Saya cuma ingin berbagi pengalaman saya ini. Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga katolik yang taat. Saya merupakan anak laki-laki tertua dalam keluarga saya. Saya punya seorang kakak perempuan dan 2 orang adik laki-laki. Kedua orang tua saya saat ini sudah berkepala lima. Saya bersyukur karena saya dilahirkan dalam keluarga yang baik dan mendapat perhatian dan kasih sayang yang lebih dari cukup. Saya juga bersyukur karena kedua orang tua saya sejak kecil telah menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang cukup banyak kepada saya meskipun terkadang harus dengan sikap yang sedikit keras dan otoriter. Dari kecil saya sering diajak gereja, doa sekeluarga, ikut persekutuan doa, bahkan setiap doa pagi dan malam kami sekeluarga juga bersama-sama membaca Alkitab. Saya akui terkadang saya merasa ada unsur terpaksa dalam diri saya ketika harus berdoa, pergi gereja ataupun membaca alkitab, apalagi ketika mata sudah mengantuk atau masih asik dengan kegiatan sendiri. Namun terkadang saya juga tulus ingin berdoa dan memuji Tuhan karena saya merasa Tuhan telah begitu baik kepada saya.
Study saya berjalan dengan lancar, sampai saat dimana saya harus pisah dari keluarga untuk meneruskan kuliah di kota lain yang jauh dari asal saya. Semasa kuliah saya mulai harus membuat keputusan sendiri, saya mulai menjalani kehidupan saya sendiri, saya mulai larut dalam hidup saya sendiri dan mulai menjauh dari Tuhan. Kedua orang tua saya sering menelpon dan mengingatkan saya untuk selalu dekat dengan Tuhan karena ketika kita sendiri hanya Tuhaan yang bisa menolong kita. Saya sendiri menyadari hal tersebut terutama ketika saya mulai mengalami banyak persoalan dalam kuliah dan hidup saya. Saya mencoba untuk mulai mendekati diri lagi kepada Tuhan, satu dua hari itu bisa berhasil, namun kemudian saya mulai malas dan menjauh lagi dari Tuhan. Begitu terus berulang-ulang dan tetap saya kembali jauh dari Tuhan. Terkadang saya berpikir, ketika saya sudah punya niat mendekati diri saya kepada Tuhan dan coba melakukannya kenapa hal tersebut tidak bisa bertahan lama dan selalu gagal. Saya merasa ada penghalang antara saya dengan Tuhan. Saya tidak tahu apa itu.
"Roh memang penurut tetapi daging lemah"
Setelah 6 tahun lebih bergelut dengan kuliah saya, akhirnya saya berhasil juga menyelesaikan kuliah saya. Saya lulus dan mulai mencari pekerjaan di saat Amerika sedang mengalami krisis dan hal itu berdampak kepada perekonomian semua negara termasuk Indonesia yang baru mulai membangun kembali setelah krisis moneter 1998. Waktu terus berjalan dan hampir 2 bulan sejak kelulusan saya, saya belum mendapat pekerjaan.
Suatu malam dalam masa pencarian kerja, Ayah saya menelpon saya dan seperti biasa Ayah menanyakan kabar saya dan keadaan saat ini. Saya menjawab saya baik-baik saja dan keadaan saya yang masih menganggur belum punya pekerjaan dan penghasilan. Kemudian Ayah menasehati saya supaya lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara rajin berdoa dan baca Alkitab. Ayah juga mengingatkan saya supaya mencari kebenaran dan kerajaan Tuhan terlebih dahulu maka nanti semua kebutuhanmu akan di penuhi.
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat.6:33)
Kemudian Ayah menyuruh saya untuk mengikuti persekutuan doa yang diadakan di gereja disana di dekat tempat saya tinggal.
Saya mendengarkan semua nasehat tersebut dan saya mengiyakan semuanya karena saya memang sadar bahwa saya perlu kembali mendekati diri lagi kepada Tuhan.
Kemudian Ayah mengakhiri teleponnya dengan menceritaka suatu cerita tentang seorang ayah yang punya dua orang anak. Ayah tersebut datang kepada anaknya yang sulung dan menyuruh si sulung untuk pergi dan melakukan sesuatu, namun si sulung menjawab tidak mau. Ayahnya pun pergi ke anaknya yang satu lagi yaitu si bungsu dan menyuruh hal yang sama, si bungsu pun langsung mengiyakannya. Namun setelah ayahnya pergi, si bungsu tetap asik dengan kerjaannya dan tidak melakukan yang disuruh oleh ayahnya, sementara itu si sulung yang tadi berkata tidak, setelah ayahnya pergi, ia berpikir dan menyadari, kemudian pergi dan melakukan hal yang disuruh ayahnya tadi.
Saya terkejut mendengar cerita itu, bukan karena baru pertama kali mendengar cerita tersebut, namun karena saya merasa disindir oleh Ayah saya. Saya cuma diam dan telepon di tutup.
Setelah saya merasa ada emosi yng beranjak naik dalam diri saya. Saya marah, karena saya merasa saya sudah besar sudah dewasa dan kenapa saya masih harus dipaksa melakukan sesuatu. kenapa tidak membiarkan saya memutuskan apa yang harus saya lakukan. Kenapa harus dipaksa. Saya juga tahu apa yang harus saya lakukan, saya sadar saya telah menjauh dari Tuhan, dan saya juga punya keinginan untuk mendekat sama Tuhan, tetapi kenapa saya harus diperintah untuk dekat sama Tuhan, bukankah itu membuat saya merasa tidak nyaman dan membuat saya seperti terpaksa dekat sama Tuhan.
Pikiran saya penuh, perasaan juga campur aduk antara marah dan sedih. Saya mencoba menenangkan diri saya, kemudian saya teringat akan suatu ajaran :
'Janganlah engkau seperti bagal yang tidak berakal yang jalannya dan kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les atau kekang.'
Kenapa kita harus ragu-ragu untuk melakukan sesuatu yang baik, kenapa kita sibuk memperhitungkan untung rugi atau hal-hal lain ketika hendak melakukan sesuatu yang berkenan kepada Tuhan ??
@Aj, menarik juga jalan ceritanya, lanjut ya...
@Aj, menarik juga jalan ceritanya, lanjut ya....ga jauh hampir mirip dengan keadaan saya coba klik yang ini Sekarang sudah dapat pekerjaan? kuliahnya dimana? GBU
Salam kenal aja Pak. GBU too
Salam kenal aja Pak. GBU too :)
@Andre Jonathan: tentang anak & orangtua..
Salam kenal sebelumnya bro Andre!
Saya juga punya pengalaman yang mirip dengan almarhum bapak saya. Dulu saya punya Jeep CJ7. Dan hobi saya saat itu ya mengotak-atik si Ijo kesayangan saya itu. Sampai-sampai suatu saat bapak saya mengingatkan saya akan kuliah saya, supaya jangan sampai terbengkalai.
Saya ingat, waktu itu saya juga tersinggung dengan ucapan beliau, karena alasan yang sama seperti yang bro Andre katakan.
Namun bertahun-tahun kemudian, setelah beliau tiada, setelah saya menjadi orangtua juga, sedikit banyak saya paham maksud beliau menanyakan hal yang agak "kurang pantas" itu. Ya, karena cintanya pada sang anak. Klise memang. Tapi itulah hal di balik pertanyaannya itu (dan ayah anda juga)...
Bro Andre, menurut hemat saya anda juga tidak perlu buru-buru memojokkan diri anda dengan istilah "bagal yang tidak berakal" seperti itu, ^_^...
Riak-riak antara kita dan ayah hanyalah bunga-bunga kehidupan berkeluarga saja, yang muncul karena cinta kasih sebetulnya. Saya kira sedikit jengkel tidaklah mengapa, haha. It's a father and son thing, kata orang Magelang...
Semua orang yang pernah muda juga pastilah pernah mengalami yang namanya terombang-ambing dan tampak seperti menjauh dari Tuhan. Namun saya melihat hal itu sebagai proses perkenalan kita dengan BOSS kita yang satu ini. Saya yakin anda mengasihi Tuhan. Kalau tidak, tidak mungkin anda menulis seperti itu bukan?
Senang mengenal anda bro Andre,... salam dari sesama anak muda (gadungan)......^_^
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
Salam kenal juga bro. Thx
Salam kenal juga bro. Thx commentnya. Damai Kristus bersama-mu
Hubungannya Apa?
Salam kenal Andre,
Kalau boleh tanya, kalimat ini:
sepertinya ada korelasinya dengan pelajaran yang kamu ambil dari pengalamanmu itu ya, yang ada di kalimat:
Kenapa kita harus ragu-ragu untuk melakukan sesuatu yang baik, kenapa kita sibuk memperhitungkan untung rugi atau hal-hal lain ketika hendak melakukan sesuatu yang berkenan kepada Tuhan ??
Nah, aku koq bingung ya ... hubungan logikanya itu gimana .... aku bener2 ngga mudeng ...:p
thx
Salam kenal juga lanskip
Salam kenal juga lanskip :)
Kalimat tersebut muncul dalam pikiran ku, apakah aku harus sperti bagal yang harus disuruh-suruh ato bahkan di cambuk untuk melakukan suatu pekerjaan yang sebenarnya bermanfaat bagi diriku sendiri? Dan kenapa ketika mau melakukan hal baik tersebut diriku harus ragu2 atau sibuk mempertimbangkan hal2 lain (sperti ego ku : aku uda besar, aku mau melakukan ini dulu itu dulu) sehingga membuat kita menunda atau bahkan akhirnya tidak melakukannya.
Sekian smoga sedikit lebih 'mudeng'. :p
Bapa pun begitu ....
Hmmmmm .... bersyukur Andre, Anda punya ayah yang begitu care terhadap kehidupan rohani anaknya. Bukankah begitu pula dengan Bapa kita di surga? Dia pun begitu peduli pada kita. Saat kita sudah mulai menjauh dari-Nya, dengan berbagai cara Ia berusaha membawa kita kembali kepada-Nya.
Banyak anak di dunia ini yang merindukan perhatian begitu dalam dari ayahnya. Dan Anda salah satu anak yang beruntung itu :) Puji Tuhan!
Salam saya buat Ayah Anda ;)
cermin
lam kenal Bagal, ups salah deng Andre Jonathan :)
Met gabung sama SS, senang membaca kesaksianmu, pertamanya kupikir kmu nulis biografi lho :p
Ada seorang teman yang merekomendasikan blogmu sama ak. Dia bilang ceritamu mirip2 sama ak
Setelah kubaca2, ko ya ada miripnya ya, tapi ga banyak..
anyway lam kenal aj yah..
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa
Jangan Pakai Stabilo, Kawan
Saya tidak suka blog Anda. Bukan karena bagus atau jelek, tetapi karena Anda menggunakan cat untuk menipu. Kalau men-stabilo satu dua kalimat, masih ada ampun. Satu blog? Itu namanya keterlaluan.
Jangan lakukan ini lagi kawan. Tulislah dengan kemampuan terbaik. Belajarlah menulis tanpa sepersepuluh isinya hanya kata "saya". Setelah itu, orang akan mencari tulisan Anda tanpa pengumuman, "Hei! Ini tulisanku, langsung kelihatan karena ada cat temboknya."
Terlalu banyak "saya" hanya menghasilkan cerita membosankan, Kawan.
Ini hanya komentar sepulang kantor, sekalian menunggu hujan berhenti. Kata orang, kritik pedas kadang lebih baik daripada pujian setinggi langit.
Sekali lagi kawan, kurangi kata "saya" supaya pembaca tidak merasa Anda tipu.Terima kasih kawan atas
Terima kasih kawan atas masukannya. Semoga bisa memperbaiki kemampuan DAKU dalam menulis, karena tulisan tersebut merupakan blog pertama yang mampu ANANDA ini hasilkan. Tuhan memberkati saudara
@AP: mau usul...
Inilah salah satu hal yang saya senangi di SS. Semua saling berbagi pengetahuan dan pengalamannya masing-masing, sehingga kita mendapatkan banyak masukan...
Bro AP, saya mau usul. Bagaimana kalau anda membuat semacam blog tutorial menulis?
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
Ada Pelitaku
Itu juga salah satu yang kusuka di Pasar Klewer ini.
Terima kasih untuk kepercayaannya. Tentang tutorial menulis, YLSA, "penyedia" pasar ini juga punya Pelitaku. Bila pasar ini adalah "Komunitas Blogger Kristen", Pelitaku adalah "Penulis Literatur Kristen dan Umum".
Saya suka "motto" di bagian atas situs Pelitaku: "Pena untuk Kristus."
Anda bisa kesana untuk mengasah kemampuan. Lalu mempraktekkan hasilnya di sini.
Saya Sudah Buka Tapi ...
Saya sudah buka tulisan ini beberapa kali namun, tidak membacanya sama sekali kecuali komentar-komentarnya. Warnanya terlalu ngejreng, kasihan bila si tua bodoh ini merusak mata tuanya dengan menatap warna-warna itu.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
maaf yang sebesar2nya karena
maaf yang sebesar2nya karena kebodohan anak muda ini, warna birunya sudah di hilangkan, supaya tidak merusak mata tua milik Anda.
capek mata
ada teman yang meminta saya membaca blog ini, tapi sama seperti hai hai, saya urung membacanya, sudah capek duluan....
hapus dulu stabilo birunya ya, baru nanti saya datang lagi...
Gpp Bro
Gpp Bro, tinggal diperbaiki aja tulisannya. Ada banyak komentar yang sudah menilai tulisan kamu, terutama masalah teknis penulisan. Kalo isi cerita mnrtku kamu sudah bisa bercerita, tinggal dipermak cara menyampaikannya aja biar lebih menarik. Silakan belajar dari suhu-suhu di komunitas ini.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
@Andre
salam kenal mas, pak, atau om Andre... Blognya panjang, dari judulnya menarik (membuatku pengen baca lanjut), tapi pas liat keseluruhannya jadi "hayup-hayup'en" baca....
Nah, pas baca di bagian akhir blog malah aku tertarik (sama crita ayahmu).
Siip!
-tetep sehat, tetep semangat, supaya tetep bisa jalan-jalan di pasar klewer-
nah begitu dong
sekarang sudah jauh lebih enak untuk dibaca.
ceritanya cukup menarik, walaupun cara berceritanya agak datar-datar saja, kecuali di bagian akhir yang menggantung, bikin penasaran...