Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Benarkah anak kita lebih berharga dari emas?
Ya! Tentu saja! Buktinya banyak orang yang menghabiskan uangnya berjuta-juta hanya untuk mengobatkan anaknya yang sakit. Bahkan sampai berhutang. Bukankah itu berarti kita sangat mengasihi anak kita, dan bukankah itu juga berarti anak kita sangat berarti bagi kita. Lebih dari harta yang kita miliki, lebih dari emas.
Bahkan ketika anak kita sakit, ada orang tua yang berkata begini, "Kalau bisa, aku saja yang sakit....!" Kadang seorang ibu harus berjaga semalaman dengan hati sedih, dengan mata sembab, menjaga buah hatinya.
Benarkah kita mengasihi anak kita?
*****
Ada sebuah gambar menarik yang saya terima via HP saya. Gambar seorang anak dengan ibunya. Si anak tampak memandang ibunya, dan si ibu pun memandang mata si anak dengan tersenyum. Suasananya tampak begitu santai dan komunikatif. Ada judul di atas gambar tersebut : SEBUAH RENUNGAN. Lalu di bawah gambar tersebut ada baris-baris kalimat seperti ini :
Seorang anak kecil yang polos bertanya pada ibunya...
Anak : "Ibu, apakah ibu mau menitipkan tas ibu yang berisi banyak uang dan perhiasan pada seorang pembantu?"
Ibu : "Tentu tidak, nak. Ibu tidak percaya dia"
Anak : "Tapi, ibu, kenapa ibu menitipkan aku ke dia?"
Benarkah anak kita lebih berharga dari emas?
*****
Satu lagi gambar yang saya terima via HP, kali ini gambar kartun. Gambar ini terbagi dalam empat bagian gambar. Tiap bagian gambar menampilkan gambar dan tulisan yang sangat sederhana.
Gambar 1 : Seorang anak dengan wajah ceria, menghampiri ayahnya yang sedang duduk dengan wajah sedih.
Anak : "Daddy...!"
Ayah : "Not now, son!"
Gambar 2 : Seorang anak dengan sangat anthusias menghampiri ayahnya yang akan pergi ke kantor.
Anak : "Daddy...!"
Ayah : "Not now, son!"
Gambar 3 : Seorang anak menghampiri ayahnya yang sedang menekan tombol-tombol HPnya.
Anak : "Daddy...!"
Ayah : "Not now, son!"
Gambar 4 : Seorang ayah menghampiri anaknya yang sedang merokok (mungkin ingin memperingatkan anaknya untuk tidak merokok).
Ayah : "Son...!"
Anak : "Not now, Dad!"
*****
Siapa bilang kita tidak mengasihi anak-anak kita? Kita tidak mau anak kita ditukar dengan emas (walaupun ada ortu yang "terpaksa" menjual anaknya, dengan alasan khusus : mereka berharap anak mereka bisa hidup lebih baik!). Lalu kenapa banyak anak yang kecewa terhadap orang tuanya?
Benarkah kasih kita kepada anak adalah kasih yang situasional semata? Tidak tulus? Sekedar bentuk tanggung jawab kita sebagai orang tua? Atau begitu mahalkah waktu kita untuk anak-anak kita? Pernah dengar cerita tentang seorang anak yang bertanya kepada ayahnya, berapa gaji ayahnya dalam satu jam? Lalu si anak menabung dan memberikan uang itu kepada ayahnya. Ketika ayahnya bertanya kepada anaknya untuk apa uang itu, si anak menjawab, "Aku ingin beli waktu ayah satu jam, aku ingin bercakap-cakap dengan ayah...!"
Benarkah anak kita lebih berharga dari emas? Jika ya, jangan pernah menolak mereka. Yesus pun tidak menolak anak-anak yang datang kepadaNya. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka : "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah" (Markus 10 : 14).
Semoga bermanfaat
Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!
- Pak Tee's blog
- Login to post comments
- 6383 reads
ANAKKON HI DO HAMORAON DI AU
Ada lagu batak yang mengatakan bahwa anak itu adalah kekayaan kita.
Kekayaan pertama saya : Jesse Darlene Mayhana Partangiang
Kekayaan kedua saya : Naftali Jonas Hamomion JFmark
Kekayaan ketiga saya : Glorya Avryel Valencia Naulipasu
Itulah daftar kekayaan saya yang terutama.
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-