Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Di mana Allah?
Ketika mengalami cobaan, kita selalu bertanya di manaAllah pada saat kita membutuhkan? Padahal Allah mengatakan bahwa Dia akanselalu mendampingi, menggendong dan menyelamatkan kita sampai masa tua kita danrambut kita berubah menjadi putih (Yesaya 46:4). Allah memang selalumendampingi kita; hanya kita memang tidak mampu melihat Allah secara langsung.Nabi Musa saja tidak dapat memandang wajah Allah seperti difirmankan di dalamKeluaran 33:20, “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yangmemandang Aku dapat hidup." Karena itu, kehadiran Allah hanya dapatdirasakan melalui suara-Nya ketika Dia memanggil kita atau melalui cara-caralain dalam hidup kita sehari-hari. Kisah sederhana berikut ini patutdirenungkan untuk memahami bagaimana cara Allah menghadirkan diri-Nya.
Seorang laki-laki datang menemui Yesus dan mengeluhkanmengapa Allah selalu menyembunyikan diri-Nya? Dia lalu berkata kepadaYesus,’Rabbi, Saya sudah tua. Selama hidup, saya sudah melaksanakan semuaperintah-Mu. Tiap tahun saya pergi berziarah ke Yerusalem dan memberikanpersembahan. Setiap malam saya berdoa. Saya memandang bintang-bintang dangunung-gunung; saya menantikan kehadiran Allah agar saya dapat melihat-Nya. Dansaya telah menunggu puluhan tahun tanpa hasil. Mengapa? Saya beralasan untukmengeluh, Rabbi? Mengapa Allah tetap tidak menampakkan diri-Nya?
Yesus tersenyum dan dengan suara lembut Dia bercerita: ‘Pada suatu masa terdapatsinggasana marmer di gerbang selatan sebuah kota yang besar. Di singgasana itududuk tiga ribu orang raja. Semuanya memohon Allah untuk menampakkan diri-Nyaagar dapat melihat-Nya namun hingga mencapai ajal keinginan raja-raja itu tidakterkabul.
Kemudian setelah semua raja wafat, datanglah seorang yang sangat miskin, menderitakelaparan, dan berpakaian compang-camping tanpa alas kaki. Orang miskin iniduduk di atas singgasana tersebut. Dia membisikkan doanya, ‘Ya... Allah. Matamanusia tidak dapat menatap langsung matahari karena akan buta. Jadi, ya...SangMahakuasa, bagaimana manusia dapat melihat-Mu secara langsung? Kasihanilah kamiya... Allah. Kurangilah kekuatan-Mu. Padamkan pancaran cahaya-Mu yang luarbiasa agar saya yang miskin dan menderita ini dapat melihat-Mu!
Yesus melanjutkan cerita-Nya, ‘Allah merasa kasihan kepada orang tua yang miskin ini.Dia lalu berfirman, ‘Dengar hai orang tua, Aku telah mengubah diri-Ku menjadisepotong roti, segelas air yang segar, sepotong pakaian yang hangat, sebuahgubuk sederhana dan di depan gubuk itu, seorang wanita yang menjadi isterimudan tengah menyusui bayimu. Dengan cara ini, engkau akan dapat melihat-Ku dalambentuk yang kau inginkan
andryhart
- andryhart's blog
- 5041 reads
@pa Dokter: bagaimana?
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com
.. tambahan lagi...
Tambahan Pertanyaan buat Tuhan
Dear All,
Mungkin perlu pertanyaan inti dulu:
"Tuhan, apakah ada yang salah dalam diriku? Tolong aku menyadarinya terlebih dahulu dan memperbaikinya." (Misalnya selama ini kurang rendah hati, jadi diberi masalah agar belajar rendah hati)
Bila dengan introspeksi diri, buka kotak saran dan kritik, tanya kanan kiri, doa puasa, dan meditasi kontemplasi, tetep ga ketemu kesalahan dalam diri kita, tanya lagi pada Tuhan :
"Tuhan, apakah Engkau sedang memberikan kasih karunia ini kepadaku?"
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. (1 Petrus 2:19-20)
Kasih karunia di sini adalah korban yang sesungguhnya yang bisa kita persembahkan sebagai korban persembahan yang harum bagi Tuhan.
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Kita selalu bersalah
andryhartandryhart