Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Budi Asali Membual Karena Tabir Bait Allah Bukan Nabi
Saya menyebutnya teolog yak-yak-o walaupun mereka getol sekali mengaku dirinya Reformed sejati yang memegang prinsip Sola scriptura, sola gratia, sola fide, solus Christus dan soli Deo gloria secara murni dan konsisten. Mereka menggelari kotbah-kotbahnya sebagai kotbah eksposisi dan menjamin bahwa teknik pemahaman Alkitabnya adalah eksegese. Sayang sekali! Karya-karya pengkotbah demikian sungguh berjanggut tiada berjubah. Alih-alih belajar Alkitab, mereka justru memboroskan waktunya untuk mempelajari buku-buku yang mengajarkan cara belajar Alkitab. Alih-alih mempelajari Alkitab, mereka justru menghabiskan waktunya untuk menghafal apa kata orang tentang ajaran Alkitab. Alih-alih mengajarkan firman Allah mereka justru mengabarkan hikmat manusia. Sungguh tidak masuk akal! Merasa dirinya pintar karena hafal tulisan-tulisan teolog ternama dari generasi ke generasi. Pengkotbah-pengkotbah demikianlah yang menyebabkan pemahaman Alkitab tidak berkembang bahkan melestarikan ajaran yang salah dari generasi ke generasi.
Memberanikan diri bertanya, di situsnya, Pdt. Budi Asali MDiv menulis:
Matius 27:51-53(1)
Mat 27:51-56 - “(51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, (52) dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. (53) Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang”.
I) Tabir yang terbelah.
1) Tabir apa itu?
Pulpit Commentary: “‘The veil of the temple’ (tou naou). There were two principal veils in the present temple - one between the vestibule and the holy place, and one other which is that here referred to, a constituent part of the edifice. This was the veil between the holy place and the holy of holies, which was moved aside only once a year to admit the high priest to the shrine on the great Day of Atonement (Ex 26:33). It was large and costly, some sixty feet high, and made of rich materials” [= ‘Tabir Bait Suci’ (TOU NAOU). Ada 2 tabir utama dalam Bait Allah pada saat itu - satu di antara ruang depan dan Ruang Suci, dan yang lain yang ditunjuk di sini, suatu bagian unsur pokok dari gedung yang besar. Ini adalah tabir antara Ruang Suci dan Ruang Maha Suci, yang disingkapkan hanya sekali setahun untuk mengijinkan/membiarkan imam besar masuk ke tempat yang suci pada hari besar Penebusan/Pendamaian (Kel 26:33). Tabir itu besar dan mahal, sekitar 60 kaki tingginya, dan dibuat dari bahan-bahan yang berharga].
Vincent: “‘The veil of the temple.’ According to the Rabbis this was a handbreadth in thickness, and woven of seventy-two twisted plaits, each plait consisting of twenty-four threads. It was sixty feet long and thirty wide. Two of them were made every year, and according to the exaggerated language of the time it needed three hundred priests to manipulate it. This veil was the one which covered the entrance to the holy of holies, and not, as has been asserted, the veil which hung before the main entrance to the sanctuary” (= ‘Tabir Bait Suci’. Menurut Rabi-rabi ini tebalnya selebar tangan, dan ditenun dari 72 jalinan yang dipilin, setiap pilinan terdiri dari 74 benang. Tabir itu panjangnya 60 kaki dan lebarnya 30 kaki. Dua dari tabir-tabir itu dibuat setiap tahun, dan menurut bahasa yang dilebih-lebihkan dari jaman itu, dibutuhkan 300 imam untuk menggerakkannya. Tabir itu adalah tabir yang menutupi jalan masuk ke Ruang Maha Suci, dan bukan, seperti yang ditegaskan, tabir yang tergantung di depan pintu masuk utama dari Ruang Suci).
UBS NT Handbook Series: “The curtain referred to is the one which separated the Holy Place from the Most Holy Place (Ex 26:31-35; 40:21), which was thought to be the dwelling place of God on earth” [= Tabir yang ditunjuk adalah tabir yang memisahkan Ruang Suci dari Ruang Maha Suci (Kel 26:31-35; 40:21), yang dianggap sebagai tempat tinggal Allah di bumi].
Bdk. Kel 26:31-35 - “(31) Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun. (32) Haruslah engkau menggantungkannya pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada kaitannya dari emas, berdasarkan empat alas perak. (33) Haruslah tabir itu kaugantungkan pada kaitan penyambung tenda itu dan haruslah kaubawa tabut hukum ke sana, ke belakang tabir itu, sehingga tabir itu menjadi pemisah bagimu antara tempat kudus dan tempat maha kudus. (34) Tutup pendamaian itu haruslah kauletakkan di atas tabut hukum di dalam tempat maha kudus. (35) Meja itu haruslah kautaruh di depan tabir itu, dan kandil itu berhadapan dengan meja itu pada sisi selatan dari Kemah Suci, dan meja itu haruslah kautempatkan pada sisi utara”.
Kel 40:21 - “Dibawanyalah tabut itu ke dalam Kemah Suci, digantungkannyalah tabir penudung dan dipasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Allah - seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
2) Saat sobeknya tabir.
Lenski: “Jesus died at three o’clock, thus the curtain must have been rent at the time the priests were busy with the evening sacrifice” (= Yesus mati pada pk 3 siang, maka tabir itu pasti telah sobek pada saat imam-imam sedang sibuk dengan korban petang) - hal 1127.
Barnes’ Notes: “This was the time of day when the priest was burning incense in the holy place, and it is probable that he witnessed it” (= Ini merupakan saat dari hari dimana imam sedang membakar kemenyan di Ruang Suci, dan adalah mungkin bahwa ia menyaksikan hal itu).
Pulpit Commentary: “The priest who offered incense at the evening sacrifice about this same hour must have seen it, and spread abroad among his comrades the news, to which many would attach a meaning fatal to the security of their religion” (= Imam yang mempersembahkan kemenyan pada korban petang sekitar waktu ini pasti telah melihat hal itu, dan menyebarkan berita itu dengan luas di antara teman-temannya, pada mana banyak orang memberikan suatu arti yang fatal/mematikan pada keamanan dari agama mereka).
Wycliffe: “‘Veil of the temple.’ The curtain dividing the Holy Place from the Holy of Holies (Exo 26:31). This event, symbolic of the permanent opening of God’s presence to man by the atoning death of Christ (cf. Heb 10:19-23), could have been reported by the priests who were later converted (Acts 6:7)” [= ‘Tabir Bait Suci’. Tabir ini memisahkan Ruang Suci dari Ruang Maha Suci (Kel 26:31). Peristiwa ini, menyimbolkan pembukaan kekal dari kehadiran Allah kepada manusia oleh kematian yang menebus dari Kristus (bdk. Ibr 10:19-23), bisa telah dilaporkan oleh imam-imam yang bertobat belakangan (Kis 6:7)].
Kis 6:7 - “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”.
3) Penyebab sobeknya tabir.
Bukan gempa bumi yang menyebabkan robeknya tabir itu, dan ini terlihat dari fakta bahwa Matius menceritakan sobeknya tabir lebih dulu dari terjadinya gempa bumi.
Bdk. Ay 51: “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah”.
Pulpit Commentary: “‘Was rent in twain from the top to the bottom.’ ... The direction of the rent would show that no human hands had torn it apart, and the rending seems to have preceded the earthquake” (= Arah dari penyobekan itu menunjukkan bahwa bukan tangan manusia yang menyobek tabir itu, dan penyobekan itu kelihatannya mendahului gempa bumi).
William Hendriksen: “Nor is it at all probable that Matthew is trying to convey the idea that this splitting in two of the curtain was caused by the earthquake. Had that been his intention, would he not have mentioned the earthquake before the tearing of the curtain? What happened must be regarded as a miracle” (= Sama sekali tidak mungkin bahwa Matius mencoba untuk menyampaikan gagasan bahwa penyobekan menjadi dua ini disebabkan oleh gempa bumi. Seandainya itu merupakan maksudnya, bukankah ia akan menyebutkan gempa bumi sebelum penyobekan tabir? Apa yang terjadi harus dianggap sebagai mujijat) - hal 974.
UBS NT Handbook Series: “Mark also mentions that ‘the curtain of the temple was torn in two, from top to bottom.’ ... Both the observation that the split was from top to bottom and the employment of the passive ‘was torn in two’ point to God as the one behind the drama, and so one may translate ‘God caused the curtain that was hanging in the temple to tear in two, from top to bottom.’” (= Markus juga menyebutkan bahwa ‘tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah’. ... Kedua pengamatan bahwa penyobekan itu adalah dari atas sampai ke bawah dan penggunaan bentuk pasif ‘terbelah/dibelah menjadi dua’ menunjuk kepada Allah sebagai seseorang di balik peristiwa itu, dan dengan demikian seseorang bisa menterjemahkan ‘Allah menyebabkan tabir yang tergantung di Bait Suci itu terbelah menjadi dua, dari atas sampai ke bawah’).
Mark 15:38 - “Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah”.
4) Arti sobeknya tabir.
Ada 2 arti yang ditekankan oleh para penafsir tentang sobeknya tabir itu, yaitu:
a) Telah terbuka jalan masuk kepada Allah melalui Kristus.
b) Seluruh upacara-upacara Perjanjian Lama, dengan imam-imam, korban-korban, dan bahkan seluruh Bait Sucinya, telah dihapuskan.
Lenski: “When this curtain was rent, God proclaimed that the ministration of the Jewish high priest had come to an end” (= Pada saat tabir itu terbelah, Allah memproklamirkan bahwa pelayanan dari imam besar Yahudi telah diakhiri) - hal 1127.
The Biblical Illustrator (New Testament): “‘The veil of the temple was rent.’ Signifies: The abolition of the Jewish economy; that the mysteries of that dispensation were now explained; that the way of access to God was open to all believers” (= ‘Tabir Bait Suci itu terbelah’. Menandakan/berarti: Penghapusan sistim Yahudi; bahwa misteri-misteri dari sistim itu sekarang dijelaskan; bahwa jalan masuk kepada Allah terbuka untuk semua orang percaya).
Pulpit Commentary: “The violent act was supernatural, and of a typical nature, as we are taught by Heb 9:6-12. The sanctuary enshrined the presence of God, from which the veil excluded every one but the high priest on one special occasion, thus denoting the imperfect reconciliation between God and his people, and that the way to the holiest was not yet made manifest. The rending of this veil betokened the opening of the access to heaven through the wounded body of Christ: as we read in Heb 10:19,20, ‘Having boldness to enter into the holiest by the blood of Jesus, by a new and living way, which he hath consecrated for us through the veil, that is to say, his flesh.’ ... The distinction between Jew and Gentile was abolished, ...” (= Tindakan keras/kasar itu adalah tindakan supranatural, dan merupakan suatu TYPE, seperti diajarkan oleh Ibr 9:6-12. Ruang Maha Suci menyimpan kehadiran Allah, dari mana tabir itu mengeluarkan setiap orang kecuali imam besar pada satu peristiwa khusus, dan dengan demikian menunjukkan pendamaian yang tidak sempurna antara Allah dan umatNya, dan jalan ke Ruang Maha Suci belum dinyatakan. Penyobekan tabir ini menandakan pembukaan jalan masuk ke surga melalui tubuh yang terluka dari Kristus: seperti yang kita baca dalam Ibr 10:19,20, ‘Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri’. ... Pembedaan antara orang Yahudi dan orang non Yahudi dihapuskan, ...).
Barnes’ Notes: “The most holy place has been usually considered as a type of heaven, and the tearing of the veil to signify that the way to heaven was now open to all - the great High Priest, the Lord Jesus, being about to enter in as the forerunner of his people” (= Ruang Maha Suci biasanya telah dianggap sebagai TYPE dari surga, dan penyobekan dari tabir menunjukkan bahwa jalan ke surga sekarang terbuka untuk semua - sang Imam Besar, Tuhan Yesus, sedang mau masuk ke dalamnya sebagai pendahulu dari umatNya).
William Hendriksen: “As to the symbolic significance, ... it is explained in Heb. 10:19,20: through the death of Christ, symbolyzed by the tearing of the curtain, the way into ‘the holy of holies,’ that is, heaven, is opened to all who take refuge in him. For the practical lesson see Heb. 4:16” (= Berkenaan dengan arti simbolis, ... itu dijelaskan dalam Ibr 10:19,20: melalui kematian Kristus, disimbolkan oleh penyobekan tabir, jalan ke dalam ‘Ruang Maha Suci’, yaitu surga, terbuka bagi semua yang berlindung dalam Dia. Untuk pelajaran praktis lihat Ibr 4:16) - hal 974-975.
Ibr 10:19-22 - “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.
Ibr 4:16 - “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The rending of the veil symbolized the wonderful truth that the way was now open to God (Heb 10:14-26). There was no more need of temples, priests, altars, or sacrifices. Jesus had finished the work of salvation on the cross” [= Penyobekan tabir menyimbolkan kebenaran yang luar biasa/indah bahwa jalan kepada Allah sekarang terbuka (Ibr 10:14-26). Tidak lagi dibutuhkan Bait Suci, imam-imam, mezbah-mezbah, atau korban-korban. Yesus telah menyelesaikan pekerjaan keselamatan di kayu salib].
Calvin: “Christ, the true and everlasting Priest, having abolished the figures of the law, opened up for us by his blood the way to the heavenly sanctuary, that we may no longer stand at a distance within the porch, but may freely advance into the presence of God. For so long as the shadowy worship lasted, a veil was hung up before the earthly sanctuary, in order to keep the people not only from entering but from seeing it, (Exodus 26:33; 2Chronicles 3:14.) Now Christ, by ‘blotting out the handwriting which was opposed to us,’ (Colossians 2:14,) removed every obstruction, that, relying on him as Mediator, we may all be a ‘royal priesthood,’ (1 Peter 2:9.) Thus the rending of the veil was not only an abrogation of the ceremonies which existed under the law, but was, in some respects, an opening of heaven, that God may now invite the members of his Son to approach him with familiarity. Meanwhile, the Jews were informed that the period of abolishing outward sacrifices had arrived, and that the ancient priesthood would be of no farther use; that though the building of the temple was left standing, it would not be necessary to worship God there after the ancient custom; but that since the substance and truth of the shadows had been fulfilled, the figures of the law were changed into spirit” [= Kristus, Imam yang benar dan kekal, setelah menghapuskan gambar-gambar/simbol-simbol dari hukum Taurat, membuka bagi kita dengan darahNya jalan ke Ruang Maha Suci surgawi, sehingga kita tidak usah berdiri lebih lama lagi di kejauhan di dalam serambi, tetapi bisa dengan bebas maju ke dalam kehadiran Allah. Karena selama ibadah/penyembahan yang bersifat bayangan tetap berlaku, suatu tabir digantung di depan Ruang Maha Suci duniawi, untuk menjaga supaya umat/bangsa itu bukan hanya tidak masuk, dan bahkan supaya mereka tidak melihatnya, (Kel 26:33; 2Taw 3:14). Sekarang Kristus, dengan ‘menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita’ (Kol 2:14), menyingkirkan semua halangan, supaya, dengan bersandar kepada Dia sebagai Pengantara, kita semua bisa menjadi ‘imamat yang rajani’ (1Pet 2:9). Karena itu, penyobekan tabir itu bukan hanya merupakan penghapusan dari upacara-upacara yang ada di bawah hukum Taurat, tetapi dalam hal tertentu merupakan suatu pembukaan surga, sehingga sekarang Allah bisa mengundang anggota-anggota dari AnakNya untuk mendekatiNya dengan keakraban. Sementara itu, orang-orang Yahudi diberi informasi bahwa masa penghapusan korban-korban lahiriah telah tiba, dan bahwa imamat kuno tidak berguna lagi; bahwa sekalipun bangunan Bait Suci tetap berdiri, tidaklah perlu untuk beribadah/menyembah Allah di sana menurut tradisi kuno; tetapi bahwa karena zat dan kebenaran dari bayangan-bayangan telah digenapi, gambar-gambar dari hukum Taurat telah diubah menjadi rohani].
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And, behold, the veil of the temple was rent in twain from the top to the bottom.’ This was the thick and gorgeously-worked veil which was hung between the ‘holy place’ and the ‘holiest of all,’ shutting out all access to the presence of God as manifested ‘from above the mercy-seat and from between the cherubim:’ - ‘the Holy Spirit this signifying, that the way into the holiest of all was not yet made mainfest’ (Heb. 9:8). Into this holiest of all none might enter, not even the high priest, except once a year, on the great day of atonement, and then only with the blood of atonement in his hands, which he sprinkled ‘upon and before the mercy-seat seven times’ (Lev. 16:14) - to signify that access for sinners to a holy God is only through atoning blood. But as they had only the blood of bulls and of goats, which could not take away sins (Heb. 10:4), during all the long ages that preceded the death of Christ, the thick veil remained; the blood of bulls and of goats continued to be shed and sprinkled; and once a year access to God through an atoning sacrifice was vouchsafed - in a picture, or rather, was dramatically represented, in those symbolical actions - nothing more. But now, the one atoning Sacrifice being provided in the precious blood of Christ, access to this holy God could no longer be denied; and so the moment the Victim expired on the altar, that thick veil which for so many ages had been the dread symbol of separation between God and guilty men was, without a hand touching it, mysteriously ‘rent in twain from top to bottom:’ - ‘the Holy Spirit this signifying, that the way into the holiest of all was NOW made manifest!’ How emphatic the statement, ‘from top to bottom;’ as if to say, Come boldly now to the Throne of Grace; the veil is clean gone; the Mercyseat stands open to the gaze of sinners, and the way to it is sprinkled with the blood of Him - ‘who through the eternal Spirit hath offered Himself without spot to God’! Before, it was death to go in, now it is death to stay out. See more on this glorious subject at Heb. 10:19-22” [= ‘Dan lihatlah, tabir dari Bait Suci terbelah menjadi dua dari atas sampai bawah’. Ini adalah tabir yang tebal dan dikerjakan dengan sangat indah yang tergantung di antara ‘Ruang Suci’ dan ‘Ruang Maha Suci’, menutup semua jalan masuk ke hadirat Allah yang dinyatakan ‘dari atas tutup pendamaian dan dari antara kerub-kerub’: - dan dengan ini Roh Kudus menunjukkan bahwa bagi semua orang jalan ke dalam Ruang Maha Suci belum dinyatakan’ (Ibr 9:8). Ke dalam Ruang Maha Suci itu tak seorangpun boleh masuk, bahkan tidak imam besar, kecuali sekali setahun, pada hari raya penebusan/pendamaian, dan pada saat itu hanya dengan darah penebusan dalam tangannya, yang ia percikkan ‘pada dan di hadapan tutup pendamaian 7 x’ (Im 16:14) - untuk menunjukkan bahwa jalan masuk kepada Allah yang suci hanyalah melalui darah yang menebus. Tetapi karena mereka hanya mempunyai darah lembu jantan dan kambing, yang tidak bisa menghapus dosa (Ibr 10:4), selama jaman-jaman yang panjang yang mendahului kematian Kristus, tabir yang tebal itu tetap ada; darah dari lembu jantan dan dari kambing terus menerus dicurahkan dan dipercikkan; dan sekali setahun jalan masuk kepada Allah melalui suatu korban yang menebus diberikan - dalam suatu gambaran, atau lebih tepat, dinyatakan secara dramatis, dalam tindakan-tindakan simbolis itu - tidak lebih. Tetapi sekarang, satu Korban yang menebus disediakan dalam darah yang mahal dari Kristus, jalan masuk kepada Allah yang kudus ini tidak bisa ditolak lebih lama lagi; dan karena itu pada saat Korban mati pada mezbah, tabir yang tebal itu, yang untuk begitu banyak jaman telah menjadi simbol yang menakutkan dari pemisahan antara Allah dan manusia yang bersalah, terbelah secara misterius dari atas sampai ke bawah, tanpa ada suatu tangan yang menyentuhnya: - ‘dengan ini Roh Kudus menunjukkan bahwa jalan ke dalam Ruang Maha Suci bagi semua orang sekarang telah dinyatakan!’ Alangkah menekankannya pernyataan ‘dari atas sampai ke bawah’; seakan-akan untuk mengatakan ‘Sekarang datanglah dengan berani kepada takhta kasih karunia; tabir itu telah hilang sama sekali; tutup pendamaian terbuka terhadap pandangan dari orang-orang berdosa, dan jalan kepadanya diperciki dengan darahNya - ‘yang oleh/melalui Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat’ (Ibr 9:14)! Sebelumnya/dahulu, adalah kematian untuk masuk ke dalam, sekarang adalah kematian untuk tetap di luar. Lihat lebih banyak lagi tentang pokok yang mulia ini dalam Ibr 10:19-22].
Ibr 9:8 - “Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada”.
Im 16:14 - “Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali”.
Ibr 10:4 - “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa”.
Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”.
Bahwa sebelum saat itu orang biasa dilarang mendekat, dengan ancaman hukuman mati, terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
Im 16:17 - “Seorangpun tidak boleh hadir di daalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel”.
Bil 1:51 - “Apabila berangkat, Kemah Suci harus ddibongkar oleh orang Lewi, dan apabila berkemah, Kemah Suci harus dipasang oleh mereka; sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati”.
Bil 3:10 - “Tetapi Harun dan anak-anaknya haruslaah kautugaskan untuk memegang jabatannya sebagai imam, sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati.’”.
Bil 3:38 - “Yang berkemah di depan Kemah Suci di sebelah timur, di depan Kemah Pertemuan, ialah Musa, dan Harun serta anak-anaknya, yang mengerjakan tugas pemeliharaan tempat kudus bagi orang Israel; tetapi orang awam yang mendekat, haruslah dihukum mati”.
Bil 18:7 - “tetapi engkau ini beserta anak-anakmuu harus memegang jabatanmu sebagai imam dalam segala hal yang berkenaan dengan mezbah dan dengan segala sesuatu yang ada di belakang tabir, dan kamu harus mengerjakannya; sebagai suatu jabatan pemberian Aku memberikan kepadamu jabatanmu sebagai imam itu; tetapi orang awam yang mendekat harus dihukum mati.’”.
Saya ingin menekankan kata-kata terakhir dari kutipan dari Jamieson, Fausset & Brown di atas, yaitu “Sebelumnya/dahulu, adalah kematian untuk masuk ke dalam, sekarang adalah kematian untuk tetap di luar”.
Apakah sekarang ini saudara sudah masuk ke hadirat Allah, melalui Kristus? Kalau belum, jangan sia-siakan karya penebusan yang telah Ia lakukan. Masuklah sekarang juga, atau saudara akan binasa selama-lamanya dalam neraka.
-bersambung-
Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.
Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Bengcu Menjawab
Belajar tanpa berpikir, sia-sia. Berpikir tanpa belajar, berbahaya! Lunyu II:15
Saya sedang merenungkan ajaran Kongzi yang hidup tahun 551-479SM di Tiongkok ketika bermimpi ketemu seorang lelaki yang menyebut dirinya Budias. Maaf, saya tidak tahu siapa dia namun inilah percakapan kami dalam mimpi tersebut.
Budias: Apakah Alkitab kekurangan ayat sehingga anda mengutip ajaran Kongzi?
Bengcu: Apabila Alkitab kekurangan ayat, Tuhan pasti menambahnya bukan?
Budias: Karena Alkitab tidak kekurangan ayat, perlukah kita mengutip ayat lain untuk mengajarkan kebenaran Alkitab?
Bengcu: Apakah ayat yang saya kutip tersebut di atas ayat Alkitab?
Budias: Bukan!
Bengcu: Itu berarti saya tidak sedang mengajarkan kebenaran Alkitab.
Budias: Lalu, apa yang anda ajarkan?
Bengcu: Kebenaran yang tercatat di dalam kitab Lunyu, ajaran Kongzi. Ha ha ha ha …
Budias: Bodoh sekali! Benar-benar konyol.
Bengcu: Apakah yang diajarkan oleh Kongzi tersebut di atas bertentangan dengan ajaran Alkitab?
Budias: Alkitab sudah lengkap. Kita tidak perlu mengutip yang lainnya.
Bengcu: Adakah ayat Alkitab yang mengajarkan bahwa kita tidak boleh mengutip ajaran lain untuk menjelaskan ajaran Alkitab?
Budias: Tidak ada namun itu adalah kesimpulan logis. Orang-orang seperti anda memang tidak memahaminya.
Bengcu: Apabila kesimpulan logis anda adalah kebenaran, bukankah seharusnya dibukukan sebagai kitab ke 67 dari Alkitab agar semua orang Kristen dapat membaca dan menaatinya?
Budias: Benar-benar tolol! Kesimpulan logis artinya dengan membaca ayat yang ada kita menarik kesimpulan.
Bengcu: Baiklah! Alkitab tidak kekurangan ayat, itu sebabnya kita tidak boleh mengutip ajaran lain. Anggaplah ajaran demikian benar. Kenapa anda getol sekali mengutip tulisan-tulisan orang lain untuk menjelaskan ayat Alkitab? Pinjam pertanyaan, anda, "Apakah Alkitab kekurangan ayat? Saya tambahi, "Apakah ayat Alkitab kurang gamblang?" He he he he …
Budias: Benar-benar konyol! Anda kenal teolog-teolog yang tulisannya saya kutip?
Bengcu: Tidak. Saya tidak pernah berkenalan dengan mereka. Anda kenal mereka?
Budias: Tolol! Mereka adalah teolog-teolog reformed terkenal. Sayang anda terlalu bodoh untuk mengenal karya-karya mereka.
Bengcu: Walaupun bodoh, namun saya tidak cukup tolol untuk sembarangan mengutip opini-opini orang lain lalu mengajarkannya sebagai kebenaran tanpa mengujinya dengan Alkitab sebagai standard kebenaran. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, menurut saya anda lebih cocok jadi penerjemah dari pada menjadi pendeta. Coba perhatikan tulisan anda di atas, berapa banyak tulisan yang anda kutip dan berapa banyak yang tulisan anda sendiri? Apakah anda pendeta jenis baru yaitu: Pendeta tukang kutip kotbah orang? Ha ha ha ha…
Budias: Yak-yak-o! Saya tidak mau debat dengan anda karena yang anda katakan benar-benar tolol.
Bengcu: Lebih baik tolol namun berlaku bijaksana dari pada menganggap diri pintar namun berlaku ceroboh. Ada dua tirai di dalam bait Allah, yang satu memisahkan ruang depan dan ruang suci sementara yang kedua memisahkan ruang suci dan ruang mahasuci. Adakah ayat Alkitab yang mengajarkan bahwa yang robek adalah tirai yang memisahkan ruang suci dan ruang mahasuci? Bila ada, tunjukkan ayat-ayatnya. Bila tidak ada, tolong beritahu saya, apakah teolog-teolog yang tulisannya anda kutip mendapat wahyu baru? Itu sebabnya anda mengajarkannya sebagai kebenaran ajaran Alkitab?
Budias: Memang tidak ada ayat yang mencatat hal demikian, namun itulah kesimpulan yang paling logis.
Bengcu: Kesimpulan logis? Logis dari hongkong? Inilah kesimpulan logis itu: Tabir Bait Allah terbelah dua, artinya artinya kedua tabir, baik tabir ruang kudus maupun tabir ruang mahakudus sama-sama terbelah dari atas ke bawah.
Budias: Benar-benar tolol. Apabila kedua tabir itu robek, pasti Matius, Markus dan Lukas akan menggunakan kalimat, "tabir-tabir Bait Allah" namun yang tercatat adalah tabir Bait Allah. Penafsiran yang paling logis adalah tirai yang memisahkan ruang kudus dan ruang mahakudus.
Bengcu: Logis dari hongkong? Di Bait Allah ada dua tabir. Yang memisahkan ruang depan dan ruang kudus disebut tabir ruang kudus. Yang memisahkan ruang kudus dan ruang mahakudus disebut tabir ruang mahakudus. Keduanya disebut tabir Bait Allah. Baik Lukas, Matius maupun Markus, ketiganya tahu pasti akan kebenaran demikian. Tabir Bait Allah terbelah, artinya kedua tabir baik tabir ruang kudus maupun tabir ruang mahakudus sama-sama terbelah dari atas ke bawah. Apabila hanya tabir ruang mahakudus yang terbelah, maka ketiganya pasti mencatat, "tabir ruang mahakudus terbelah." Apakah membandingkan tabir Bait Allah dan tirai Kemah Allah menjamin bahwa yang robek adalah tirai ruang mahakudus? Ada ada saja.
Budias: Tirai ruang kudus tidak punya makna teologis sama sekali. Menurut Wycliffe, robeknya tirai ruang mahakudus menyimbolkan pembukaan kekal dari kehadiran Allah kepada manusia oleh kematian yang menebus dari Kristus.
Bengcu: Ha ha ha ha … Dari mana Wycliffe tahu robeknya tirai Bait Allah menyimbolkan pembukaan kekal kehadiran Allah kepada manusia oleh kematian yang menebus dari Kristus? Dia mendapat wahyu baru?
Budias: Argumentasi tolol. Bukankah Ibrani 10:19-23 menjelaskannya?
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Ibrani 10:19-21
Bengcu: Kalimat atau kata mana dari Ibrani 10:19-21 yang mengajarkan bahwa robeknya tirai Bait Allah menyimbolkan pembukaan kekal kehadiran Allah kepada manusia oleh kematian yang menebus dari Kristus?
Budias: Benar-benar konyol. karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri. Apakah kalimat tersebut kurang gamblang?
Bengcu: Logika anda boleh juga! Anggap saja yang anda ajarkan benar, namun bukankah seharusnya penulis kitab Ibrani menulis bahwa Yesus adalah tabir yang robek dari atas sampai ke bawah? Ha ha ha ha …
Budias: Tabir yang robek memiliki dua arti: Pertama, Telah terbuka jalan masuk kepada Allah melalui Kristus. Kedua, Seluruh upacara-upacara Perjanjian Lama, dengan imam-imam, korban-korban, dan bahkan seluruh Bait Sucinya, telah dihapuskan.
Bengcu: Sekali lagi, anggaplah yang anda ajarkan benar. Ruang depan atau halaman depan boleh dikunjungi siapa saja namun ruang kudus hanya boleh dikunjungi oleh bangsa Yahudi sementara ruang mahakudus hanya boleh dikunjungi oleh imam terpilih setahun sekali. Ruang depan adalah umat manusia, ruang kudus adalah Israel alias Yahudi sementara ruang mahakudus adalah tahta Allah. Anda setuju dengan perumpamaan demikian?
Budias: Ternyata anda bisa juga berpikir logis dan alkitabiah.
Bengcu: Apabila yang anda ajarkan benar, tabir Bait Allah yang terkoyak hanya tabir ruang mahakudus, bukankah itu berarti yang bebas memasuki ruang mahakudus hanya orang yang ada di dalam ruang kudus karena tabir yang memisahkan ruang depan dan ruang kudus sama sekali tidak robek? Bukankah itu berarti robeknya tabir hanya menyimbolkan pembukaan kekal kehadiran Allah kepada bangsa Yahudi, bukan manusia?
Budias:: ???
Bengcu: Sekali lagi, anggaplah yang anda ajarkan benar. Ruang mahakudus menyimbolkan tahta Allah yang mahakudus karena tabirnya robek, bukankah itu berarti ruang mahakudus tidak mahakudus lagi, bukankah itu menyimbolkan bahwa tahta Allah sudah tidak mahakudus lagi, itu sebabnya tidak diperlukan tabir lagi?
Budias: ???
Bengcu: Sekali lagi, anggaplah yang anda ajarkan benar, tabir Bait Allah yang robek menyimbolkan telah terbuka jalan masuk kepada Allah melalui Kristus. Bukankah seharusnya ada imam besar yang terbelah untuk menyimbolkan kita telah mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah yaitu Yesus? Bukankah seharusnya ada tempat darah yang terbelah untuk menyimbolkan kita telah mempunyai darah sekali untuk kekal yaitu darah Yesus Kristus?
Budias: ???
Bengcu: Yang anda kutip berikut ini mengenaskan. Pulpit Commentary: Arah dari penyobekan itu menunjukkan bahwa bukan tangan manusia yang menyobek tabir itu, dan penyobekan itu kelihatannya mendahului gempa bumi. UBS NT Handbook Series: Markus juga menyebutkan bahwa ‘tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah’. ... Kedua pengamatan bahwa penyobekan itu adalah dari atas sampai ke bawah dan penggunaan bentuk pasif ‘terbelah/dibelah menjadi dua’ menunjuk kepada Allah sebagai seseorang di balik peristiwa itu, dan dengan demikian seseorang bisa menterjemahkan ‘Allah menyebabkan tabir yang tergantung di Bait Suci itu terbelah menjadi dua, dari atas sampai ke bawah’. Heran, Master of Divinity kok berpikirnya seperti dukun togel? Anak kecil juga tahu, penggunaan bentuk pasif ‘terbelah atau dibelah menjadi dua’ itu berarti tabir tersebut tidak membelah dirinya sendiri. Memangnya tabir Bait Allah bisa membelah dirinya sendiri? Membelah dari hongkong? Terbelah dari atas sampai ke bawah itu berarti bukan terbelah dari kiri ke kanan atau lainnya. Apabila tidak mendapat wahyu baru sebaiknya jangan memakai jurus tafsir 1001 mimpi. Sungguh mengenaskan! Mau dibawa ke mana ajaran teologi generasi ini?
Budias: ???
Bengcu: Anda mengajarkan: Bukan gempa bumi yang menyebabkan robeknya tabir itu, dan ini terlihat dari fakta bahwa Matius menceritakan sobeknya tabir lebih dulu dari terjadinya gempa bumi.
“Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah”. Matius 27:51
dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Matius 27:52
Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. Matius 27:53
Kenapa anda tidak menggunakan logika yang sama ketika menafsirkan bangkitnya orang-orang kudus dari kuburan pada saat terjadi gempa bumi?
William Hendriksen menganggap (hal 976 dan footnote hal 975) bahwa terbelahnya kuburan dan bangkitnya banyak orang kudus itu terjadi pada saat kematian Kristus, juga keluarnya mereka dari kubur. Tetapi masuknya mereka ke Yerusalem/kota kudus, terjadi setelah Kristus bangkit. Ia juga beranggapan bahwa banyak orang kudus itu bangkit dengan tubuh kemuliaan. Lenski (hal 1130-1131) mempunyai pandangan yang sama dengan William Hendriksen.
Kenapa anda justru menentang ajaran William Hendriksen? Bukankah Matius menceritakan bangkitnya orang-orang kudus lebih dulu dari kebangkitan Kristus? Bukankah seharusnya anda mengajarkan bahwa orang-orang kudus itu di bangkitkan ketika terjadi gempa bumi lalu mereka nongkrong di dalam kuburannya masing-masing dan menunggu kebangkitan Kristus selama tiga hari sebelum keluar dari kubur dan masuk ke Yerusalem? Sungguh mengenaskan! Memahami Alkitab kok pakai jurus tafsir 1001 mimpi? Memangnya Alkitab buku tafsir 1001 mimpi?
Budias: ???
Bengcu: Nampaknya anda mulai bijaksana, itu sebabnya diam seribu bahasa. Diam jauh lebih baik dari pada mengumbar ketidak tahuan. Kitab Ibrani sama sekali tidak membahas tirai bait Allah yang robek. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, anda sama sekali tidak memahami kitab Ibrani, sebab bila memahaminya, mustahil anda mempraktekkan jurus tafsir 1001 mimpi untuk menafsirkan robeknya tirai Bait Allah.
Budias: Benar-benar sombong! Tunjukkan bahwa anda memang memahami kitab Ibrani.
Bengcu: Harun adalah imam besar bangsa Yahudi, namun Melkisedek adalah Imam Besar Allah untuk selama-lamanya. Yesus Kristus bukan imam besar menurut hukum taurat sebab bila demikian, Dia hanya menjadi Imam Besar bangsa Yahudi. Yesus Kristus adalah Imam Besar Allah menurut hukum Melkisedek, itu sebabnya Dia menjadi Imam Besar seluruh umat manusia. Yesus bukan tabir di Bait Allah buatan tangan manusia. Sebab bila demikian, maka Dia ikut luluh lantak ketika Bait Allah di Yerusalem dihancurkan balatentara Roma. Yesus adalah Tabir Bait Allah sejati, Yesus adalah Tabir yang memisahkan manusia dan Allah, yang memisahkan dunia dan sorga, itu sebabnya setiap manusia yang ke sorga, setiap manusia yang hendak datang kepada Allah harus melalui-Nya. Yesus bukan korban penebus dosa menurut hukum taurat sebab bila demikian, Dia tidak lebih dari domba manusia. Yesus adalah Domba Allah, itu sebabnya Dia hanya perlu mencurahkan darah-Nya satu kali untuk menebus dunia, itu sebab-Nya Dia memberikan nyawa-Nya untuk memperoleh-Nya kembali. Itulah yang diajarkan oleh kitab Ibrani.
Budias: ???
Bengcu: Ular tembaga Musa adalah simbol penyaliban Kristus. Kita mengetahuinya karena Alkitab mengajarkannya dengan gamblang bukan dengan menafsirkannya pakai jurus tafsir 1001 mimpi. Tabir Bait Allah yang terbelah bukan simbol karena tidak ada ayat Alkitab yang mengajarkannya demikian. Tabir Bait Allah bukan nabi juga bukan rasul, mustahil mengharapkannya memberitakan firman Allah. Apabila Allah memang berfirman lewat tabir Bait Allah, Alkitab pasti mencatatnya dengan gamblang. Karena sudah menafsirkan arti tirai Bait Allah yang terbelah, maka cepat atau lambat anda akan mulai menafsirkan apa arti bukit batu yang terbelah, gelap dari jam 12 sampai jam 03 sore, ditombak perut-Nya, 50 kati lebih minyak mur dan gaharu yang diberikan Nikodemus. Bila demikian, bukankah cepat atau lambat Alkitab akan menjadi buku tafsir 1001 mimpi?
Orang-orang yang mencari firman Allah melalui tanda-tanda dari benda-benda mati adalah penyembah berhala. Mereka ibarat bangsa Israel yang minta petunjuk Allah melalui patung anak lembu emas. Mereka ibarat orang-orang yang mencari firman Allah melalui kartu tarot dan pendulum. Prilaku demikian benar-benar tolol, itu sebabnya membuat Allah jijik.
Apabila anda memang benar-benar kebelet untuk mencari tanda-tanda, maka inilah satu-satunya simbol dari terbelahnya tirai Bait Allah. Terbelahnya tirai Bait Allah menyimbolkan bahwa bangsa Yahudi harus membuat tirai baru. Ha ha ha ha ha ...
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
- hai hai's blog
- Login to post comments
- 7431 reads
case: mario teguh
Alih-alih mengajarkan firman Allah mereka justru mengabarkan hikmat manusia
*disclaimer: comment ini ga nyambung dengan pembahasan hai2 di blog ini. comment ini hanya untuk memberi contoh real pada pernyataan hai2 diatas yang gue biruin ini*
recently ada keinginan dari beberapa kalangan untuk mengetahui apa agama yang dianut oleh motivator terkenal yaitu mario teguh. keinginan ini sungguh membuat gue heran... "apa sih pentingnya tau agama dia?", batin gue dalam hati.
kebetulan di kantor gue berteman dengan seorang islam yang menurut gue sangat keren. dia muslim sejati dalam artian menjalankan semua ibadahnya dengan lengkap, ga pernah buka site porno, ga pernah masturbasi (at least begitu menurut pengakuan nya), dan bener2 sangat alim deh. tapi dia juga sangat toleran dengan agama2 lainnya... ga masalah sama sekali kalo gue makan di depan dia pada saat dia puasa.
kita juga sering ngobrolin hal2 seputar perbedaan dari agama yang kita anut dan dia sangat sangat fair (bahkan lebih fair daripada sebagian orang kristen yang gue kenal dalam soal membicarakan perbedaan2 tadi). singkatnya, buat gue, dia muslim yang ok. andai suatu hari gue jadi mualaf, bisa jadi itu gara2 melihat dia :-)
lalu gue bertanya pada dia... "ra, menurut lo, kenapa sih banyak kaum lo yang pengen tau agamanya si mario teguh? kenapa isu itu somehow jadi terlihat penting buat kalian?".
ditanya begitu, dia antusias sekali menjawabnya. rupanya... dia itu juga ngefans berat ama si mario. dan buat dia, isu itu ternyata sangat penting. amat sangat penting sekali malahan.
singkatnya dia bilang bahwa dia merasa aman ketika tau bahwa mario adalah muslim. dia mengaku mendapat banyak berkat dari pemikiran2 mario, tapi selama ini dia memang kuatir, andai mario bukan muslim maka ketika mendengarkan ajarannya, ira (temen gue ini) akan selalu harus berjaga2, takut kepengaruh dengan ajaran lain di luar islam. dengan terbukanya fakta bahwa si teguh ini muslim, maka si ira jadi lega dan tidak perlu berjaga2 lagi ketika mendengarkan ajaran2 si mario.
can you see the connection?
kita suka sama ajaran si A. tapi di lain pihak, kita ga yakin apa si A ini orang "bener" atau tidak. "bener" disini dilihat dari apa yang si A percaya. "bener" disini dilihat dari apa agama si A, budaya apa yang dianut oleh A, dsb.
entah gimana kalau mario teguh ternyata bukan islam. apakah andai dia bukan islam, maka ajaran2nya menjadi invalid? seharusnya sih tidak... tapi at least andai dia bukan islam, temen ku ini akan selalu mendengar ajaran2 nya dalam defense mode. makanya dia seneng banget ketika tau bahwa mario ini islam.
hal yang sama terjadi dalam agama kita.
banyak kali gue temui orang yang mengaku kristen percaya bahwa "kebersihan adalah bagian dari iman"... bahwa "suami adalam imam yang akan memimpin istrinya ke dalam semua kebenaran"... bahwa "surga ada di bawah telapak kaki ibu"... dsb.
ajaran2 budaya itu mungkin baik.. tapi itu jelas bukan ajaran kristen. tapi somehow kita lebih menyukai pengajar2 kristen yang mengajarkan hal2 tadi. somehow andaikata pengajar2 kristen tampil tanpa ajaran2 budaya itu, kita akan menyipitkan mata, mengernyitkan kening, dan mungkin pergi tanpa mau mendengar ajaran2 si pengajar tadi.
somehow kita lebih mengandalkan perasaan kita... perasaan atau insting yang selama ini ditempa oleh kebudayaan... inilah yang kita andalkan ketika menilai kebenaran suatu ajaran. asal kita nggak "damai sejahtera" maka ajaran itu pasti salah.
kita lupa bahwa hardikan, baik itu salah maupun benar, dimana pun, akan selalu menghasilkan ratapan... dan meratap itu memang beda dengan "damai sejahtera".
budaya kita... budaya indo adalah bahwa sebisa mungkin semuanya dibungkus dengan senyum dan basa-basi... menusuk dan membunuh orang pun kalo bisa dilakukan dengan senyum dan basa-basi... menurut gue, inilah tantangan terbesar buat kristen indo.
manakah yang kamu pilih, budaya atau kekristenan? dua pilihan ini akan mempunyai konsekuensinya masing2.
shallom.
Nis : mario teguh dan ustad Yusuf Mansur
Dennis santosos menulis :singkatnya dia bilang bahwa dia merasa aman ketika tau bahwa mario adalah muslim. dia mengaku mendapat banyak berkat dari pemikiran2 mario, tapi selama ini dia memang kuatir, andai mario bukan muslim maka ketika mendengarkan ajarannya, ira (temen gue ini) akan selalu harus berjaga2, takut kepengaruh dengan ajaran lain di luar islam. dengan terbukanya fakta bahwa si teguh ini muslim, maka si ira jadi lega dan tidak perlu berjaga2 lagi ketika mendengarkan ajaran2 si mario.
Smile : Itulah yang paling susah untuk bisa diterima seseorang dalam realita kehidupan. Ketika mendengar suatu kalimat yang begitu membangkitkan iman, dan menguatkan iman, nyata nyata akan berpikir sejenak, darimana asalnya? Baik saja mungkin tidak cukup, Benar saja mungkin juga tidak cukup...darimana asalnya? itu baru dirasa benar....(sebuah pemikiran yang banyak sekali terjadi dalam kehidupan keagamaan)
Sebagai contoh seorang Ustad terkenal Ustad Yusuf Mansur, mengatakan pertobatan yang dialaminya berdasarkan dari apa yang dialaminya, dan didengarnya dari seorang pastor katholik yang sedang menjenguk orang sakit di sebuah rumah sakit, yang kebetulan kamarnya hanya dibatasi oleh tirai yang bersebelahan dengannya.
Namun dia tetap maju dalam " Tuhan' nya..dan maju dalam agamanya,...tanpa melihat sumbernya darimana, itulah seorang penganut sejati....
Yang tidak takut terhadap pandangan manusia...tapi hanya takut dan kepada Allah pencipta langit dan bumi.
smile Ö and smileÖ, coz The WoRLd WiLL Be BeauTifuL WiTH OuR smile
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@Dennis, Yang Mengerikan
Yang lebih mengerikan adalah ketika seseorang menganggap dirinya benar dan menganggap orang-orang yang tidak sepaham dengannya konyol dan tolol. Namun yang paling mengerikan adalah ketika seseorang menganggap seseorang yang lain MUSTAHIL salah.
Kedua jenis orang demikian saat ini banyak ptantang ptenteng di gereja.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak