Akhirnya selesai juga nulis bagian ketiga (akhir), meski agak basi, semoga belum jadi bubur deh :). Cerita bagian pertama bisa di baca di sini, bagian kedua bisa dibaca di sini.
Kembali Ke Rumah Turi
Sekitar lima sampai sepuluh menit perjalanan dari Tunas Mekar ke Rumah Turi. Sedikit obrolan di tengah jalan tak terasa sudah sampai tujuan. Begitu memarkir motor, aku merogoh kantong untuk cek handphone teknologi blutut ku. Eh, ada sms masuk. Ternyata mas bule dan mbak Gita sudah berpamitan pulang. Kira-kira beginilah bunyinya "Halo Ari, mas bule dan mbak Gita pulang. Sampai jumpa lagi ya, GBU". Duh, padahal belum puas neh ngobrol ataupun bercengkarama dengan manusia impor dari Belanda, hehe. Ya sudahlah. Acara terus berlanjut. Sekarang lokasi sudah pindah ke lantai atas atau atap Rumah Turi. Ini dilakukan karena diruang bawah atau utama ada acara ulang tahun dari salah satu cucu / keponakan Joli.
Acara dilanjutkan dengan melihat-lihat foto yang sudah jadi, ngobrol dan mencoba mengupload hasil foto dan blog ke Pasar Klewer. Acara diatas ini masih berlanjut karena menunggu Joli pulang dari jagong alias kondangan. Di tempat parkir terdengar suara motor yang tak asing lagi di telinga. Brum..brum..brum.. bluk..bluk..bluk.. Ya, motor vespa bos datang :). Tiga orang turun dari motor (bos, suami, dan anaknya), mereka langsung masuk ke rumah Turi dan menuju lantai atas. Kami yang diatas menyambut mereka dengan senyuman ramah beserta jabat tangan.
Seperti teman seribu tahun, mungkin itu istilah yang sering muncul setiap kali kopdar blogger-blogger SABDA Space. Baru pertama kali bertemu di dunia nyata sudah akrab. Seperti yang terjadi saat kopdar ultah ke 2 SS, karena acara ngobrol bebas, maka terjadilah obrolan berpasangan. Suami bos dengan anaknya sedang asyik bermain, Nona Riyanti yang terhormat lagi asyik cerita dengan Noni, Ari Thok dengan mas Daniel masih sibuk mengcopy foto dan mengupload ke picassa ataupun blog SS. Nah, si Clara seperti lagi bertemu Seniornya, hehe, nyambung aja obrolannya. Dengan bahasa impor mereka asyik ngobrolin tentang seputar kampus mereka, yah, bos ternyata mantan orang kampus tempat Clara mencari sesuap nasi hehe, jadi deh seperti reuni Ibu dan anak
.
Selang beberapa saat, Joli pun sudah datang dari acara jagongnya. Obrolan sempat berlanjut sebentar untuk merayu Clara dan Noni supaya mau menginap, sebelum akhirnya Joli berinisiatip mengajak kami semua turun karena acara ulang tahun di lantai bawah sudah selesai. Nah, kebetulan makanan saat acara ulang tahun masih ada, jadi deh, karena perut sudah cukup lapar, tak menjadi soal apapun makanannya, hehe.
Langen Bogan (Galabo)
Rayuan kepada Clara berhasil walo hanya sebagian. Sebagai informasi tambahan, di sepanjang pertemuan blogger kali ini memang Clara pengennya pulang agak cepat biar tidak kemalaman. Tetapi oleh bujuk rayu anggota yang lain, dia bersedia sampai agak malam. Yah, itung-itung nyucukke lah, jarang-jarang ke Solo kok gak menikmati suasana Solo waktu malam ya sekalian, rugi donk.
Menikmati Solo waktu malam tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Langen Bogan. Salah satu tempat pusat jajan dan makanan yang usianya belum genap setahun ini memang khas Solo. Macam-macam makanan bervariasi dijual disitu. Mau pilih pake kursi atau lesehan ditengah jalan juga bisa, soalnya jalan raya ini ditutup mulai petang sampai tengah malam. ("Duh, kok malah promosi to, engko lhak mas Daniel protes, dikira aku manajer Galabo.")
Setelah ke sana kemari mencari tempat yang kosong, akhirnya didapatilah tikar kosong yang letaknya tepat diatas rel kereta api. Oh ya, rel kereta api ini cuma dipakai dari pagi sampai sore aja, salah satu yang unik juga di kota Solo karena kereta api yang menggunakan rel ini melewati jalan utama di kota Solo di hampir sepanjang jalan Slamet Riyadi. Beristirahat sejenak diatas tikar, tak berapa lama Joli berinisiatif membeli makanan "cabuk rambak", makanan khas juga dari Solo. Lalu dilanjutkan sate. Sementara mas Daniel justru sibuk mencari minuman.
Sisi lain yang terjadi di situ, diriku masih mencoba menangkap aura yang terjadi antara Noni dan Clara. Beberapa kali Clara mengungkapkan kangen dan "cintanya" sama Noni, hingga Noni pun sering bilang, "Nggilani ah ... " Hahaha .. Wah, Clara punya jurus baru buat menggoda Noni, atau memang dia sudah desperate gara-gara belum ada yang menembak dan melamarnya? (Teng .. teng .. teng .. pengumuman, Clara butuh pendamping hidup, jangan biarkan penyimpangan ini berlanjut!
.) Hehe, beberapa blogger yang hadir di situ pun juga menimpali, "Hiiii .. takut ah ..
"
Setelah melihat jam sudah menunjukkan waktu yang cukup malam, kami pun bergegas pulang meninggalkan suasana makan-makan di Galabo ini. Berjalan di sepanjang deretan penjual makanan di kanan kiri jalan, Noni dan Clara berada di paling depan dengan rangkulan mesranya (duh ... makin menjadi-jadi hihihihi
), mazdanez di belakang mencoba mengabadikan foto tersebut, tapi sayang, dulu foto ini pernah kuminta dia gak kasih, katanya lagi sibuk. Entah sekarang masih ada atau enggak, tapi sudahlah. Setelah mobil keluar dari parkir, kami pun segera melanjutkan perjalanan lagi.
Terminal
Setelah melewati jalur khusus ala mas Daniel dari Langen Bogan ke Terminal, sampailah kami di depan jalan masuk Tirtonadi. Mas Daniel, Ari_thok, Noni dan Clara Anita pun bergegas keluar dari mobil. Sementara Joly dan Nona Riyanti yang terhormat memilih menunggu di mobil. Mas Daniel langsung memimpin rombongan untuk mencarikan bis yang sesuai. Aku sih yakin saja kalo mas Daniel dari mukanya keliatan memahami terminal ini hehe. Yah, mungkin dulu sering ke sini atau mmm... pernah nyopir / ngernetlah :p. Sapa tahu sih, cuma nebak-nebak :p. Sementara itu aku mending dibelakang aja deh, mendengarkan suara merdu jeng Clara.
(Uthuk .. uthuk .. uthuk ..) Langsung ketemu deh bis jurusan ke Jogja setelah tanya satu dua orang di terminal. Kebetulan bis akan segera berangkat. Tibalah perpisahan pertama dengan blogger Noni. Hiks .. hiks .. Jadi inget lagune Didi Kempot neh ..
Nalikane ning Tirtonadi
Ngenteni tekone bis wayah wengi
...
...
Noni pun berpamitan dengan menyalami aku dan mas daniel. Sementara dengan Anita, hiks .. hiks .. cipika cipiki .. Hihihi .. semakin menegaskan kejadian sore dan malam tadi di Langen Bogan .. Oh my God ... Kenapa ini harus terjadi ..
Bis yang mengangkut Noni pun sudah berlalu. Kini tinggal bertiga. Mmm ... keliatannya kami di sini ada sedikit kebingungan dengan bis jurusan Semarang yang akan dinaiki Clara. Sekilas dari jauh (tingak-tinguk) melihat salah satu bis yang akan ke Semarang. Setelah mendekati ke bagian ujung, ada warga terminal yang mengatakan bahwa itu bis jogja. Justru tempat pertama waktu Noni tadi dapat bis, di situ juga tempat mangkal bis jurusan Semarang. Waduh ... maklum deh, ternyata mas Daniel memang kurang tahu soal ini
. Jadi deh balik lagi ke ruang tunggu yang tadi. Ternyata bis yang di depan kita sewaktu noni berangkat adalah bis jurusan ke Semarang, walah, tapi memang nama bisnya gak terlalu terkenal.
Lima menit berselang setelah kami mondar-mandir, muncul bis yang cukup cepat dan katanya sering memakan korban karena kecelakaan. Ya, Sumber Kencono datang, pas dengan kebutuhan Clara yang akan ke Salatiga. Bus ini akan menuju ke Semarang, dimana menurut peta perjalanan pasti akan melewati Salatiga. Ah, lega rasanya dapat bis yang cukup meyakinkan (maksudnya dikenal dari namanya). Bis ini hanya nangkring sekitar 5 - 10 menit untuk mencari penumpang. Setelah berpatah satu dua kalimat, Clara pun memutuskan untuk segera naik, mengingat banyak juga penumpang yang sudah naik, yah, daripada nanti gak dapat tempat duduk. Clara berpamitan, dan kami pun masih menunggu sampai bis itu bergerak keluar dari terminal. Ah .. suara merdu itu telah kembali ke habitatnya di Salatiga.
Pulang
Melihat bis yang ditumpangi jeng Clara sudah mulai berangkat, aku dan mas Daniel pun bergegas menginggalkan terminal Tirtonadi. Dengan langkah cepat kami berdua menuju ke mobil Joli yang sudah menunggu di seberang parkir. Terlihat Nona Riyanti yang terhormat serta Joli sudah menunjukkan mata yang lebam, eh maksudku mata yang lelah karena capek dan mengantuk. Entah apa yang mereka obrolin selama kami berada di dalam terminal yang mungkin kira-kira setengah jam. Mmm .. pastilah bukan tentang kami (ya iya donk, masak ya iyalah, udel aja bodonk bukannya bolah
.. dasar narsis!!)
Menembus di tengah gelap malam kota Solo, Joli pun memimpin rombongan peserta kopdar terakhir ini menuju rumah Turi, dimana motor kami terparkir di sana. Sebenarnya cukup dekat jarak antara Terminal dan rumah Joli, tetapi kali ini kami berputar seperti obat nyamuk, makin lama makin dekat dengan rumah Turi. Mungkin karena Joli suka dengan model obat nyamuk yang melingkar, sehingga mobil melaju melewati gang-gang yang jarang dilewati. Mmm .. bisa juga sih Joli sedikit lupa dengan lokasi Rumah Turi, kehilangan fokus saat berkendara, karena memikirkan kejadian obrolan mesra dua sejoli sewaktu kopdar bahkan sampai melihat adegan mesra dua sejoli yang terjadi saat pulang dari Langen Bogan. Sungguh terlalu ..
Sampai rumah Turi, kami pun segera berpamitan untuk pulang. Ari thok berboncengan dengan Nona Riyanti yang terhormat, sedangkan mas Daniel kayaknya sendirian, yah semoga gak salah lihat :p. Kali ini mas Daniel yang menunjukkan jalan yang lebih cepat. Sampai bundaran pasar nongko, mas daniel memutuskan untuk ambil jalan lain, ya maklum gak serumah sih. Beberapa menit akhirnya Ari Thok sampai juga di Nusukan mengantar Nona Riyanti. Ari thok menunggu di luar gerbang sampai nona riyanti masuk ke dalam rumah, memastikan aman dan tidak terjadi apa-apa. Ah, akhirnya pulang. Meski badan capek dan pegel-pegel, banyak kenangan indah, pelajaran, dan cerita yang bisa diambil. Sampai rumah melongok ke jam dinding, uh .. setengah 12 malam.
- - - ***- - -
Tit .. sms masuk .. 08:06:45 Selamat hari Minggu, Gusti mberkahi ^_^" sms dari seseorang, memastikan dirinya sudah sampai dengan gembira tiba di Salatiga...
08:11:46 ^_^ thx 4 makin' sure i got the bus last night, Really enjoyed the time to its fullest. It's very nice 2 see u. Pls say my regard 2 the others:) GBU"
__________________
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*