Bergegas saya ke rumah sakit begitu mendengar teman saya meninggal. Di depan UGD saya bertemu putranya. “Papa meninggal tadi siang,” cerita mahasiswa kedokteran itu. “Di monitor saya melihat sudah tidak ada lagi aktivitas otak. Tetapi Nenek tidak mau Papa berhenti bernafas pada hari Sabtu. Ia tidak mengijinkan dokter melepas alat bantu kehidupan. Besok pagi baru alat-alat itu dilepaskan.”
Salah satu mitos kematian mengatakan mereka yang meninggal pada hari Sabtu akan membawa serta satu-dua anggota keluarga menemaninya ke alam maut. Bagaimanakah mitos ini bisa muncul? Saya menduga mitos ini berasal dari bangsa Yahudi yang ketika Yerusalem dihancurkan oleh pasukan Romawi sekitar tahun 70M mereka tersebar ke mana-mana. Di antaranya ada yang menetap di daratan Tiongkok. Mereka tidak melakukan kegiatan pada hari Sabat (Sabtu) walaupun ada anggota keluarganya meninggal. Menunggu berlalunya hari Sabat, jenasah disimpan dalam rumahnya. Penundaan ini bisa membuat seisi rumah terkontaminasi penyakit apabila almarhum meninggal karena penyakit menular.
Pada awalnya kata mitos berarti suatu cerita rakyat atau sejarah orang suci yang diyakini dan disucikan oleh masyarakat tertentu dan dijadikan sebagai pedoman hidup atau hukum tak tertulis yang mengatur perilaku masyarakat. Kemudian kata ‘mitos’ artinya berkembang biak dan salah satunya berarti pedoman perilaku yang diyakini banyak orang tanpa dasar yang masuk akal. Dalam kamus The American College Dictionary – New York 1951, pengertian ini disebut “mythical” (bersifat mitos) karena “having no foundation in fact; imaginary; fictitious”.
Dalam perkawinan juga ada mitos-mitos. Pernah memperhatikan iklan duka cita orang Tionghwa yang berumur 75 tahun ke atas? Yang meninggal pasti punya she (marga) yang tidak sama dengan pasangannya. Marga Liem tidak boleh menikah dengan marga Liem. Alasannya, untuk menghindari perkawinan sedarah. Bahkan dulu pernah ada mitos yang mengatakan suku Hokkian lebih tinggi derajatnya daripada suku Hakka. Mitos ini melahirkan pantangan bagi perempuan Hokkian untuk menikah dengan pria Hakka. Alasannya? Mana boleh adik lelaki menikah kakak perempuannya. Kalau yang prianya dari suku Hokkian, boleh.
Dua mitos di atas sudah tidak berlaku lagi. Sudah kadaluwarsa. Jadi kalau Anda she Oei, Anda sekarang boleh menikahi keturunan raja gula Oei Tiong Ham dari Semarang. Jika nama Anda Cong Cien Cau, tak perlu ragu untuk jatuh cinta dengan keturunan Tjong A Fie hartawan sekaligus dermawan dari Medan. Tetapi saya pernah repot berhadapan dengan mitos perkawinan dalam masyarakat Tionghwa. Ketika mau melamar calon istri saya, ternyata perbedaan umur kami yang 3 tahun jadi masalah. Ini tidak boleh. Pamali kata orang Sunda. Track record perkawinan akan diwarnai cekcok. Ketika saya bertanya apa alasannya menjadi pamali, saya mendapat jawaban yang makin membingungkan, “Kursi itu tidak bisa berkaki tiga.” Apa hubungannya antara perkawinan dengan kursi?
Jika saya tak salah, dalam masyarakat Sunda juga ada larangan pernikahan antara anak sulung dengan anak bungsu. Bila pamali ini dilanggar, bahtera perkawinan akan kandas. Berdasarkan psikologi larangan (lebih tepat: anjuran) ini bisa dimengerti. Seorang sulung biasanya punya karakter mandiri dan pegang kendali. Sedangkan seorang bungsu biasanya manja, kolokan, bergantung kepada orang lain. Jika si sulung itu perempuan dan si bungsu lelaki, bisa dibayangkan apa yang terjadi. Sang istri bekerja jungkir balik mencari nafkah, sang suami di rumah saja sibuk dengan burungnya. Kalau genteng rumah bocor, sang istri yang di atas atap, sang suami di bawah memegangi tangga.
Mitos-mitos ini bisa membuat sebuah cinta pertama mendadak hang tanpa sang korban mengetahui sebabnya. Pacar memutuskan hubungan tanpa mau memberitahu apa dosa kita. Mengapa demikian? Karena pacar malu bila kita tahu – dan kemudian karena jengkel menyebarluaskan ‘aib’ ini kepada banyak orang – bahwa keluarganya masih memegang mitos-mitos seperti itu.
Ketika saya dibisiki calon istri selisih umur dipermasalahkan oleh keluarganya, saya heran. Pacar saya ini aktivis gereja. Orangtuanya sudah lama Kristen. Bagaimana mitos ini masih mereka pegang? Saya tidak mau menjalani ritual penolak bala. Maka pacar saya repot meyakinkan keluarganya bahwa “kursi berkaki tiga” juga ada dan tak pernah ambruk. Keluarganya mau mengerti karena bukti-buktinya ada di sekitar kami. Lamaran dilakukan. Pernikahan akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Saya mendahului mengajukan sebuah tanggal. Satu tanggal saja, tidak ada tanggal cadangan. Calon mertua setuju. Saya lega.
Pada dasarnya sebuah mitos punya tujuan baik dengan dasar yang jelas. Misalnya saja orang harus menikah. Apakah ini jelek? Melalui sebuah pernikahan seseorang mempunyai pendamping dalam menghadapi kesulitan hidup. Mereka bisa saling menyemangati. Anak-anak yang mereka lahirkan juga kelak akan merawat mereka pada masa tuanya. Hidup mereka tidak akan terlantar. Bila kita hidup dalam budaya agraris, tidak ada salahnya mematuhi anjuran (mitos) ini selama kita tidak asal menikah karena kita bukan binatang.
Tetapi mitos ini kehilangan relevansinya dalam budaya industri atau budaya teknologi informasi saat ini. Kecanggihan peralatan komunikasi membuat kita tidak perlu menikah apabila menikah hanya untuk hidup tanpa kesepian. Apabila kita hendak mengamankan hari tua kita, kita bisa menginvestasi harta kita dalam deposito atau saham tanpa harus menikah apabila menikah hanya untuk membuat jala pengaman hari tua. Rumah jompo yang bagai hotel juga sudah banyak. Jika kita ingin punya anak, kita bisa pergi ke panti asuhan untuk memilih dan mengadopsi seorang anak. Jika kita ingin menikmati sebuah kehamilan, kita bisa mendapatkan embrio bayi tabung tanpa harus punya suami yang belum tentu bisa membahagiakan kita. Hanya saja ada sesuatu that money cannot buy. Cinta yang tulus dari seseorang. That’s it!
Karena itulah tidak mudah begitu saja membuang sebuah mitos dari diri seseorang yang pernah lama mengakrabinya. Dan itu terbukti pada hari pernikahan saya. Saya yang sudah lega karena merasa telah berhasil mematahkan mitos selisih umur 3 tahun terkejut ketika mobil pengantin menjemput saya. Pada keempat pintunya melambai-lambai 4 helai kertas jimat warna kuning dengan aksara kanji. Apa yang harus saya perbuat? Tidak mungkin kami datang ke gereja dengan kertas jimat ini. Apa yang kemudian saya lakukan bisa dibaca dalam artikel “Kertas jimat di depan mimbar”.
Sebelum saya mengakhir artikel ini, saya akan mengajak para pembaca mencermati sebuah mitos perkawinan yang sangat berpotensi menghancurkan sebuah cinta pertama. Saya akan menjelaskannya dalam format kasus¹.
Setelah menyelesaikan tahapan pendekatan dan seleksi selama hampir 2 tahun, Agus menyatakan cintanya kepada Rena. Rena setuju mendampingi Agus memasuki tahapan pacaran dimana mereka tidak lagi melirik orang lain. Agus yang selama ini mencari uang sebagai makelar jual beli sepeda motor bekas, melamar kerja di sebuah perusahaan konstruksi kecil. Kebaikan hati pemilik perusahaan itu membuat Agus diterima walaupun umurnya sudah 31 tahun. Gajinya kecil tetapi ini lebih baik daripada hasil yang tidak menentu sebagai makelar. Terlebih lagi setelah melihat dedikasi dan prestasi kerjanya, majikannya menjanjikan jabatan kepala cabang di kota lain setelah ia mempunyai masa kerja 3 tahun. Dengan gaji sebagai kepala cabang Agus bisa memiliki sebuah rumah melalui fasilitas KPR dan menikahi Rena.
Sukacita hati Rena terusik ketika suatu hari ibunya bertanya kepadanya kapan orangtua Agus datang melamarnya. Minggu lalu orangtua pacar Reni adiknya telah datang berkunjung. Mereka bertanya kapan mereka bisa datang kembali untuk melamar Reni untuk putra mereka. Tetapi orangtua Rena dengan halus meminta mereka untuk bersabar karena mereka ingin Reni tidak melangkahi kakak perempuannya.
Umur Rena sudah 27 tahun. Sehari-hari bersama Reni ia menjaga toko kecil milik orangtuanya. Reni yang berusia 25 tahun juga sudah mengatakan kepadanya ia tidak mau melangkahinya. Ia rela menunggu 3 tahun lagi dengan risiko ia kehilangan pacarnya yang sudah ngebet kawin daripada menyakitkan hati kakak satu-satunya. Rena makin tertekan melihat ibunya mulai sering membicarakan kebaikan Tino anak pedagang besar yang banyak membantu usaha toko mereka. Rena tahu Tino diam-diam mencintainya. Tino pemuda yang baik dan sopan. Walaupun ia anak orang kaya, ia tidak pernah mamandang rendah mereka yang status ekonominya di bawah orangtuanya.
Pada suatu malam ibunya berbicara kepadanya. “Rena, walaupun Ibu melihat Tino mempunyai banyak kelebihan sebagai seorang calon suami, Ibu tidak berkeberatan kamu menikah dengan Agus. Ibu tahu kamu mecintainya bukan karena ia berpenghasilan tinggi, atau karena ia tampan. Mungkin saja kamu mencintainya karena kekurangannya. Kamu merasa dirimu lebih dibutuhkan oleh Agus. Tetapi ingatlah, kamu juga dibutuhkan oleh Reni dan orangtuamu. Apakah kamu tega Reni kehilangan kekasihnya karena menunggu terlalu lama? Jika kamu tetap ingin menikah dengan Agus, beritahu dia agar orangtuanya secepatnya datang melamarmu.”
Jikalau Anda adalah Rena, apa yang sebaiknya Anda lakukan? Memberitahukan Agus masalah yang sebenarnya dengan segala risikonya, atau diam-diam berpaling kepada Tino?
Jikalau Anda adalah Agus, setelah mendengar kegalauan hati Rena, apakah yang akan Anda lakukan?
Sumbangkanlah pendapat Anda. Siapa tahu saran Anda menolong mereka yang saat ini sedang berpikir untuk menghentikan kisah cinta mereka gara-gara terhadang mitos ini.
Trouble is a part of your life, and if you don’t share it, you don’t give the person who loves you a chance to love you enough. (DinahShore)
(selesai bagian ke-2)
¹ Kasus ini hanya rekaan belaka. Jika ada kasus nyata yang serupa, itu hanya kebetulan. Bila sama dengan kasus Anda, yaaa . . . . . anggap saja itu musibah.
Normal
0
MicrosoftInternetExplorer4
Normal
0
MicrosoftInternetExplorer4
Serial Cinta Pertama,
bagian ke-1: Cinta pertama jangan membuat bodoh.
bagian ke-2: Cinta pertama terganjal mitos
bagian ke-3: Cinta pertama beralas harta.
@Purnomo.... Buying time
1) ada mitos yang mengatakan suku Hokkian lebih tinggi derajatnya daripada suku Hakka. Mitos ini melahirkan pantangan bagi perempuan Hokkian untuk menikah dengan pria Hakka.
2) mitos perkawinan dalam masyarakat Tionghwa,... perbedaan umur yang 3 tahun jadi masalah. Ini tidak boleh. Pamali kata orang Sunda. Track record perkawinan akan diwarnai cekcok.
3) dalam masyarakat Sunda juga ada larangan pernikahan antara anak sulung dengan anak bungsu. Bila pamali ini dilanggar, bahtera perkawinan akan kandas.
Waduh saya melanggar ketiga mitos diatas...
Dulu juga dilarang oleh keluarga besar Papa ketika hendak akan pacaran, juga gara-gara Joli (perempuan Hokkian) hendak berpacaran dengan Pria Hakka.. memang sejak jaman dahulu kala para wanita hokkian tidak boleh bersuami hakka begitu kata mereka... namun baru tahu neh kalau alasannya hanya karena hokkian menang awu dari hakka.. (menurut cerita Purnomo).. alasan papa pada waktu itu adalah ada banyak kebiasaan para pria hakka yang kurang "cocok", terutama dalam hal memperlakukan wanita.. begitu alasannya..
Juga umur kami terpaut 3 tahun katanya akan ciong meski bukan ciong besar (terpaut 6 tahun), namun akan selalu adu mulut, mereka juga kasih ilustrasi kaki meja empat supaya stabil, roda mobil juga empat.. jadi ingat waktu itu saya juga membantahnya bahwa meja 3 kaki juga stabil, becak punya roda tiga juga bisa jalan kemana-mana..
Saya anak pertama, suami anak no 9.. maka secara psikologi si wanitalah yang akan suka menjadi pemimpin karena kebiasaan si sulung selalu begitu.. nah kalau kodrat terbalik akan tidak baik..
Nah lo.. piye coba?
Hal yang Joli lakukan pada waktu itu adalah:
1) Putus. menuruti kehendak Papa.. sedih..
2) Back street.. asik juga ketika melakukannya.. pakai acara deg-deg-an segala..
3) Ngeyel.. menghadap Papa Mama.. kami serius mau lanjutkan ke pertunangan..
4) Menikah dengan restu ortu juga dengan biaya sendiri.. wah yang ini paling asik, karena selain bahagia menjadi pasangan suami istri.. kami juga menuai untung... (wah bisa buat bisnis nih)
Hingga kini.. kami tidak pernah menyesalinya bahkan kami selalu bersyukur untuk kebaikan Tuhan,atas karunia yang indah.. jodoh..
“mythical” (bersifat mitos) karena “having no foundation in fact; imaginary; fictitious”.
Hal Rena dan Agus
Seperti yang joli lakukan.. sebaiknya Rena terus terang kepada Agus
Berunding dengan Agus cari way out.. seperti lamaran dan tunangan lebih dulu, menikahnya nanti 3 tahun lagi.. kelihatannya dengan begitu akan membuat tenang meski untuk sementara.. buying time..
Joli memang pemborong
Orang yang bekerja di bidang konstruksi biasa disebut pemborong. Joli memang cocok jadi pemborong karena waktu gadis sudah berani memborong mitos perkawinan untuk dilanggar. Sekaligus membuktikan bisa membekukan racunnya.
Matur nuwun sudah mau lesehan di lapak saya.
Salam.
Untuk Sex Lelaki Yang Ambil Inisiatif
Di dalam ajaran Tiongkok kuno, dikatakan bahwa setiap manusia harus memenuhi kodrat penciptaannya sebagai makluk yang paling mulia, perwujudan kebajikan Tuhan Yang Mahaesa, buah hati Yang Mahaesa.
Tuhan Yang Mahaesa tidak pernah berbicara kepada manusia dalam wujud (wahyu) namun KEHENDAKNYA nyata di dunia. Yang mendapat anugerah sebagai manusia paling tulus, paling bijaksana, paling pintar diberi MANDAT (ming) untuk menjadi Imam manusia di hadapan Tuhan dan wakil Tuhan untuk mengayomi dan membimbing manusia, dia diberi gelar raja atau Tianzi (anak Tuhan Yang Mahaesa).
Karena kuatir Li tidak dipahami dengan benar, maka raja lalu menyusun Li (kesusilaan) sebagai panduan bagi manusia untuk menjalani hidup memenuhi kodratnya. Ada orang yang sejak lahir mendapat anugerah untuk menjadi bijaksana ada yang belajar lalu menjadi bijaksana ada pula yang menderita dulu baru menjadi bijaksana namun ada juga yang tidak pernah menjadi bijaksana seumur hidupnya. Kesusilaan adalah standard terendah dari kebajikan. Apabila setiap manusia menaati kesusilaan, maka dunia akan akan damai sejahtera, namun untuk menggapai Jalan Suci Tuhan (Tian Dao) diperlukan Ming (anugerah yang tidak bisa ditolak manusia. Itu sebabnya ming juga dipahami sebagai MANDAT atau KETETAPAN Tuhan).
Dengan mata telanjang, manusia mampu melihat 5 planet dan dua benda langit lainnya yang berkuasa bergantian, siang dan malam, bulan dan matahari. 5 X2 = 10. Itulah yang disebut 10 tiang langit (Tian Gan). Planet Jupiter membutuhkan waktu 12 tahun untuk mengelilingi matahari dengan sempurna, 12 letak planet jupiter itulah yang disebut 12 akar bumi (Di Zhi). Satu hari terdiri dari 12 jam. Jam pertama antara jam 11-01, disebut jam tikus, lalu lembu, harimau, kelinci, naga …. Satu minggu terdiri dari 2 X 5 hari 910 tiagn langit.
Sayang sekali! Menurut Mengzi setelah Kongzi wafat pada tahun 551SM, Li atau kesusilaan tidak pernah diajarkan lagi secara lengkap dan sempurna dengan cara yang benar, itu sebabnya manusia mulai menyimpang. Li pun diajarkan dengan cara yang salah, itulah awal munculnya PANTANG atau CIONG.
Setelah agama Dao lahir pada abad pertama, maka bangsa Tiongkok kuno pun memasuki alam tahyul dan penyembahan dewa-dewi. Ilmu hongsui pun mulai berkembang pesat. Setiap manusia dilahirkan menurut kodratnya, ada yang sangat beruntung, kurang beruntung dan SIAL. Ada manusia yang membawa keberuntungan, kurang beruntungan dan merugikan. Tempat, waktu, arah, kondisi yang membawa keberuntungan, kurang beruntungan dan merugikan. Orang-orang yang pandai memadukan semuanya dengan baik, akan sukses. Misal, seorang yang SIAL, bila pandai memilih teman, tempat, arah, waktu dan kondisi yang menguntungkan, akan sukses. Walaupun lahir sebagai orang yang beruntung, namun bila tidak pandai memilih teman, tempat, arah, waktu dan kondisi yang menguntungkan, akan gagal.
Pasangan yang beda umur tiga tahun dianggap tidak menguntungkan. Namun, itu bukan berarti kiamat. Selama mereka pandai memilih hal-hal yang menguntungkan, maka perkawinannya akan sukses. Di dalam ajaran hongsui, ada orang-orang yang disebut sintong, anak ajaib, mereka tidak pernah tidak beruntung. Mereka tidak terikat pada PANTANG atau Ciong. Sintong adalah mereka yang lahir pas tahun baru Imlek. Sintong yang paling sakti adalah yang lahir pada tahun naga, kedua sakti tahun harimau. Saya lahir pada tahun naga, pas tahun baru imlek, itu sebabnya sejak kecil petantang ptenteng melanggar semua ciong. Karena lahir pada jam babi, maka dikatakan, semakin tua saya akan semakin jaya. Untuk mengimbangi hari lahir saya maka orang tua memberi saya nama Zi Yang, Zi artinya bijaksana, Yang artinya berkibar atau mengibarkan atau menyebarkan atau mengagungkan. Namun, kedua orang tua saya salah mengutip huruf, sehingga huruf yang mereka kutip untuk nama saya adalah huruf Yang, artinya penakluk Iblis.
Khe artinya tamu. Pada zaman kuno, di dalam tradisi suku Khe atau Haka, wanita sama sekali tidak dihormati. Para wanita Khe hidup seolah budak suami-suaminya. Wanita Khe adalah pekerja keras dan pengabdi suami yang baik. Di dalam suku Hokian, para wanita sangat dihormati. Itu sebabnya, orang Hokian sangat memandang rendah suku Khe karena tradisi mereka yang merendahkan wanita. Itu sebabnya, suku Hokian tidak keberatan anak lelakinya menikahi wanita Khe namun sangat menentang wanitanya menikahi lelaki Khe.
Di dalam tradisi Tiongkok kuno, ada hari di mana semua orang beristirahat dan raja memimpin sembahyang kepada Tian, Di dan Shangdi, ketiganya adalah Dayi (Yang Mahaesa), hari demikian dikenal sebagai hari SABAT dalam tradisi Yahudi. Tidak baik meninggal pada hari Sabtu, jelas bukan ajaran Tionghua.
Sampai hari ini, menikah sesama marga (she) masih menjadi salah satu PANTANGAN besar. Orang-orang yang melakukan pernikahan dengan marga yang sama, akan diejek diam-diam. Seperti menikahi adik sendiri.
Kertas jimat berwarna kuning dengan tulisan Tionghua merah adalah jimat agama Dao, lebih spesifik lagi dari aliran Maosan. Mas Purnomo, bila istri anda orang Medan, maka kemungkinan besar dia bukan orang Hokian. Kemungkinan besar dia orang Tio ciu, atau hai lo hong. Atau dia orang Bagan? Kemungkinan lebih kecil dia adalah orang Khe atau leluhurnya orang Santung atau Canton di Medan disebut orang Konghu.
Dalam masalah Rena, saya hanya ingin menyampaikan, “Untuk hubungan sex, lelaki yang mengambil inisiatif, namun untuk menikah, perempuan yang pegang peranan.”
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Hai hai, nekad tenan kalo jualan
Terima kasih untuk komentar Empek yang korektif dan informatif.
Salam
Mas Purnomo, Itu Adalah Fakta Yang Umumnya ...
Mas Purnomo, apa yang saya tulis di dalam judul itu adalah kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Hubungan sex di luar nikah, selalu dimulai oleh lelaki. Lalaki yang mulai merayu lalu menyentuh dan mencumbu. Namun untuk menikah, jarang sekali inisiatifnya datang dari lelaki. Wanitalah yang harus mengambil inisiatif dan menual idenya.
Ketika wanita jatuh cinta, dia menyerahkan jiwa raganya untuk orang cintaannya dan mengharapkan hal yang sama dari orang cintaannya. Ketika lelaki jatuh cinta, dia pergi menaklukkan dunia untuk dipersembahkan kepada wanita cintaannya, itu sebabnya sering terjadi, ketika berhasil menaklukkan dunia, wanita cintaannya sudah menjadi milik orang lain.
Bagi wanita, cinta adalah seluruh hidupnya, sedangkan bagi lelaki, cinta hanya sebagian kecil dari hidupnya, pekerjaan dan karir adalah seluruh hidupnya.
Perintah untuk menaklukkan alam dan berkuasa atas binatang diberikan kepada lelaki sementara perintah bagi wanita adalah menjadi penolong yang sepadan. Namun keduanya mengemban amanat untuk beranak cucu.
Ketika memandang wanita, naluri lelaki adalah beranak cucu, itu sebabnya kecantikan dan kesexian wanita selalu memicu nafsu birahi lelaki. Cantik dan sexi artinya SUBUR. Sementara ketika wanita memandang lelaki, naluri yang terpicu adalah menjaga kelestarian anak cucunya, itu sebabnya wanita suka dengan lelaki yang dominan, berkuasa dan punya uang. Itu sebabnya wanita muda sering salah paham, menganggap lelaki egois dan play boy adalah lelaki yang dominan atau berkuasa. Lelaki yang selalu menjawab,"TERSERAH." kepada pacarnya akan dianggap sebagai lelaki yang lemah. "Mau makan apa?" TERSERAH! Mau nonton apa? TERSERAH. MAu kemana? TERSERAH. Bagi lelaki, itu adalah ungkapan cinta, namun bagi wanita itu adalah pertanda kelemahan.
Silahkan mas Purnomo melakukan survey, para perawan tua umumnya adalah mereka yang ditinggalkan oleh pacarnya untuk menikah dengan wanita lain. apabila anda berdiskusi dengan lelaki itu, maka anda akan menyimpulkan bahwa mereka menikahi istrinya tersebut karena istrinya mengojok-ojok dia untuk menikah.
Lelaki tidak akan mengajak pacarnya menikah, bila si pacar tidak mengajak nikah duluan. Karena lelaki tidak akan berpikir untuk menikah karena sudah merasa nyaman dengan pacaran. Itu sebabnya, sex sebelum menikah sangat berbahaya. Sebab bila sudah mendapatkan sex sebelum menikah, lelaki merasa tidak perlu menikahi pacarnya lagi.
Untuk SEx, lelaki yang mengambil inisiatif, untuk menikah, perempuan yang pegang peranan. Itu adalah fakta yang umumnya terjadi di dalam kehidupan nyata.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Pak hai
wah, saya orang khe/hakka nih, gimana dong, masakah dibilang memperbudak wanita? padahal saya begitu menyanjung calon istri saya (yg org khe/hakka juga) dulu (yg sekarang udah jadi istri org lain) hahahaha....
Tapi, informasi dari anda bagus sekali, saya jadi mengerti sekarang kecekcokkan antara org hokkian dan org hakka dulu tuh begitu toh.
Thanks yah.
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
If Not Us, Who?
If Not Now, When?
@mas purnomo
Serial 'Cinta Pertama' yg ke 3 lanjut....
Tarik mang...
>>>=GOD=LOVE=YOU=>>
If Not Us, Who?
If Not Now, When?
Ken, tidak semua laki-laki
Tidak semua laki-laki Hakka begitu. Pasti ada pengecualiannya seperti cerita Joli. Dan sebaliknya, tidak semua laki-laki Hokkian begitu.
Saya tidak ingat lagi apakah banyak orang Hakka di SanggauKapuas . Yang saya ingat di sana saya melihat beberapa perempuan Chinese yang cantiknya tak kalah dengan yang tinggal di Pontianak.
Saya ke Sanggau ketika Entikong dibuka dan saya ditugaskan oleh perusahaan untuk ke Entikong melihat peluang bisnis. Waktu itu pintu gerbang perbatasannya lebih jelek daripada pintu gerbang sekolah di desa. Saya melihat para kuli berbaris ulang-alik melintasi perbatasan. DariIndonesia mereka memikul kloset. Sampai di seberang setelah diserahkan kepada tauke, mereka memanggul karung berisi bawang putih balik ke Indonesia . Pantas harga bawang putih lokal di Pontianak hancur. Tidak ada pajak atau bea masuk karena aturan adat yang dipakai. Saya meninggalkan perbatasan mempergunakan angkot yang separoh ruangnya penuh dengan bawang putih ini. Saya senang menggoreng telor dengan campuran banyak bawang putih untuk mencegah flu. Tetapi saat itu saya benar-benar mabok karena bau bawang yang pekat. Tetapi apa boleh buat, tidak ada angkutan lain. Saya lupa berpesan kepada ojek yang mengantar saya untuk menunggu. Supir ojek mengira saya mau menyeberang sehingga saya ditinggal.
Waktu mau kembali ke Singkawang saya pikir mengapa tidak sekalian ngelencer ke utara walaupun tidak sampai ke Putussibau setidak-tidaknya tahu seperti apakota Sanggau. Saya mempergunakan angkutan umum. Saya menginap di Sanggau. Sore hari saya jalan kaki cari makan. Nah, pengalaman makan di Sanggau inilah yang membuat saya tidak bisa melupakan kota kecil ini. Saya berjalan menyusuri tepian sungai Kapuas di atas dermaga kayu yang panjang mencari rumah makan Chinese. Saya pesan cap cay daripada menulis nama makanan yang tidak pernah saya kenal. Waktu pesanan keluar, saya cengengesan sendiri. Seumur hidup baru sekali itu saya menghadapi cap cay yang mematuhi nama yang disandangnya, sepuluh sayur. Sayuran mulu, dagingnya tidak kelihatan, mungkin diiris tipis-tipis, padahal harganya tidak jauh beda dengan di Pontianak .
Ken, terima kasih telah membaca artikel saya.
Salam.
@purnomo: seperti judul lagu....
Koh Pur, menyimak judul komen anda saya jadi teringat akan sebuah lagu dangdut lama...he..he..he...
Omong-omong, enak mana capcay nya koh, yang di Sanggau atau yang di Jl. Agus Salim dan Diponegoro di Pontianak sana?
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
@Lae Ebed, pertanyaan buah simalakama
Dimakan matilah bapak, tak dimakan emak tergeletak.
Bukankah cap cay yang ada di Jawa sudah tidak sesuai dengan namanya?
Seperti "Pasar Jawa" di Padang yang semua pedagangnya tidak berasal dari etnis Jawa.
Seperti "Kampung Keling" di Medan yang semua penghuninya tidak kelam warna kulitnya.
Seperti "Pasar Ikan" di Medan yang semua penghuninya malah berjualan kain. (Ini perlu tanya kepada Indonesiasaram apakah waktu peresmian di papan namanya huruf-hurufnya terbolak balik, ‘kain’ jadi ‘ikan’)
Orang Kristen pasti tak mau seperti itu. Nama dan tindakan tidaklah berbeda.
Salam.
@purnomo: Rena-i
Weleh, sebenarnya masalahnya sepele sekali, kalau mau dibanding kerajaan Tuhan :)
'Ke-ALkitab-iahan'
Berhubung Firman Tuhan hanya memberi pedoman dalam masalah:
Ada 2 mitos yang harus dipatahkan terlebih dahulu:
Alhasil:
Yang Agus dan Rena harus ingat:
Firman Tuhan memberi pedoman "hormatilah orang tuamu", tidak "ikutilah pacarmu". jadi apapun keputusan Agus-Rena, tidak bisa melibatkan hal-hal yang 'tidak menghormati' keputusan orang tua Rena/i. Contoh: maksa kawin, walaupun masalah langkah-melangkah hanyalah sebuah mitos.
@purnomo: Rena-i (2)
eits, ketinggalan mitos nomor 3:
Lagi, Firman Tuhan memberi pedoman dalam masalah kesetiaan. Dalam masalah berkecukupan, pertanyaannya:
Apakah dengan menikah, seseorang akan menjadi beban bagi orang lain, mungkin keluarga (alias tidak mengasihi) karena tidak berkecukupan? Tentunya standar kecukupan di Alkitab adalah cukup pangan dan pakaian (Mat 6:25-27, 1 Tim 6:8)
Jadi, KPR tidak termasuk dalam checklist pernikahan
Mao kawin aja kok susah?