Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Catatan Perjalanan Ikut Kopdar
Kopi darat atau jumpa darat sesungguhnya melanggar kodrat dunia internet. Oleh para penciptanya, dunia cyber ini dirancang sebagai sebuah jaringan pertemuan orang-orang yang tidak saling mengenal dan tidak harus mengenalkan diri. Di dunia maya, setiap orang boleh menciptakan identitas apa saja. Entah hari ini memakai identitas "Bejo", entah esok menggunakan identitas "Untung" dan lusa menggunakan identitas "Lucky". Semuanya sah-sah saja dan dimungkinkan di dunia internet.
Ketika masyarakat "virtual" ini kemudian memutuskan bertemu secara "real", maka muncul pertanyaan, apakah hal ini dapat mendegradasi kekhasan dunia internet? Atau justru memberikan nuansa baru kepada komunitas yang bersangkutan? Pikiran ini yang terlintas di kepala saya saat melaju di atas sepeda motor ke Solo untuk ikut acara Kopi Darat Blogger Sabdaspace di Solo, 2 Agustus 2008.
Memasuki kota Solo, waktu sudah menunjukkan pukul lima lebih. Saya segera menuju Solo Grand Mall sebagai meeting point dengan Daniel. Saya mengambil handphone, ternyata Daniel sudah menelepon tapi tidak saya angkat karena tidak mendengar panggilan. Saya menelepon Daniel, tapi gantian tidak diangkat oleh Daniel. ‘Mungkin sedang sibuk melakukan persiapan,' pikir saya. Saya putuskan kirim SMS saja: "Saya sudah di depan SGM." Hanya dalam hitungan detik, Daniel menelepon. "Tunggu sebentar, ya. Saya jemput," kata Daniel.
Lima menit kemudian Daniel muncul dengan sepeda motor. "Apakah lokasinya jauh?" tanya saya. "Nggak. Dekat kok," jawab Daniel sambil menstarter sepeda motor. Saya mengikutinya dari belakang. Daniel meluncur di jl. Slamet Riyadi, kemudian masuk kampung Kalitan. "Lho, bukannya di sini ada ‘istananya' bu Tien?" batin saya, "Ah jangan-jangan tempat pertemuannya dipindah di rumah orang kuat Orba itu?"
Perkiraan saya meleset. Ternyata Daniel salah mengambil tikungan. Kami pun berbalik lagi ke jalan utama, untuk kembali ke ‘jalan yang benar'.
Sesampai di rumah Turi, saya bertemu dengan Waskita (atau Waskami? Saya bingung membedakannya). Dia justru malah pamitan mau pulang. "Lho gimana sih? Acara belum mulai malah mau pulang?" protes saya.
"Rumah saya jauh, mas. Di Karanganyar" jawab Waskita. Oke deh kalau begitu. Setelah itu saya bertegur sapa dengan bu Joli. Orangnya sangat ramah. Dalam bahasa Jawa ada satu kata yang dapat mengekspresikan dengan tepat yaitu "semanak" (Maaf untuk teman-teman yang tidak berbahasa Jawa). Saya melayangkan pandang ke seluruh ruangan pertemuan. Para staf Sabda sedang mengusung meja dan menata kursi. Mata saya tertumbuk pada Hai Hai. Nah ini dia selebritas Sabda. Beliau sedang dikerubuti penggemarnya. Saya menunda niat untuk menyapa.
Daniel lalu mengenalkan saya pada Indonesia Saram. Walah gandriik!!! Ternyata beda jauh dengan sosok yang saya bayangkan. Kalau dalam tulisannya dia begitu lincah dan tangkas dalam menyusun kata-kata, namun berbeda dengan gaya bertuturnya yang kalem, tenang dan terkendali. Kata anak gaul, dia cenderung "Jaim" alias "Jaga Image" [Di lain kesempatan Hai Hai mengomentari. 'Kalau saya sih sudah nggak jaim lagi. Soalnya image-nya sudah kacau. Jadi nggak ada yang harus dijaga lagi,' katanya sambil tertawa sehingga pundak berguncang-guncang]. Kejutan lainnya, ternyata Indonesia Saram bekerja di sebuah penerbitan, sesuai dengan passion-nya. Di penerbitan itu, saya baru saja memasukkan naskah saya. Saya bersyukur kalau bisa membangun jaringan dengan beliau di penerbitan itu. Saya lalu menyebutkan nama teman yang baru saja diterima bekerja di sana. Ternyata dia mengenal juga.
Usai berbicang dengan Indonesia Saram, Hai Hai mendekati dan menyapa saya. "Sudah lama datangnya?" tanya saya berbasa-basi. "Cuma berselang lima menit dengan kedatangan pak Wawan," jawab koh Hai Hai.
Ibadah Syukur
Setelah persiapan selesai, panitia mengundang seluruh peserta untuk berkumpul. Kami duduk melingkar, mungkin tepatnya berbentuk segi empat. Di tengah-tengah sudah ada tumpeng nasi kuning.
Daniel sebagai pembawa acara mengucapkan selamat datang, kemudian memimpin pujian "Satukanlah Hati Kami." Setelah itu, saya mendapat kehormatan mempimpin dengan doa. Begitu mengucapkan "amin" saya mendapat protes dari peserta Semarang. Pasalnya saya tidak menyebut nama kota itu dalam doa saya. "Ya sudah, mari kita berdoa lagi untuk menyusulkan kota Semarang," kata saya bercanda.
Acara dilanjutkan dengan perkenalan setiap orang yang hadir. Caranya, setiap peserta mengenalkan peserta yang duduk di sebelah kanannya. Saya dikenalkan oleh Daniel. Sedangkan saya mengenalkan Dewi dari Karanganyar.
Firman Tuhan disampaikan oleh Ibu Julia yang berdasarkan Mazmur 133:
"Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."
Dalam uriannya, bu Julia menyatakan bahwa kehadiran Sabdspace buka sebuah kebetulan. "Kita ada di sana untuk melaksanakan firman Tuhan," kata pimpinan Sabda ini, "Sesungguhnya kita sedang mencicipi Sorga sebab di SS ini berkumpul banyak dari berbagai tempat, aliran, suku, dll. Bukankah di sorga juga akan berkumpul banyak orang dari berbagai latar belakang?"
Selanjutnya, bu Julia melukiskan tiga karakteristik Sabdaspace yang sesuai dengan firman Tuhan.
1. Di SS terdapat Keberbedaan. Di SS kita akan menemukan tulisan dan komentar yang sangat beragam, yang diposting oleh user dari berbagai latar belakang. Keanekaragaman seperti ini justru dikehendaki oleh Allah. Allah itu menyukai perbedaan. Buktinya, Allah menciptakan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Kalau Allah tidak menyukai perbedaan, maka Dia hanya menciptakan satu jenis tumbuhan dan hewan. Itu sebabnya, adalah tidak tepat kalau kita berusaha menghilangkan perbedaan yang ada di SS ini. SS adalah sebuah negeri impian (dreamland) dimana perbedaan kita diterima dapat oleh orang lain.
2. Di SS terdapat Kesatuan. Secara sekilas karakteristik ini mengandung paradoks dengan karakteristik yang pertama. Bagaimana mungkin bisa terjadi kesatuan jika ada perbedaan? Sesungguhnya hal ini mungkin terjadi karena Tuhan mengasihi semua orang, yang masing-masing memiliki perbedaan. Sebagai murid Kristus, kita juga dituntut mengasihi orang lain yang berbeda dengan kita. Itu artinya, dengan kasih kita bisa menciptakan kesatuan di antara orang-orang yang berbeda.
3. Di SS terdapat Kebersamaan. Meskipun terdapat kesatuan, tapi jika tidak ada kebersamaan maka hal tersebut juga tidak baik. Di SS kita merasakan ada kebersamaan di antara para anggotanya. Hal itu ditunjukkan dengan membaca posting bersama-sama. Kemudian saling memberi komentar. Baik itu dukungan maupun kritikan. Inilah dreamland kita. Kita merasa seolah-olah ada di sana. Ada kecanduan untuk hadir di sana karena merasa nyaman dan diterima.
Giliran berikutnya, pak Mark menuturkan gagasannya tentang "God + IT". Dia memulai paparannya dengan menyatakan bahwa sekarang bukan zamannya lagi menyangsikan peranan Information Technology (IT) di dalam pekerjaan Tuhan. Pada saat ini IT dapat digunakan sebagai sarana untuk membangun sebuah jejaring sosial yang bermakna (Social Network for Purposes). Menurut pak Mark, IT tidak hanya kependekan dari "Information Technology", tapi juga bisa dimaknai sebagai "Interactive Teology." Dengan kemampuannya berkomunikasi dua arah secara interaktif, maka dunia internet telah mengubah teologi menjadi sangat dinamis. Teologi dapat dikaji dan dibahas secara interaktif. Dengan demikian, IT juga bisa diartikan sebagai Integrated Teology. Teknologi informasi dapat memadukan berbagai unsur di dalam teologi sehingga terintegrasi menjadi utuh.
IT juga dapat dipandang sebagai "Inconvenience Truth", yaitu kebenaran yang menggelisahkan. Ketersediaan informasi yang melimpah, membuat kita dapat menggali kebenaran yang lebih dalam. Semakin kita tahu sebuah kebenaran, maka hal itu membuat kita gelisah untuk semakin menggali dan menggumulinya lebih dalam. Dengan kemampuannya berinteraksi melalui proses tesis-antitesis-sintesis, maka IT dapat menjadi sarana bagi munculnya "Inescapable Truth."
Pada akhirnya, tujuan utama dari semua proses ini adalah adanya Indvidual Transformation dan Instituton Transformation. IT telah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan relasi. Melalui interaksi di dunia maya ini pada akhirnya diharapkan terjadi sebuah perubahan diri dan perubahan bersama.
Yang cukup menarik adalah PR yang diberikan oleh pak Mark. Blog interaktif semacam Sabdaspace ini merupakan anak kandung dari generasi Web 2.0. Tapi apakah hanya berhenti di sini saja? Bagaimana langkah berikutnya? Apakah SS sudah menyiapkan diri untuk memasuki generasi Web 3.0?
Pada bagian akhir, ibadah syukur diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Love. Love, yang merasa grogi karena ini adalah pengalaman pertama memotong tumpeng, mengiris puncak tumpeng kemudian menyerahkannya pada pada Happy Lee.
Chit-Chat
Sekitar setengah delapan malam, acara resmi sudah usai dan diteruskan makan malam. Berikutnya memasuki acara yang santai. Sayangnya, satu persatu peserta justru mulai pamitan pulang.
Topik pembicaraan sangat beragam, bagai bola liar. Ditimpali sana-sini? Tapi untunglah ada bu Julia yang mengarahkan untuk kembali ke laptop. Semua peserta diabsen oleh bu Julia: mengapa ikutan SS. Jawaban beragam. Hai Hai mengaku mendaftar di SS karena "dendam" dan gemas tulisannya tidak dimuai di sebuah situs. Sebagian staf Sabda mengaku jadi member karena diwajibkan, tapi lama-lama jatuh cinta. Ada yang mendaftar di SS karena tidak sengaja. Ada juga terpaksa jadi anggota karena ingin membela satu anggota yang dipojokkan oleh anggota yang lain. Ada yang jadi user SS karena diundang dan diajak oleh temannya. Saya sendiri jadi member karena membaca publikasi yang diterbitkan oleh Sabda yang dikirim via email.
Pada kesempatan itu saya melontarkan gagasan untuk mendokumentasikan tulisan-tulisan yang berkualitas bagus. Sayang jika tulisan-tulisan yang bermutu itu akhirnya hanya menjadi arsip karena tertimbul oleh ribuan posting lainnya. Konkretnya, saya usul supaya diterbitkan menjadi sebuah buku. Soal ongkos cetak, saya usul untuk ditanggung bersama-sama. Alternatifnya adalah memformat dalam e-book, yang dapat diunduh oleh siapa saja.
Pukul 21.40, saya terpaksa pamitan. Padahal obrolan sedang seru-serunya. Tapi apa boleh buat, tugas sebagai suami telah memanggil. Ehmmm....jangan berpikir ngeres dulu, ya. Maksudnya begini: Kirana (26 bulan), anak kami, punya kebiasaan tidur larut malam. Dia biasanya baru tidur setelah pukul 1 dini hari. Padahal esoknya, isteri saya harus melayani ibadah Minggu pada pagi hari. Nah, tugas saya adalah menemani Kirana sampai dia tidur. Sementara itu, istri saya berangkat tidur duluan.
Saya menjalankan sepeda motor pelan-pelan, kecepatan rata-rata 80 km/jam. Udara malam musim kemarau ini sangat dingin. Meski sudah memakai jaket, tapi hawa dingin itu masih tetap merambah kulit. Jalanan masih ramai oleh sepeda motor, truk dan bus malam.
Dalam perjalanan, saya teringat percakapan dengan Dewi. "Kesininya sama siapa?" tanya Dewi. "Tadi di jalan bersama banyak orang, tapi tujuannya berbeda-beda," jawab saya,"yang tujuannya ke rumah Turi ini hanya saya. "
Dewi manggut-manggut sambil mencerna ucapan saya. "Apakah nanti pulangnya sendirian?" lanjut Dewi.
"Ah tidak juga," jawab saya cengengesam,"di jalan ada banyak barengannya kok. Ada yang pakai sepeda motor,naik mobil, menumpang truk...."
Dewi tertawa. Dia baru ngeh rupanya.
Untuk menonton video klip kopdar tersebut, dapat klik di sini atau di sini.
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- 7467 reads
Thanks Wawan untuk liputan berita klewer-nya
Jurnalis SS
Masih banyak yang terlewatkan
~ Goethe
------------
Communicating good news in good ways
Wah wah
Nyari beasiswa di sini aja
UUppsss....
~ Goethe
------------
Communicating good news in good ways
Kopdarnya seru, sayang...
Natal SABDA Space?
Sudah lama berlalu, tapi baru sekarang saya cuap-cuap sedikit tentang kopi darat kemarin. Setelah kegiatan kemarin, kepikiran juga, bagaimana kalau Natal mendatang SABDA Space menggelar acara serupa? Bagaimana? Bagaimana?
(Buat Noni, tidak mengapa. Saya bersyukur mendapat tumpangan gratis. Sebenarnya ketika itu saya juga agak bingung bagaimana mengontak yang bertanggung jawab. Akhirnya, saya berbelok ke tempat teman, hanya untuk malam itu.)
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Natal Sabda Space!