar catatan: Para hotelier atau disebut para pelaku wisata menjadi ladang yang menyenangkan dan memberikan banyak hasil bila dijadikan tempat "memotivasi" karena hospitality memiliki banyak 'sudut' yang bisa diolah maksimal
Tidak seperti dulu. Beberapa waktu terakhir ini saya lebih suka memancing "emosi" orang kalau datang ke acara-acara tersebut.
Duduk di tempat yang mudah dilihat pembicaranya, menulis apa yang dibagikannya, dan setelah break session memberikan "sebuah kejutan ringan" dengan bertanya kepadanya;
"Hai! Selamat ya udah memotivasi kami. Sudah memotivasi di perusahaan mana aja? Bla bla bla bla bla....
Kalau dijawab dengan penuh kehebatan dan sebagainya... wah... saya makin senang ... dan mengakhirinya dengan
"Anda pasti sudah habis membaca buku ************ ini. Keren ya ngutipnya... Ada buku lain lagi lho yang lebih keren... "
menyenangkan melihat muka "galau" mereka di session berikutnya
Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha...
Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha...
Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha...
I like it!!!
#Bocah antagonis no1 di dunia hospitality ******** kata mereka
Iik merangkul Edi Badai Motivator
Iik pun pernah mengomentari si Edi Badai Motivator ini dengan cukup KERAS dan TEGAS“Motivator itu PENIPU!”
Halah, akhirnya malah NGINEP di HOTELMU to?
Sayang di sini Motivator Edi Badai kagak bisa di mention, jadi nggak tahu dia mau njawab apa?
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
Tante Paku.. memberikan tumpangan
Ibrani 13:2
"Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat."
memberikan tumpangan itu sebagian dari usaha memperoleh barokah... :P