Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Dari Seni Rupa sampai Linguistik: Menjual Komik
Sewaktu SD, film kartun yang populer adalah Teenage Mutant Ninja Turtles. Ada juga Saint Seiya. Dua-duanya favorit saya. Saat duduk di kelas 4 SD, saya suka menggambar tokoh-tokoh Kura-Kura Ninja itu. Ada beberapa tokoh yang mampu saya gambar, tapi saya tidak bisa menggambar Splinter, April, Krang, dan dua tokoh jahat lainnya. Saya cuma suka menggambar keempat kura-kura ninja itu dan Shredder.
Teman-teman saya yang memang doyan Kura-Kura Ninja pun mengantri. Mereka meminta saya untuk menggambarkan tokoh-tokoh Kura-Kura Ninja itu di buku gambar mereka. Ada beberapa yang saya gambar di sekolah, ada juga yang saya gambar di rumah. Yang jelas, akan ada yang cemburu kalau porsi gambar yang saya berikan ternyata tidak seimbang. Kalau sekarang, saya mungkin akan memandang hal ini sebagai merepotkan. Tapi waktu itu saya memang sangat suka menggambar sehingga tidak keberatan melakukannya.
Kegemaran saya untuk mencorat-coret itu membawa berkah tersendiri dalam setiap pelajaran Seni Rupa di sekolah. Buntutnya, nilai Seni Rupa saya tidak pernah jelek. Rata-rata nilai saya 8. Sayang sekali Seni Rupa bukan mata pelajaran inti sehingga saya tetap ditegur orang tua ketika nilai Matematika saya jelek. (Saya mendapat nilai merah pertama untuk mata pelajaran berhitung ini ketika kelas 3 SD. Herannya saat itu saya bisa masuk peringkat kelima di kelas.)
Sejak SD hingga SMP boleh dibilang saya menjadi salah satu teladan untuk pelajaran Seni Rupa. Saya pun selalu menantikan pertemuan dengan guru Seni Rupa yang cuma terjadi seminggu sekali. Sungguh menyebalkan. Kenapa sih, Seni Rupa itu cuma satu jam pelajaran, sedangkan mata pelajaran yang lain bisa lebih?
Saya mulai gemar menggambar tokoh-tokoh silat seiring berkembangnya bacaan saya kepada komik Tiger Wong dan Tapak Sakti. Mengambil model komik-komik tersebut, saya mulai menyusun komik saya sendiri. Bahan-bahannya sederhana. Cukup menggunakan buku gambar ukuran buku tulis berisi dua belas halaman, sebuah pensil, alat penghapus, dan penggarisan. Saya bisa mengerjakan komik dalam dua hari saja. Komiknya sudah jelas berseri. Setelah selesai, saya tunjukkan kepada teman-teman di sekolah.
Melihat respons teman-teman yang sangat baik, saya pun terus melanjutkan seri komik saya. Saya tidak ingat ada berapa seri. Bahkan saya mengikuti sajian yang dilakukan pihak penerbit Tiger Wong dan Tapak Sakti. Ketika saat itu komik-komik tersebut menggelontorkan kupon undian, saya ikut-ikutan membuat kupon-kuponan. Hadiahnya, yang meminjam pertama kali akan mendapatkan hadiah. Sayang saya lupa apa hadiah yang saya tawarkan, yang jelas hadiah itu tidak menjadi kenyataan.
Saat komik Dragon Ball karya Akira Toriyama muncul, saya juga membuat komik lain, judulnya Pertarungan 8 Tahun. Isinya sudah jelas berantem terus. Komik ini, seperti komik-komik lainnya pun tidak pernah tamat. Meski demikian, waktu itu banyak juga yang menjadi penggemar saya sehingga mereka rela merogoh uang jajan mereka untuk membeli komik saya itu.
Dalam membuat komik, saya tidak berpaku pada buku gambar seukuran buku tulis setebal dua belas halaman dan seharga seratus rupiah itu saja. Kalau sudah tidak ada lagi, buku tulis pun saya pakai untuk membuat komik. Memang agak tidak nyaman untuk gambarnya, tapi untuk teks jadi lebih mudah.
Pernah juga saya membuat komik berwarna. Tapi komik berwarna ini sama sekali tidak jadi keluar. Soalnya benar-benar ribet. Selain harus membuat gambar dengan garis yang jelas, saya juga masih harus mewarnainya dengan pensil warna.
Sebelum periode membuat komik ini, saya juga gemar menjiplak gambar. Dengan mengambil contoh gambar pada komik Tiger Wong atau Tapak Sakti, saya memanfaatkan kertas karbon dan mengikuti garis demi garis. Namun, tren di kalangan anak-anak SD ini tidak melulu saya ikuti. Saya coba beralih dengan meniru sendiri tanpa menggunakan kertas karbon. Hasilnya ternyata tidaklah jelek. Saya kira inilah yang membuat saya cukup percaya diri untuk membuat komik.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
- Indonesia-saram's blog
- 6569 reads
share dikit ah...
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa
Ditunggu komiknya
Sudah Pensiun
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Share aja..