Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
APOLOGETIKA KRISTEN---Iman, Bukti dan Kebenaran
Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Kisah Para Rasul 17:31 Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati."
Kisah Para Rasul 18:28 Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.
I Petrus 3:15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
Bukti dan Iman. Dua hal yang saling berkaitan sekaligus sering dipertentangkan. "Buktikan dulu, baru saya beriman" adalah kalimat yang sering diucapkan kaum skeptis. Bahkan Tomas memakai presuposisi ini untuk percaya kepada Tuhan Yesus yang telah bangkit. Buktikan dulu, baru saya percaya. Apakah kalimat tersebut salah? Tentu saja tidak. Kalau tidak ada bukti, masakan kita akan percaya dengan iman buta? Kalau tidak ada bukti, apa yang mesti dipercaya? Ada yang mendasarkan iman berdasarkan atas iman, yaitu segala pengetahuan dan pengertian harus didasarkan atas iman dan menolak bukti serta fakta. Itulah fideisme. Percaya secara membabi buta. Percaya atas dasar POKOKNYA PERCAYA. Kalau begitu, apakah iman perlu dibuktikan? Apakah sesudah dibuktikan, bukan iman namanya? Apa hubungan antara pembuktian dengan beriman?
Apa hubungan antara kebenaran dan bukti? Manakah yang duluan ada? Bukti atau kebenaran? Bukankah bukti digunakan untuk menyatakan kebenaran? Tetapi kalau tidak ada kebenaran, apakah bukti dapat menyatakannya? Vantillian berpegang bahwa segala kebenaran berasal dari Allah dan merupakan dasar pengetahuan. Ini artinya dalam metode pembuktian, kebenaran adalah subjek sekaligus objek. Kebenaran adalah bukti itu sendiri yang akan membuktikan dirinya sendiri. Bukti penting bagi penyelidikan ilmu pengetahuan. Bukti didasarkan atas fakta. Adanya fakta membuktikan bahwa itu benar-benar BENAR. Tidak ada rekayasa, tidak ada kebohongan. Karena itu, maka berkembanglah metode ilmu pengetahuan berdasarkan atas PEMBUKTIAN. Untuk mendukung suatu teori, perlu adanya bukti yang memadai. Hal ini berimbas kepada dunia teologi kekristenan. Bagaimana cara tahu Allah itu ada? Kita membeberkan sederetan bukti dari A sampai Z. Bagaimana cara tahu Alkitab itu benar? Kita juga melakukan hal yang sama. Mengumpulkan bukti yang mendukung, menganalisa bukti dan menafsirkan bukti.
Sayang sekali, seringkali metode pembuktian dengan bukti fakta/data dan argumen mempunyai banyak kelemahan. Salah satunya adalah mengenai JUMLAH BUKTI yang memadai. Jika kita ingin membuktikan dengan fakta bahwa Allah itu ada, sampai berapa bukti yang mesti kita jabarkan supaya pembuktian kita menjadi valid? Sampai berapa bukti yang mesti kita kumpulkan untuk meyakinkan seorang ateis bahwa argumennya sudah tidak memadai? Tidak ada hukum yang mengatur ini. Tidak ada ilmu logika yang menetapkan ini. Apa bedanya mengumpulkan satu bukti dengan beratus bukti jika satu bukti KUALITASNYA lebih berbobot. Inilah masalah kedua pembuktian. Mengenai kualitas bukti yang diberikan. Seberapa berkualitas bukti yang diberikan bisa menunjukkan sesuatu itu benar? Inilah salah satu masalah serius dari evidensialis. Seorang yang meyakini kebenaran berdasarkan kekuatan bukti. Bukankah satu bukti kadang bisa menguatkan daripada berpuluh-puluh bukti? Siapa yang menetapkan standar bukti kebenaran?
Bukti selalu berkaitan dengan argumen, fakta, data dan objektif. Bukti tidak memihak kepada siapa-siapa. Bukti hanya memihak kepada kebenaran. Karena itu, bukti adalah turunan dari kebenaran. Bukti HARUS dimengerti dari presuposisi kebenaran itu sendiri. Tidak ada bukti tanpa pewahyuan kebenaran. Tidak ada bukti tanpa kebenaran presuposisi. Apa maksudnya? Bukankah tidak pernah ada bukti yang memadai yang bisa membuktikan kebenaran suatu argumen atau fakta? Bukankah bukti harus diterjemahkan, diinterpretasikan, dan dianalisa berdasarkan presuposisi? Semua kebenaran bukti berdasarkan atas kebenaran pewahyuan. Tanpa penyingkapan, tidak ada kebenaran yang menjadi bukti suatu hal/objek. Disinilah kita bertemu dengan dilema pembuktian yang lain. Orang teis membuktikan adanya Allah dengan bukti tertentu. Ateis juga membuktikan Allah tidak ada dengan bukti tertentu. Mana yang benar? Kalau begitu, apakah kita akan jatuh dalam relativisme? Tentu tidak, karena sebagai orang percaya, kita tidak menerima bukti argumentasi dari presuposisi orang tidak percaya. Kita percaya akan kebenaran Allah. Kita membuktikan kepercayaan kita. Kita memakai presuposisi Alkitab untuk membuktikan bahwa kebenaran memang kebenaran. Karena itu, dalam I Petrus 3:15 tertulis : Kuduskanlah Kristus dalam hatimu sebagai Tuhan. Itulah dasar presuposisi setiap orang percaya. Ketuhanan Kristus adalah yang menjadi ultimat bagi semua pembelaan iman kristen. Tanpa dasar ini, maka kita akan terjatuh dalam dilema BUKTI dan IMAN.
Dengan demikian implikasinya jelas, tidak ada kenetralan dalam pembuktian. Semua pembuktian atas kebenaran oleh orang percaya dan non percaya adalah didasarkan atas keberpihakan terhadap presuposisi yang dipegang. Manusia yang telah jatuh dalam dosa bukan tidak percaya kepada Allah, karena penyataan Allah sudah jelas bagi mereka. Manusia berdosa melawan kebenaran. Karena itu, semua bukti yang dipakai untuk menindas dan menentang kebenaran adalah bukti yang sedang menentang dirinya sendiri. Presuposisi manusia berdosa adalah presuposisi ketidakbenaran, antitesis terhadap kebenaran. Presuposisi manusia berdosa adalah OTONOMI DIRI atau mendasarkan kebenaran terhadap diri sendiri. ( Roma 10:3 tertulis : Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.)
Dari presuposisi muncullah worldview atau cara pandang. Cara pandang manusia berdosa adalah berpusat kepada diri sendiri. Karena itu, segala pembuktian melawan kebenaran adalah pembuktian DIRI menjadi benar. Bukan mencari kebenaran itu sendiri. Manusia menjadi standar bukti kebenaran itu sendiri. Manusia menjadi beriman kepada dirinya sendiri.
Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Apakah ini berarti iman tidak perlu melihat? Apakah berarti melihat pasti tidak akan beriman? Apakah ketika kita tidak melihat segala sesuatu, kita baru butuh iman? Kalimat di atas terlalu gampang dan susah untuk dimengerti. Karena iman adalah dasar (substance) dan bukti (evidence). Kita beriman dalam kebenaran, karena Sang Kebenaran itu sendiri yang akan memimpin dan membawa iman kita kepada kesempurnaan ( Ibrani 12:2 ). Kebenaran adalah presuposisi dari iman. Tanpa itu, kita tidak akan beriman. Karena beriman, maka kita menjadi mengerti. Inilah presuposisi orang kristen. Yang menentukan kebenaran bukti. Bukti yang digunakan manusia berdosa berdasarkan imannya adalah bukti dari presuposisi melawan kebenaran.
Iman Kristen bukan iman tanpa pembuktian, karena Lukas sendiri menyusun Injilnya dengan cermat dan teliti. Paulus dan Apolos menggunakan Kitab Suci untuk membuktikan bahwa Injil adalah kebenaran. Kebenarannya adalah : Kebenaran telah diwahyukan, karena itu menjadi presuposisi dari iman orang percaya sehingga dibuktikan statusnya sebagai kebenaran. Tanpa bukti, kebenaran tetap kebenaran. Tetapi tanpa kebenaran, bukti bukanlah bukti. Karena tidak ada yang berguna dari bukti lagi. Kebenaran adalah presuposisi dari iman. Iman adalah presuposisi dari bukti. Jadi, kebenaran karena bukti memerlukan iman untuk menerimanya.
NB : Presuposisi dapat berarti Pra-asumsi/Pra-dugaan atau Paradigma/kerangka dasar pola pikir. Vantillian mendefinisikan presuposisi sebagai anggapan dasar pola pikir yang mendahului semua rasionalitas pemikiran.
.
Belum ada user yang menyukai
- Vantillian's blog
- Login to post comments
- 10607 reads
Kebenaran adalah bukti
Vantillian :
Apa hubungan antara kebenaran dan bukti? Manakah yang duluan ada? Bukti atau kebenaran? Bukankah bukti digunakan untuk menyatakan kebenaran? Tetapi kalau tidak ada kebenaran, apakah bukti dapat menyatakannya? Vantillian berpegang bahwa segala kebenaran berasal dari Allah dan merupakan dasar pengetahuan. Ini artinya dalam metode pembuktian, kebenaran adalah subjek sekaligus objek. Kebenaran adalah bukti itu sendiri yang akan membuktikan dirinya sendiri.
Dengan demikian implikasinya jelas, tidak ada kenetralan dalam pembuktian. Semua pembuktian atas kebenaran oleh orang percaya dan non percaya adalah didasarkan atas keberpihakan terhadap presuposisi yang dipegang.
Nah berarti bila ada dua presuposisi (Vant, presuposisi bisa berarti "prasangka" juga ?? ) yang berbeda.. dan terjadi perdebatan untuk saling menyatakan pendapat dan "kebenaran" masing-masing, meski dengan istilah besi menajamkan besi, tetap tidak akan ketemu kan? bila masing2 berpijak pada presuposisi yang berbeda, nah bagaimana cara-nya menyamakan presuposisi.. keberpihakan pada presuposisi yang sama dulu, baru bisa untuk saling menajamkan??
Kebenaran adalah bukti itu sendiri yang akan membuktikan dirinya sendiri.
Vantillian.. ya, anda menuliskannya dengan baik.. "kebenaran adalah bukti itu sendiri dan aka membuktikan dirinya sendiri"
Joli nggak pernah perhatikan, yang dialami, ketika percaya dan beriman kepada Yesus, datang-nya iman dari mana, tanpa membuktikan kok ya tiba-tiba bisa percaya, itulah yang joli sebut Rahmat yang terbesar yang Joli terima tanpa disadari.. (walah menerima rahmat kok nggak sadar), dan ketika mengalami banyak hal dalam hidup, semuanya.. ya.. baik pahit maupun manis.. semuanya membawa kepada iman juga, bahkan memimpin untuk lebih percaya, dan membuktikannya.. semuanya rasional.. juga ketika mulai membaca Firman.. menemukan banyak hal.. termasuk yang aneh sekalipun, yang nampak tidak rasional, ternyata bisa juga masuk akal.. meski belum semuanya dinyatakan..( perlu rahmat pula )
Itukah yang di sebut iman memimpin kepada iman? namun semuanya tetap rahmatNya
Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." (rom 1:17)
Joli...Anda menyimpulkan dengan luar biasa...
Joli, setelah saya menuliskan blog ini, saya kuatir banyak yang tidak memahaminya. Tetapi setelah membaca komentar anda, membuat saya terkejut :
Nah berarti bila ada dua presuposisi (Vant, presuposisi bisa berarti "prasangka" juga ?? ) yang berbeda.. dan terjadi perdebatan untuk saling menyatakan pendapat dan "kebenaran" masing-masing, meski dengan istilah besi menajamkan besi, tetap tidak akan ketemu kan? bila masing2 berpijak pada presuposisi yang berbeda, nah bagaimana cara-nya menyamakan presuposisi.. keberpihakan pada presuposisi yang sama dulu, baru bisa untuk saling menajamkan??
Anda memahami dengan sangat baik tulisan saya. Sekaligus menanyakan pertanyaan yang merupakan inti blog ini. Tahukah anda pertanyaan anda adalah persoalan penting dalam apologetika kristen dan telah didebatkan oleh ahli teologia apologetika? Inilah juga salah satu point kritikan terhadap pihak presuposisi ( mis Van Til dan John Frame ) karena membuat fungsi apologetika menjadi tidak bermakna. Kalau setiap keyakinan/kepercayaan orang didasarkan atas presuposisi kebenaran masing2, untuk apa membela kekristenan? Bagaimana caranya menginjili? Bukankah kita yakin akan masing2 presuposisi? dimana titik temunya?
Karena itu apologetika kristen terbagi menjadi 3 aliran besar : klasik, evidensi, presuposisi. Klasik mengakui adanya kebenaran argumen yang dipakai kepercayaan lain yang menjadi titik temu diskusi. Evidensi memakai bukti2 yang memadai dan kuat untuk membantah kepercayaan lain. Presuposisi menganggap kepercayaan lain (tepatnya diri) mempunyai dasar argumen yang melawan kebenaran Allah. Presuposisi yakin ada antitesis antara kebenaran Allah dan kebenaran manusia. Tidak ada titik temu. Karena itu, jalan untuk berdiskusi adalah mendesak rasionalitas argumen presuposisi lain kepada absurditas (tidak bermakna). Setiap argumen yang melawan kebenaran---meskipun nampaknya sangat rasional---melawan dirinya sendiri. Karena itu, perlu dibongkar semua presuposisi yang melawan kebenaran. Dan ditaklukkan kepada presuposisi Alkitab. Pihak presuposisi yakin bahwa setiap kebenaran kristen dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Meskipun bukan berarti dapat dijelaskan semua. Semua kebenaran kristen itu konsisten dengan kebenaran.
Mungkin saya akan menuliskan contoh bagaimana berdiskusi dengan orang lain yang preesuposisinya beda dalam dialog. Mungkin dalam blog yang lain. Inilah pemahaman saya tentang kebenaran adalah bukti yang tidak terbantahkan karena kekonsistenannya. Dan pemahaman hal ini didasarkan atas iman. Sebagai pendahuluan, buku " Apologetika bagi Kemuliaan Allah" karangan John Frame sangat baik. (terbitan momentum)
Saya selalu menganggap kebenaran adalah SUBJEK dan OBJEK sekaligus. SUBJEK karena manusia bukan kebenaran dan tidak bisa menjadi kebenaran itu sendiri. OBJEK karena manusia selalu mencari kebenaran ( diciptakan dalam kondisi BERELASI dengan kebenaran )..Kebenaran bukan IT (kata benda). Kebenaran bukan diciptakan. Kebenaran itu ada, dari dulu sampai selama-lamanya. Sang Kebenaran adalah Allah itu sendiri.
Benar Joli, semua pengertian dan pemahaman kita tentang dunia bahkan harus didasarkan atas iman. Karena penurunan ilmu pengetahuan semuanya didasarkan atas kesaksian iman. Semuanya bisa disaksikan dalam sejarah. Iman dan bukti tidak saling meniadakan. Iman itu mempunyai unsur rasionalitas. Mungkin kalimat Vant terlalu naif, tapi Vant percaya akan kebenaran rasional iman yang menjadi pangkal semua pengetahuan. Dan semuanya itu bermula dari TAKUT AKAN TUHAN..banyak yang menyangka bahwa eksperimen sains dan teorinya akan SELALU bertentangan dengan agama. Itu kesimpulan yang bodoh, tidak rasional. Kenapa kalau sains dapat berguna bagi kehidupan, PASTI bertentangan dengan kebenaran iman? bukankah sama-sama menggunakan presuposisi rasionalitas?
Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Amsal 9:10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.
Saya sangat setuju kebenaran yang memulai dari iman dan memimpin kepada iman. Ini kalimat yang sulit yang ditulis Rasul Paulus. Kehidupan kristen dimulai dari iman, dan diakhiri dengan iman. Itulah kebenaran Allah. Kebenaran yang akan memimpin kita. Itulah injil. Kabar Baik. Apakah dapat disebut Kabar Baik kalau sesudah percaya, kita harus berusaha hidup dengan baik supaya bisa masuk ke Kerajaan Sorga? Injil adalah Kebenaran Allah. Yang membawa kita dari iman menuju ke iman. GBU..
presuposisi alkitab yang mana?
Karena itu apologetika kristen terbagi menjadi 3 aliran besar : klasik, evidensi, presuposisi.
Klasik mengakui adanya kebenaran argumen yang dipakai kepercayaan lain yang menjadi titik temu diskusi.
Evidensi memakai bukti2 yang memadai dan kuat untuk membantah kepercayaan lain.
Presuposisi menganggap kepercayaan lain (tepatnya diri) mempunyai dasar argumen yang melawan kebenaran Allah..... Karena itu, perlu dibongkar semua presuposisi yang melawan kebenaran. Dan ditaklukkan kepada presuposisi Alkitab. Pihak presuposisi yakin bahwa setiap kebenaran kristen dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Meskipun bukan berarti dapat dijelaskan semua. Semua kebenaran kristen itu konsisten dengan kebenaran.
Dari presuposisi muncullah worldview atau cara pandang. Cara pandang manusia berdosa adalah berpusat kepada diri sendiri.
Vantillian.. kalau kita berbicara hal kekristenan saja, belum ke kepercayaan lain,.. semua presuposisi mereka, juga semua bilang ditaklukkan kepada presuposisis alkitab.. NAMUN presuposisi Alkitab yang mana? selama manusia yang mencari dan yang ingin membuktikan (berpusat pada manusia), tetaplah tergantung manusia meski mereka mengatasnamakan presuposisi alkitab... terus piye? cara menyamakan presuposisi ?? contoh freewill dan predestinasi, semua bilang sesuai alkitab.. padahal mereka mempunyai titik pijak presuposisi yang berbeda..
Statement yang menarik di komentar jawaban ke greeny :
Kebenaran adalah Kebenaran.
Bukti adalah bukti.
Iman adalah iman.
Kebenaran tetap kebenaran. Kebenaran tidak membutuhkan sesuatu untuk membuktikan menjadi benar.
Joli, presuposisi Alkitab
Joli, haha....Pertanyaan menarik...Saya heran pertanyaan ini justru dilontarkan oleh seorang wanita/nona. Biasanya mereka tidak mau berpikir rumit begitu. Joli, semua presuposisi orang kristen memang SEHARUSNYA didasarkan atas Firman Tuhan. Karena itu, SOLA SCRIPTURA yang dicetuskan kaum reformator menjadi signifikan. Sebenarnya setiap orang kristen yang berbeda paham harus mengerti, apakah mereka sedang mempertahankan kebenaran Alkitab berdasarkan presuposisi Alkitab atau presuposisi yang lain? Bagaimana cara mengetahuinya? Kembali ke prinsip dasar, yaitu Alkitab sendiri. Dengan demikian, maka presuposisi Alkitabiah adalah presuposisi yang selalu diuji oleh Alkitab itu sendiri. Jadi, bagaimana bisa mengetahui presuposisi seseorang sesuai Alkitab atau tidak? Ujilah dengan Alkitab.
Lalu sampai disini, bukankah setiap pemahaman orang kristen bisa berbeda2? mana yang benar? Doktrin mana yang benar? Inilah isu epistemologi kekristenan/filsafat. Setiap pemahaman/penafsiran membawa presuposisi tertentu. Salah satu caranya adalah diuji kembali dengan kebenaran secara konsisten, yaitu kebenaran Alkitab sendiri. Bagaimana kebenaran Alkitab bisa menguji? Bukankah Alkitab itu buku mati? Kebenaran Alkitab akan menguji berdasarkan setiap presuposisi konsisten yang telah disusun dan diuji sepanjang zaman oleh orang kristen yang sungguh-sungguh belajar Firman. Makanya Vant menekankan bahwa Kebenaran adalah Subjek karena telah mewahyukan kebenaran itu sendiri. Kebenaran YANG DIPAHAMI MANUSIA akan diuji oleh konsistensi kebenaran itu sendiri. (Hmm, Vant mungkin akan mencari kalimat yang lebih gampang dimengerti)
Mungkin sampai disini, kita akan bertanya : Vantillian, ntah jelaskan apa saja kamu ini, bukankah argumen kamu puter-puter tidak ada arah? Bukankah argumen kamu cuma bolak-balik? Presuposisi Alkitabiah adalah presuposisi yang sesuai ajaran Alkitab? Bukankah itu seperti mengatakan Hujan adalah air yang turun? Atau Putih berarti bukan hitam? Atau kebenaran adalah benar dengan sendirinya? Haha....Inilah yang disebut argumentasi sirkular ( ada yang menyebut spiral)..Para apologet presuposisi menggunakan argumen ini untuk mempertahankan presuposisi kebenaran.
Saya sedang berencana menuliskan blog tentang argumentasi sirkular, yang ternyata digunakan oleh orang Kristen dan non Kristen. Semuanya menggunakan argumentasi ini. Tidak ada yang tidak. Jadi, untuk mengetahui salahnya presuposisi seseorang adalah dengan cara menemukan adanya inkonsistensi atau irasionalitas dalam argumennya. Tetapi harus didasarkan atas presuposisi kebenaran. Vantillian berpresuposisi bahwa kebenaran Alkitab berlawanan dengan kebenaran di dalam pemikiran manusia berdosa. Ini memang rumit karena berhubungan dengan pemikiran epistemologi ( bagaimana cara berpikir tentang berpikir ). Perdebatan dan diskusi masih terjadi sampai sekarang mengenai cara berpikir ini.
Contohnya : bagaimana membuktikan Alkitab itu benar? kaum evidensi akan mencari bukti sebanyak-banyaknya untuk mendukung keabsahan Alkitab. Sedangkan kaum klasik akan menyatakan argumen yang masuk akal bagi non kristen supaya bisa diterima ( bisa juga memakai bukti dan argumentasi logika yang valid). Lalu kaum presuposisi akan menyatakan Alkitab itu benar KARENA Alkitab menyatakan dirinya benar. Alkitab menyaksikan kebenaran Allah yang tidak mungkin bertentangan dengan diriNya sendiri.
Sampai disini kita akan bertanya, apakah penganut agama/filsafat lain bisa menggunakan argumen yang sama? Bisa. Dan menurut mereka itulah kebenaran. Sedangkan menurut presuposisi kristen, mereka sedang melawan kebenaran. Kaum klasik menyatakan ada kebenaran dalam argumen agama mereka yang bisa dipakai untuk menyatakan kebenaran. Sedangkan kaum evidensi akan mencari bukti yang melawan argumen penganut yang lain.
Mana yang lebih tepat? Klasik, evidensi, atau presuposisi?
Lalu bagaimana dengan orang kristen sendiri? Misalnya penganut paham kehendak bebas vs predestinasi. Nah, dua2nya mengklaim berpresuposisi alkitabiah. Ini bisa panjang. Apakah Joli bisa menangkap inti argumen Vant? Nah, Joli..Ini hanya pengantar supaya kita bisa membedakan jelas bagaimana apologetika kristen disusun dan dibela. Ada yang menyatakan setiap metode ada kelemahan. Sedangkan Joli mungkin sudah tahu Vantillian---sesuai dengan nicknya---memegang pandangan yang mana.
Vantillian Curang..
Vantillian, ...... bukankah argumen kamu puter-puter tidak ada arah? Bukankah argumen kamu cuma bolak-balik? Presuposisi Alkitabiah adalah presuposisi yang sesuai ajaran Alkitab? Atau kebenaran adalah benar dengan sendirinya? Inilah yang disebut argumentasi sirkular
Vantillian curang.. itu pertanyaan yang mau Joli tanyakan kok sudah ditanyakan oleh diri sendiri dan jawaban-nya pun itu bukan jawaban (kayaknya)..
Bagaimana kebenaran Alkitab bisa menguji? Bukankah Alkitab itu buku mati? Kebenaran Alkitab akan menguji berdasarkan setiap presuposisi konsisten yang telah disusun dan diuji sepanjang zaman oleh orang kristen yang sungguh-sungguh belajar Firman
Apakah ini berarti "kebenaran" masih bertumbuh kembang? diuji sepanjang zaman..
Apakah Joli bisa menangkap inti argumen Vant?
Vantilliant, terpaksa mesti jujur untuk menjawab "belum" .. karena memang agak telmi, ataukah memang sulit untuk mengerti tentang "kebenaran" yang benar-benar "benar" absolutly benar..
Joli, anda tidak telmi...
Haha, Joli...pertanyaan anda sebenarnya bukan pertanyaan yang baru. Sudah didebatkan dan didiskusikan oleh ahli epistemologi Alkitab. Karena itulah saya bisa mengetahui arah pertanyaan anda dan menutupnya dengan argumen sendiri. Vant curang? Haha...Bukankah kebenaran Allah memang begitu? Bukankah Alkitab sendiri yang menyatakan kebenaran Allah memimpin dari iman kepada iman? Bukankah itu contoh argumentasi sirkular? Dari iman kepada iman? Pernyataan apa itu? Kalau Joli mengerti mengenai pernyataan ini, maka mungkin Joli akan tahu mengapa Vant menjawab begitu. Pertanyaan istri kepada suami : mengapa engkau mencintai aku apa adanya? Bukankah saya snagat jelek? Menurut anda, apa jawaban yang paling memuaskan bagi istri ( atau yang ingin dia dengar dari suaminya)? Hehe....
Vant simpulkan bahwa semua argumen kebenaran HARUS kembali kepada kebenaran. Semua kebenaran yang tidak kembali kepada kebenaran adalah PENYIMPANGAN terhadap kebenaran. Dan itu ketidakbenaran. Kebenaran tidak bertumbuh menjadi semakin benar, tetapi diuji oleh zaman ( karena telah diwahyukan). Bagaimana cara menguji ketidakbenaran? Dengan kebenaran. Bagaimana cara menguji kebenaran? Dengan kebenaran. Masak menguji dengan ketidakbenaran? Bagaimanapun kebenaran yang teruji oleh kebenaran akan kembali ke argumen kebenaran itu sendiri. Dan itu berarti bersifat sirkular/spiral. Karena itu, PEMAHAMAN/PENAFSIRAN seorang ahli teolog/pendeta yang paling sucipun harus melewati uji kebenaran, yaitu Alkitab. Hanya Yesus, Sang Kebenaran yang mempunyai kebenaran pemahaman yang sempurna terhadap Firman. Karena Yesus adalah Firman itu sendiri. Karena itu, HANYA Yesus yang BISA menggunakan perumpamaan sehari-hari KEPADA DIRINYA sendiri. Karena SEMUA pemahaman/penalaran/penafsiran MESTI kembali kepada Sang Kebenaran sendiri.
Wah, saya berencana menuliskan satu blog khusus untuk anda, Joli..Tetapi saya sudah jelaskan sebagian disini, hehe.....Terus terang, Kalau joli telmi, tidak akan menanyakan pertanyaan sedalam ini..>Saya masih terheran-heran...Haha...
Vantillian... tel-mi
Vantillian : Pertanyaan istri kepada suami : mengapa engkau mencintai aku apa adanya? Bukankah saya sangat jelek? Menurut anda, apa jawaban yang paling memuaskan bagi istri ( atau yang ingin dia dengar dari suaminya)? Hehe....
He.. he.. Vantillian.. he.. he.. itu pertanyaan yang tidak akan pernah Joli tanyakan kepada my bojo, kenapa?
Pertama, karena itu adalah pertanyaan seorang istri yang sangat jelek. dan Joli nggak gitu (mulai narsisnya kumat)
Kedua, Joli sudah tahu apa jawabnya.. dia pasti akan jawab "bertanya kok pertanyaan yang nggak perlu di jawab... nggak pede ya?"
(dia jenis cuek pol.. jangan pernah bertanya kepada-nya dengan pertanyaan oratoris ;)
Yang akan Joli tanyakan, bila perasaan itu datang adalah :
Bagaimana tho bisa mencintai kayak kamu mencintai-ku? ajarin dong... " ... ceile.... tahu nggak apa yang menjadi jawabnya.. bukan kata-kata indah, bukan juga sekedar pelukan.. namun wow.. cinta yang indah.. he.. he.. bisa terbang tinggi...
Aneh tapi nyata.. cara Joli belajar taat, tunduk, dan mengasihi Tuhan, adalah dengan belajar taat, tunduk dan mengasihi suami..
Balik ke presuposisi..
Seperti jawaban my bojo.. hal presuposisi, mesti pede (percaya diri)..
ya mesti yakin ada kebenaran yang benar-benar BENAR, absulotly BENAR..
itukan yang dimaksudkan Vantillian :
- semua argumen kebenaran HARUS kembali kepada kebenaran.
- Semua kebenaran yang tidak kembali kepada kebenaran adalah PENYIMPANGAN terhadap kebenaran. Dan itu ketidakbenaran.
- Bagaimana cara menguji ketidakbenaran? Dengan kebenaran. - Bagaimana cara menguji kebenaran? Dengan kebenaran.
PEMAHAMAN/PENAFSIRAN ... harus melewati uji kebenaran, yaitu Alkitab.
Vantillian, Joli kepingin belajar menyama-kan presuposisi dengan Vant, tel-mi pls, bagaimana caranya?
OK, ikut Vantillian, memakai standart kebenaran, Alkitab sebagai standart, dan sarana uji kebenaran.
Namun sebelum berlanjut, ada satu lagi pertanyaan kecil, tentang kebenaran.
Apakah itu kebenaran ?
apakah arti kata "benar"?
apakah benar itu berarti tidak salah?
apakah kebenaran itu berarti tidak mengandung kesalahan?
apakah benar sama dengan betul?
Joli, presuposisi manusia berdosa
Maafkan saya baru membalas komentar anda, karena kesibukan dalam mengurus sekolah dan konser. Joli, dari pertanyaan dan tanggapan anda, anda sudah menangkap apa yang vant maksudkan dengan presuposisi kebenaran. Semua pemahaman dan pengertian/penafsiran dari manusia harus kembali kepada presuposisi kebenaran, dalam hal ini adalah Firman. Mengapa? Pertama, manusia bukan kebenaran. Kedua, manusia diciptakan berelasi dengan kebenaran ( istilah anda kemelekatan ). Jadi, semua pemahaman kita mesti diuji oleh kebenaran sejati. Mungkin sampai disini, kita akan bertanya mengapa presuposisi teologi2 bisa berbeda.? Mengapa Calvinis, Armenian, Katolik, Karismatik, Liberal tidak bisa sepakat dalam hal doktrin? Bukankah sama-sama mengklaim berpresuposisikan kebenaran? Masalahnya adalah apakah benar-benar semuanya berpresuposisikan kebenaran?
Vant memegang hanya ada dua presuposisi yaitu presuposisi kebenaran ( Firman ) dan presuposisi otonomi manusia ( melawan kebenaran). Presuposisi otonomi diri adalah presuposisi yang melawan dirinya sendiri karena tidak bisa dijadikan standar. Manusia Adam ketika diciptakan harus berpresuposisikan kebenaran, karena diciptakan oleh kebenaran itu. Karena itu, Allah memberikan perintah larangan kepada Adam untuk tidak memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Kebenaran harus diimani dan ditaati. Ketika Adam jatuh dalam dosa, maka semua manusia berdosa memakai presuposisi dirinya sendiri sebagai pusat kebenaran menilai segala sesuatu. Bahkan ketika kita telah lahir baru, kita masih memegang keyakinan atau pikiran yang berpresuposisikan otonomi diri. Rasul Paulus menasehati dalam surat Roma 12 supaya kita berubah oleh pembaharuan budimu. Karena itu, orang Kristen harus belajar Firman dengan baik, supaya tidak mencampuradukkan presuposisi manusia berdosa dengan Firman. Orang kristen yang tidak belajar Firman, ketika dengan pengetahuannya mengajar, maka akan menghasilkan teologi kristen yang kacau, tidak konsisten, bahkan melawan kebenaran itu sendiri. Sehingga muncul banyak aliran teologi dan bahkan ajaran sesat. Lalu bagaimana kita tahu bahwa kita SUDAH berpresuposisikan kebenaran? Dengan cara kembali diuji oleh Firman dan diajar oleh Firman. Karena itu, belajar doktrin dan teologi itu adalah penting bagi setiap orang kristen.
Joli, benar adalah benar. Tidak ada kesalahan didalamnya. Masalahnya adalah apakah argumen kita bisa benar-benar BENAR? Kalau tidak benar-benar BENAR, bagaimana kita bisa menguji ajaran sesat? Atau bagaimana kita bisa berarugumen? Itulah isu sesungguhnya dari pemikiran Kekristenan. Biarlah semua argumen dan pengetahuan kita dikembalikan dan diuji terus menerus oleh Firman. Dan biarlah kita dengan rendah hati mengakui bahwa kita harus terikat kepada kebenaran untuk memperoleh pengetahuan yang benar.
NB : Apa beda "benar" dengan "betul"? Vant sering menanyakan pertanyaan ini di kelas. Jawabanya adalah tambahkan ke-an kepada kedua kata itu. Berarti kalau Vantillian TAMPAN, itu KEBENARAN...Kalau Cik Joli CANTIK, itu KEBETULAN....Hahaha
kebenaran dan kebetulan
Terima kasih Vantillian
bila dianggap benar dan betul adalah sama
maka ke-benar-an anggap aja sama dengan ke-betul-an..
untuk memudahkan letak presuposisi..
kebenaran sebagai presuposisi FIRMAN
kebetulan sebagai presuposisi manusia..
kayaknya akan lebih mudah dimengerti
nanti joli tulis comment lagi ya.. tentang kebenaran FIRMAN =/= dengan kebenaran firman..
ni mesti cabut dulu.. di tunggu my boss
Joli, Tadinya ...
Nona Joli, tadinya saya pikir tulisan Vantillian ini nggak akan laris. Walaupun disampaikan secara gamblang dan sederhana, namun isinya benar-benar berat dan Prinsipil. Tapi nyatanay tulisan ini laris manis. dalam 2 hari mencapai 200 hit lebih, itu luar biasa.
Saya lalu sok tahu dan menyimpulkan: Tulisan ini walau berat namun sangat memikat ras ingin tahu blogger pasar Klewer, itu sebabnya mereka kembali dan kembali lagi untuk membacanya dan merasa heran, Lho, tadi pemahaman saya begini, kenapa sekarang bertambah lagi? Dan, bloger-bloger tersebut akan balik lagi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam lagi.
Apa yang Vantillian katakan itu benar, Joli, anda menyimpulkan dengan luar biasa. Ha ha ha ha ... Dia pasti inget berapa buku yang dibacanya dan berapa kali dia membaca buku-buku tersebut serta berapa banyak sumber pustaka yang terbuka di hadapannnya ketika dia menulis.
Nah, joli, bila da yang tidak anda pahami, yang harus anda lakukan hanya kembali lagi ke blog ini dan membacanya. Itulah yang saya lakukan. Sssst .... Selama anda tidak mengungkapkan ketidakmengertian anda, maka tidak ada orang yang akan menyangka anda tidak tahu. Namun bila anda diam walau nggak ngerti, itu berarti ande kehilangan kesempatan.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Hai, saya terkejut...
Hai, anda terlalu memuji saya...Haha....Saya menjadi segan...Tapi terus terang, kalaupun ada yang berkomentar, saya mengharapkan seorang laki2. Tetapi justru yang berkomentar adalah nona Joli...Dan yang mengherankan saya, Joli kelihatannya sangat memahami apa yang saya tulis, karena itu menanyakan pertanyaan yang cukup esensial. Bahkan pertanyaannya adalh pertanyaan kelas teolog, haha....Saya menjadi semakin berkeringat kalau Joli semakin bertanya, haha....Siapakah Nona Joli ini? Luar biasa.....
Vantillian, Nggak Muji
Vantillian, muji hanya menjelaskan apa adanya.
Ha ha ha ha ... Anda tahu kenapa Paulus perlu mengeluarkan FATWA agar wanita tidak bertanya di kebaktian namun bertanya kepada suaminya? Tentu saja anda tidak tahu Vantillian, sebab anda belum menikah. Anda pacaran?
Ha ha ha .. Ketika tidak mengerti lelaki jarang bertanya. Mereka akan berusaha untuk memahami tanpa diketahui orang lain. Ketika tidak mengerti, wanita akan bertanya tanpa tedeng aling-aling. Acap kali, pertanyaan yang dilontarkannya itu sepintas lalu nampak sangat sepele dan menjadi olokan para lelaki, namun sebenarnya itulah stadard yang harus diingat lelaki yang mengajar. Namun terkdang pertanyaan itu sangat kritis sehingga mempermalukan lalaki lainnya. Dan lagi, ini, hanya hasil survey dan pengalaman pribadi, wanita tidak akan berhenti bertanya sebelum mereka mengerti tanpa peduli betapa bloncestnya pun pertanyaan mereka dianggap para lelaki.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Haha....hai, saya mengerti...
Haha.....Soal wanita, saya mengerti point anda, karena saya juga mengalami hal yang sama, haha....Saya juga sedang mempersiapkan diri dengan dia ke jenjang berikutnya...hehe...
Soal wanita
Soal wanita, ko hai hai memang ahlinya sekalipun dikemas dengan nada guyonan dan main main penjelasannya jitu dan memukau, semestinya dia juga harus menjelaskan presuposisinya ha ha ha
NB :
Dari tulisan dan uraian anda , cocok sekali nickname vantilian buat anda, khas van til ( tapi saya mumet baca tulisan tentang dia, mengulang berkali kali tetap mumet he he he )
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
KH, Van Til memang mumet...
KH, Van Til memang mumet....bukan hanya anda yang mumet, saya juga, hehe...Membaca tulisan Van Til bagai membaca suatu uraian filsafat yang sepertinya tidak berpangkal ujung, muter-muter. Untung ada murid2nya seperti John frame yang mampu menjelaskan tulisannya dengan baik. Tapi, bagaimanapun saya sedang menunggu terjemahan bukunya ke Indonesia, yang saya dengar2, Momentum akan menerbitkannya....
TOP!!!! I like This
i this
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
@ Kingheart, Muka Tembok
Kingheart, saya beruntung! Waktu muda, urat malu saya udah putus itu sebabnya saya selalu tampil dengan MUKA tembok China ketika menghadapi wanita. Itu sebabnya, saya punya banyak sekali teman wanita.
Setelah menikah, saya punya seorang istri yagn benar-benar unik, itu sebabnya saya berkesempatan untuk mempelajari wanita dan belajar memahami mereka.
Tuhan itu baik! Sangat baik kepada saya.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@ko hai hai
Lelaki yang unik seharusnya memperoleh pasangan yang sepadan, unik pula. Kalau tidak kasihan dianya... ha ha ha
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Vantillian n Hai-hai... semoga salah..
Vantillian :
Saya heran pertanyaan ini justru dilontarkan oleh seorang wanita/nona. Biasanya mereka tidak mau berpikir rumit begitu.
Tapi terus terang, kalaupun ada yang berkomentar, saya mengharapkan seorang laki2. Tetapi justru yang berkomentar adalah nona Joli
HAi-hai
wanita tidak akan berhenti bertanya sebelum mereka mengerti tanpa peduli betapa bloncestnya pun pertanyaan mereka dianggap para lelaki.
Ha ha ha ha ... Anda tahu kenapa Paulus perlu mengeluarkan FATWA agar wanita tidak bertanya di kebaktian namun bertanya kepada suaminya?..
Ooooo kalian ketahuan...
selama ini ternyata presuposisi Joli terhadap kalian, presuposisi awal (pra-presuposisi) salah deh.. kayaknya.. Semoga presuposisi yang baru ketahuan ini adalah presuposisi yang bukan benar-benar "benar"
Dan semoga Paulus tidak mempunyai presuposisi seperti kalian ketika membuat fatwa.. he.. he...
Ok, akan baca ulang blog Vantillian lagi dah.. ya.. kayaknya dah mulai nemu benang merahnya.. berdasarkan "ilmu pokok-e", nanti akan Joli kasih coment lagi ya.. sekarang mau mandi sik.. lalu kejar setoran..
@van : faith seeking understanding
dulu ada teman saya yang sangat terkesan dengan tokoh Agustinus. jadi kalau sudah bicara tentang iman dan pembuktian selalu mengatakan 'faith seeking understanding'
jadi yang mana dulu
mana yang benar
prinsipnya menurut saya, yang benar itu tidak memerlukan pembuktian karena sudah benar.
saya setuju dengan tulisan vantilian :
Semua pembuktian atas kebenaran oleh orang percaya dan non percaya adalah didasarkan atas keberpihakan terhadap presuposisi yang dipegang.
jadi kalau lagi dalam dialog dengan mereka yang berbeda keyakinan, bukan hal yang asing kalau sudah menyentuh hal-hal doktrinal , pasti sama sama ngotot, ga ada yang mau kalah. wong titik berangkatnya beda, pegangannya beda.
cuma saya agak aneh sendiri mikirnya dengan kesimpulan akhirmu Van :
Jadi, kebenaran karena bukti memerlukan iman untuk menerimanya.
bagaimana dengan sesuatu yang dipegang sebagai kebenaran tetapi tidak terbukti secara universal?
bukannya Tuhan Yesus menanggapi skeptisisme Tomas berkata :
Yoh 20:29 Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Greeny, anda cukup cermat...
Greeny, mengenai pertanyaan anda, memang saya menambahkannya setelah posting pertama. Awalnya saya memang ragu-ragu. Karena memang akan menjadi kesalahpahaman. Anda cukup teliti dalam menanyakan kalimat terakhir blog saya...
Kebenaran adalah Kebenaran. Bukti adalah bukti. Iman adalah iman. Ketiga hal ini memang sering disalahpahami. Ketika kebenaran dibuktikan, mengapa perlu iman lagi? Atau apakah kebenaran bergantung kepada iman? Kalau tanpa iman, bukan kebenaran?
Kebenaran tetap kebenaran. Kebenaran tidak membutuhkan sesuatu untuk membuktikan menjadi benar. Tetapi ketika kebenaran disingkapkan/dinyakan/diwahyukan, kebenaran menjadi bukti bagi subjek (manusia) yang menerimanya. Dan kebenaran Allah telah dinyatakan oleh pembuktian Yesus Kristus dan Alkitab dalam sejarah manusia. Kebenaran yang dinyatakan sebagai bukti, diterima oleh iman. Jadi disini kebenaran ansich ( dalam dirinya sendiri) tidak membutuhkan iman supaya menjadi benar lagi. Tetapi kebenaran sebagai bukti perlu penerimaan iman. karena itu, orang tak beriman, sedang melawan kebenaran Allah sebagai bukti yang jelas bagi mereka. Semoga membantu...
Kebenaran mempunyai sifat universal dan konsistensi. Ketika tidak bisa dibuktikan, mksdnya adalah pembuktian dengan apa? metode apa? standar bagaimana? Kalau kita katakan ALLAH itu tidak ada, karena tidak bisa dilihat oleh mata, maka kita sudah tahu bahwa kesimpulannya tidak rasional. Apakah semua yang tidak bisa dilihat itu tidak ada?
Tomas selalu disebut skeptisme karena menuntut bukti supaya bisa percaya. Saya sendiri tidak melihat bahwa Tomas kurang beriman dibandingkan dengan Petrus maupun rasul lain. Saya yakin ada alasan yang jelas mengapa Tomas menuntut bukti. Seseorang yang menuntut bukti ( baik itu argumen, fakta/data, konkrit maupun abstrak) bukanlah orang yang tidak beriman. Atau orang yang tidak akan percaya. Kalimat Yesus "berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" itu ditujukan kepada generasi yang tidak akan melihat Yesus. Saya yakin Yesus tidak sedang mencela Tomas, Bukankah Yesus menampakkan dirinya kepada murid2Nya terlebih dulu, daripada Tomas? Coba baca kisah ini yang terjadi sebelum Yesus menampakkan diri kepada Tomas, kemudian bandingkanlah dengan peristiwa Tomas
Yohanes 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Yohanes 20:19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
Yohanes 20:20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
Bukankah murid2 Yesus SUDAH melihat Yesus duluan dibandingkan dengan Tomas? Tomas hanya selangkah lebih lambat. Wajarkah dia berekasi demikian? Ini hanya analisa Vant aza...silakan dipikirkan
Yang tidak bisa dilihat, belum tentu tidak ada..
Heemmm... "YANG TIDAK BISA DILIHAT BELUM TENTU TIDAK ADA"
Saya suka dengan kata2 Vant yang ini. Munjadikan saya teringat masa lalu ketika saya bersama papa saya sedang nonton TV berdua dan kami ngobrol tentang TUHAN.
Saya bertanya sama papa: pa, gimana cara buktikan TUHAN itu ada? kan gak bisa dilihat.
Papa saya ngomong: tuh kamu liat kabel listrik diblakang TV, listrik nya bentuk nya kaya apa?
saya jawab: yah gak ada bentuknya dunk, mana ada bentuk nya, mana bisa dilihat.
Papa saya jawab lagi: ya sudah kalo kamu mau tau itu ada apa engga, pegang aja nanti kalo kamu berasa kan kamu baru tau itu ada. Alami aja nanti kan kamu tau sendiri dan mengerti yang orang2 fisika bilang itu ada dalam teori mereka.
Apakah saya pegang? tentu tidak, wong saya sudah pernah kesetrum dan tidak berani lagi lah...hehehehe
Semenjak itu saya berusaha dan meminta pada TUHAN agar menjadikan Firman TUHAN yang hidup itu HIDUP dalam diri saya.
Yaaahhh...ini hanya sebuah intermezo ringan saja dari saya si bebekPanggang hehehe...
nb: ada terjemahan laen (tapi saya lupa, mohon bantuan yang lain untuk mencari) yang mengatakan ayat Roma 1 yang "IMAN kepada IMAN" itu adalah...IMAN kepada IMAN yang lebih besar.
tapi saya bener2 lupa di terjemahan mana atau di interlinear yang mana saya juga lupa. kalo ada temen2 yang menemukannya tolong kasi tau saya si BebekPanggang. trimakasih...
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
@Vantillian.. FIRMAN=firman?
Dear Vantillian..
terima kasih karena sabar menanggapi pertanyaan2 Joli diatas, jadi untuk sementara Joli menarik kesimpulan sbb :
Kebenaran adalah Kebenaran. Kebenaran tetap kebenaran. Kebenaran tidak membutuhkan sesuatu untuk membuktikan menjadi benar... ya benar adalah benar, tidak ada kesalahan
kebenaran mutlak benar, apapun pendapat kita benar adalah benar, meski kita manusia berpendapat salah, kebenaran tetap kebenaran karena dirinya sendiri adalah kebenaran, tidak tergantung kondisi dan pendapat siapapun..
Nah apakah atau siapakah itu kebenaran. Tuhan Yesus adalah kebenaran.. FIRMAN adalah kebenaran, itulah standart, karena keberadaannya yang adalah benar, bukan kita jadikan standart karena kita menganggap sebagai standart kebenaran.
Nah bagaimana dengan pemikiran dan kebenaran manusia, kita coba ganti kata kebenaran ala manusia dengan ke-betul-an untuk membedakan dengan kebenaran Allah
ketika menemukan bumi itu bulat itu betul,
ketika newton menemukan hukum gerak Newton, hukum mekanika, Newton menemukannya dengan presuposisi bahwa benda2 dipengaruhi oleh gaya .. itu semua betul
Ketika Einstain menemukan hukum relatifitas, dengan presuposisi bahwa sistim bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, kecepatan cahaya.. itu semua juga betul..
Demikian juga ketika joli membaca alkitab, Hosea dan Gomer, maka joli ber-presuposisi bahwa manusia dipilih oleh Allah, seperti Gomer mendapat anugerah untuk dipilih Hosea meski bersundal.. maka-nya Joli berpendapat bahwa keslamatan adalah karena anugerah dipilih Allah adalah betul dan itu Joli pegang sebagai ke-betul-an
Suatu saat, Joli membaca alkitab, mengenai seorang perempuan kanaan yang memohon kepada Yesus karena anaknya kerasukan setan, namun di tolak murid2Nya dan Yesus-pun memberi kata2 yang sangat nyelekit, yaitu tidak patut melempar roti kepada anjing karena roti disediakan untuk anak-anak. (Mat 15:21-28).. maka joli akan berpendapat bahwa manusia punya freewill untuk ikut menentukan.. ya itu adalah betul dan joli pegang sebagai ke-betul-an..
Nah Vantillian, kira-kira begitulah kesimpulan Joli hal kebenaran dan kebetulan.
Dan yang sering membuat Joli bingung.. adalah banyak nya kebetulan-kebetulan yang di pertentangkan.. apakah itu yang menimbulkan adanya doktrin? (btw sekarang Joli mesti minum sirup glitterin untuk menangkal flu hypercalvinis, masa penyembuhan nih..)
Nah yang ingin Joli tanyakan sejauh mana kebenaran alkitab? Hal kebenaran FIRMAN (Yesus) bisa di mengerti karena memang Yesus adalah kebenaran. bagaimanakah kebenaran firman? apakah firman itu kebenaran atau kebetulan? apakah di dalam firman tidak mungkin salah? tidak ada kata2 salah? atau tidak mengandung kesalahan sama sekali? kenapa bisa ditafsirkan salah? atau memang banyak kata2 bersayap, dua arti dst? sejauh mana kebenarannya?
Hal cara membaca alkitab, bagaimana cara yang benar supaya mendapatkan pengertian yang benar? Ini berhubungan dengan kata-kata Hai-hai, ketika Joli beritahukan bahwa Joli sedang membaca Sam Kok buku yang di rekomendasi si Luki gitaris. Hai-hai said: " Joli ada issue, kalau baca Sam Kok harus sampai selesai loh, kalau tidak akan menjadi orang jahat".. waduh.. nah jadi kepikir juga.. cara membaca Alkitab, apakah mungkin juga demikian? bila kita tidak membaca alkitab dengan benar maka akan menjadi orang jahat alias sesat atau menyesatkan orang lain dengan ke-betul-an ke-betul-an yang sangat kekeh kita akui sebagai kebenaran.. supaya nggak salah maka mesti membaca alkitab dari awal kejadian sampai wahyu lunas begitu? ini belum pernah joli lakukan eee.. wong untuk menerapkan satu ayat aja mesti afirmasi lebih dahulu berhari-hari he. he..
Soo pls tel-mi.. cara yang benar.. membaca dan mengerti alkitab.. sehingga tidak ada gantungan yang disiapkan di leher karena menjadikan sesat orang lain dengan menulisnya di klewer.. waduh jadi takut nulis kelanjutan mbak batsyeba..
Joli, saya sedang menulis blog untuk anda...
Joli, karena pertanyaan anda yang sudah menyentuh sisi yang agak krusial, saya sedang mempersiapkan sebuah blog untuk anda...Pertanyaan anda akan saya jawab disana, yaitu tentang pengetahuan analogis dan argumentasi sirkular dari kebenaran. Soal kebetulan dan kebenaran, mungkin itu hanya sebuah istilah yang terlalu dipaksakan. Kebetulan adalah suatu moment yang hampa, yang diberi makna oleh manusia karena tidak memahami urutan suatu peristiwa. Kebenaran, tentu berbeda dengan kebetulan. Tidak ada yang kebetulan BENAR, karena kebenaran telah diwahyukan kepada manusia.
kebenaran dan kebenaran yah?
Kalo aku, KEBENARAN MUTLAK itu TUHAN.
Aku sendiri bisa berpikir dan berpendapat dan menafsir dari KEBENARAN tersebut, sebab KEBENARAN tersebut sangatlah dalam artinya.
Hasil dari pemikiran dan tafsiran ku yang aku anggap benar/betul itu yang sekarang aku jalani, sambil mencari dan terus menuju mendekati ke arah KEBENARAN MUTLAK itu sendiri.
Ada hal yang BENAR dan yang SALAH. KEBENARAN sudah saya uraikan di atas. Sekarang masalah SALAH....
Karena PENDAPAT PRIBADI ku adalah semua manusia punya kekurangan dan tidak mungkin 100% benar seperti KEBENARAN MUTLAK yaitu TUHAN, maka bagi ku pribadi "yang paling salah" adalah yang merasa SUDAH 100% PALING BENAR.
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
DAN, anda menangkap intinya
DAN, anda menangkap intinya...Cuma masalahnya, kalau kita cuma bisa mendekati kebenaran mutlak, bagaimana kita bisa menilai ajaran itu sesat atau tidak? Menurut anda?
@Vantilian, eemmmm....
Vantillian wrote:DAN, anda menangkap intinya...Cuma masalahnya, kalau kita cuma bisa mendekati kebenaran mutlak, bagaimana kita bisa menilai ajaran itu sesat atau tidak? Menurut anda?
Sesat maksutnya apa ya pak?
emmm...saya coba jawab, meskipun saya kurang mengerti pertanyaan anda tetang "sesat."
Orang menilai orang lain sesat/seberapa sesat kan karena ada patokan nya tho? pathokan yang mana? ya pastilah dari standart kebenaran yang dia yakini itu
Yang dibilang sesat pun kan bisa juga bilang yang laen nya sesat tho?
Jadi menurut saya sesat itu ya relatif.
Kalo ada orang bilang: ya sesat menurut FIRMAN TUHAN dunk.
Saya bisa tanya, FIRMAN TUHAN yang seperti apa? ya pasti lah kalo mo "jujur" itu adalah FIRMAN TUHAN menurut "orang itu."
Trus yang paling bener yang mana? ya gak ada yang tau, yang paling bener itu ya KEBENARAN SEJATI yaitu TUHAN, AKU lah jalan, KEBENARAN, dan hidup. DIA itu lah KEBENARAN nya.
Kita kan hanya belajar, makanya saya tidak pernah berkata "ajaran saya" lah yang paling benar, tapi saya berkata...sampai saat ini "HAL INI" lah yang saya yakini benar, tapi saya membuka diri untuk menerima penafsiran2 laen. Tapi kalo memang secara terbuka dan jujur saya belum bisa menerima dan "PUAS" akan penafsiran lain itu....ya mana bisa dipaksa? apa kita bisa melakukan sesuatu yang tidak sesuai "kata hati" kita?
Jadi bagi saya...ya cari lah terus selagi masih "hidup."
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
DAN DAN, Yaaaa .....
Jadi menurut saya sesat itu ya relatif.
DAN DAN, Alkitab adalah firman Tuhan, itu sebabnya kita menjadikan Alkitab standard kehebaran. Memahami Tuhan dan memahami firman Tuhan adalah dua hal yang berbeda. Banyak orang menyangka, karena mustahil memahami Tuhan dengan benar, itu berarti MUSTAHI memahami firman Tuhan dengan benar.
Nampaknya and adalah salah satu orang demikian.
Apabila firman Tuhan tidak dapat dipahami dengan BENAR, bukankah itu berarti Allah sedang ngeledek waktu memerintahkan kita menghakimi dan membuka kedok nabi-nabi palsu dengan Alkitab sebagai standard kebenaran?
Standard yang tidak bisa dipahami mustahil disebut standard.
Alkitab adalah firman Tuhan, namun Alkitab adalah tulisan-tulisan manusia dalam bahasa manusia dan Alkitab ditulis untuk dipahami dengan benar.
DAN DAN, kenapa kita tidak dapat memahami Alkitab dengan benar?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@HAI-HAI,itu tidak berarti demikian...
Alkitab sebagai kebanaran memang dapat dipahami, tapi dari mana tahu itu benar atau tidak? ya dari orang itu sendiri tho percaya itu benar atau tidak? Alkitab memang mempunyai satu kebenaran yang utuh, tapi saya berbicara dari sudut manusia nya, bukan sudut alkitab nya.
Yang anda jalani sekarang tentulah yang anda anggap memang itu lah kebenaran nya.
Sedangkan yang lain menganggap itu lah kebenaran nya juga.
Trus kalo ada 2 yang menganggap 2 hal yang berlainan adalah benar, trus yang benar yang mana?
Ya paling pas menurut saya adalah, ya dua dua menjalani apa yang dia yakini benar sambil terus belajar dan membuka diri untuk menuju mendekat kebenaran.
Maksut saya, initinya adalah... saya tidak merasa paling benar dan tafsiran saya lah yang paling benar. Saya membuka diri untuk belajar lebih lagi...
Trus yang saya maksut sesat adalah relatif adalah, sewaktu saya itu terus belajar pastilah ada kesalahan2 di dalam diri saya, dan bila saya menyatakan sesuatu adalah "keliru" atau "sesat:" pastilah itu dari hal yang paling saya yakini kan? ya jadi relatif itu sesat menurut siapa? menurut apa? menurut tafsiran apa? trus apa kita boleh bilang sesuatu sesat atau tidak? ya silakan saja...kan memang setiap orang mepunyai pemikiran masing2 tentang kebenaran yang dia anut saat itu (terlepas kebenaran yang dia anut itu benar2 KEBENARAN atau bukan)
Naaahhhh...maksut saya lagi adalah:
Ya kalopun ada orang berpendapat, itu sesat menurut ALKITAB, lha ya sama aja itu kan menurut ALKITAB tafsiran nya dia? kalo fersi orang lain yang tafsiran nya lain?
Kalo anda bilang, yaaaa...sesat menurut kebenaran sejati Alkitab dunk. Itu sama saja saya anggap anda sedang berpendapat "menurut ALkitab tafsiran anda." Orang itu bilang tafsir dia adalah KEBENARAN yang PALING BENAR karena memang dengan segala pemikiran nya yah itu lah yang paling benar atau saya katakan itu adalah dari pihak orang itu sendiri.Dan bagi saya pribadi itu seolah2 tidak FER hehehe... Kalo memang ada orang yang sudah merasa tafsiran nya paling benar ya silakan, ya sah sah saja tho? saya juga tidak bisa berkata apa2 lagi hehehehe... wong mo diterangin macam apa juga dia sudah berpatokan tafsiran dia yang paling benar 100%. Berarti kan memang tidak mau terbuka lagi untuk berdiskusi. Ya sudah itu hak asasi manusia hehehehe...
Kalo dari saya pribadi saya tidak menganggap diri saya paling benar, oleh karena itu saya akan terus mengembangkan diri saya. Jadi buat saya itu paling enak itu berdiskusi dengan orang yang sama2 mencari kebenaran, bukan diskusi untuk mencari pembenaran pribadi. Meskipun belum ketemu titik temu nya atau belum ketemu jawaban untuk pertanyaan diri ya gak papa...terus saja toh belajar lebih dan lebih lagi. Bagi saya hidup ya seperti itu... tidak ada orang yang sempurna 100% bahkan sampai mati.
Mengenai menghakimi, saya justru setuju dengan tulisan anda om HAI-HAI.... kalo kita menghakimi akan dihakimi dengan ukuran yang kita pakai untuk menghakimi. Makanya tadi saya bilang, sesat itu sesat yang gimana? itu kan jawabannya kompleks menurut saya.
Begitu om HAI-HAI...
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
@ DAN DAN, Alkitab Adalah Alkitab
Saudara DAN DAN, saya sama sekali tidak salah paham dengan maksud anda. Pendapat bahwa Alkitab MUSTAHIL dipahami 100% benar itu SALAH!
Alkitab mencatat bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari. Apabila ada yang menafsirkan enam hari itu sebagai 1000 tahun karena ada ayat Alkitab yang mencatat bahwa 1 hari Allah = 1000 tahun manusia, jelas ngawur.
6 Hari artinya 6 hari. Enam kali matahari terbit dan enam kali matahari tenggelam. Itulah yang dicatat Alkitab.
SESAT berarti mengajarkan hal yang tidak diajarkan Alkitab atau BERTENTANGAN dengan ajaran Alkitab.
Kaum namais mengajarkan bahwa YHWH adalah nama pribadi Sang Pencipta dan nama pribadi tidak boleh diterjemahkan atau diganti. Apabila kaum Namais KONSISTEN maka itu berarti nama pribadi TIDAK boleh memiliki NAMA. Alkitab mengajarkan bahwa YHWH memiliki nama yaitu Qanna, Sagab, Echad dan Elohei Tsaba. Ajaran Alkitab demikian 100% menghancurkan TEORI kaum namais bahwa YHWH adalah nama pribadi. FAKTA tersebut bukan TAFSIRAN. GAMBLANG seperti matahari siang hari. FAKTA tersebut membuktikan bahwa kaum Namais SESAT karena mengajarkan hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Para pengkotbah Alam Roh mengajarkan bahwaYesus Kristus menebus manusia dari Iblis. Alkitab mengajarkan bahwa Kristus menebus manusia dari murka Allah. Itu berarti pengkotbah alam roh SESAT kerana mengajarkan hal yang bertentangan dengan Ajaran Alkitab.
Anda tidak berani menjatuhkan VONIS bukan karena Alkitab MUSTAHIL dipahami dengan benar 100% namun karena anda KURANG memahami ajaran Alkitab. Itu dua hal yang berbeda.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Bagiku suatu kebenaran dapat
Bagiku suatu kebenaran dapat kita temukan dalam sebuah perdebatan dan pengeyelan hahaha....setelah kamu liat mana yg paling bener lalu kamu cocokkan lagi dengan alkitabmu, mana yg paling bener:D:D:D...kalo masih tidak puas liat lagi tuh perdebatan dipikir lagi lalu cocokan lagi....:D:D kalo masih gak puas lagi tanya sana-sini lalu cocokkan lagi hahaha....kalo masih tak puas doa puasa minta jawaban dari Tuhan dan Roh Kudus:D:D:D..kalo masih tak puas lagi ulangi lagi dan begitu seterusnya Hahahaha....gimana?
JESUS IS GOD
JESUS IS GOD
@HAI-HAI, sama saja...tidak ada bedanya kok.
Ya bagi saya alkitab itu 100% kebenaran, tapi manusia tidak ada yang mungkin 100% benar. se kecil2 pun pasti ada salah nya... kalo anda percaya da manusia yang bisa 100% benar dalam segala hal termasuk memahami alkitab, ya silakan saja. Sampai sekarang pemahaman saya memang demikian. Mungkin saya yang belum bisa mengerti karena memang belum mengerti...
Yang anda katakan tentang 1000 hari atau dan lain lain nya itu...saya anggap itu dari tafsiran anda. Banyak penafsiran laen yang tidak seperti itu. Kalo pun anda mengganggap tafsiran anda itu yang paling benar...seperti yang sudah saya katakan...itu sah sah saja. Kalo anda tidak mau berbicara hal itu adalah tafsiran, ya sudah diganti saja kata2 nya seperti..."pandangan" "pendapat" atau apa lah... kalo anda ngomong gamblang, ya itu kan menurut anda, mungkin menurut orang lain itumempunyamakna tersendiri. kalo anda bilang itu menurut alkitab, ya itu kan menurut anda alkitab seperti itu. Buat orag laen belum tentu, maka dari tadi saya bicara selalu menurut siapa. Menurut anda pandangan anda sudah benar...atau menurut alkitab pandangan anda sudah benar? kalo menurut alkitab pandangan anda sudah benar trus masih sama saja itu menurut anda juga yang menyimpulkan hehehe.. bagi saya pribadi sih seperti itu. Memang ya menurut saya manusia itu ya seperti itu. Jadi ya bagi saya wajar2 saja jika anda seperti itu pandangan nya
Kembali lagi, kalo pun anda berpendapat, pandangan anda tentang pandangan alkitab adalah sudah sama persis plek 100% dengan maksut alkitab ya silakan, itu sah sah saja. yah itu juga seperti tulisan saya di atas.
Jadi pada intinya memang pertanyaan saya belum terjawab, masih muter2 di sini saja tentang hal ini, maksutnya adalah belum ada suatu pencerahan baru untuk saya.
Kalo anda berkata saya tidak berani memvonis karena kurang memahami alkitab dan anda lah yang sudah memahami alkitab. Ya seperti tulisan saya...itu sah sah saja jika anda berkata seperti itu. Karena memang saya ini masih belajar, mungkin laen seperti anda yang sudah paham benar 100% kebenaran alkitab. Sebenernya secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar seperti tulisan anda tentang menghakimi, menghakimi itu adalah natur manusia, memvonis itu adalah natur manusia juga tho? saya pasti memvonis juga tentang ketidakbenaran yang menurut saya atas dasar pemahaman saya akan alkitab ....tapi memang saya tidak menganggap diri saya ini 100% benar, karena saya memang merasa masih punya banyak kelemahan dan perlu lebih lagi untuk terus belajar. Ya mungkin ada orang yang merasa sudah benar atau gimana saya juga tidak tahu hehehe...
sekali lagi memang muter2 nya di sini saja, tulisan anda itu jawaban nya justru kembali pada tulisan saya yang di atas itu sudah menjawab semua sih kalo menurut saya. belum ada pencerahan baru bagi saya akan hal ini seperti tulisan anda tentang Masturbasi dan yang laen laen yang memberikan pencerahan yang lebih lagi pada saya.
Anda berkata "sudah memahami alkitab secara benar 100%" ya silakan, sah sah saja... kalo saya berkata "memang masih belajar."
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
@GODARMY, ya silakan saja hehehe...
Kalo memang pendapat anda begitu ya silakan saja hehehe...
Kalo saya sih ya dijalanin aja, memang semua itu kan berjalanan secara natural... dibikin asik aja sih kalo aku cenderung nya. abis mo gimana lagi? gak bisa ngapa2 in juga kok buat saya hehehe
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...
@dan-dan
Dan lu pakai cara gua aja Wakakaka....gua juga kadang bingung liat istilah dan penjelasan para bloger kalo yg rumit-rumit:D:D:D kalo yg sudah jelas sih yakin kalo kadang masih ragu-ragu ini yg repot hahaha....
JESUS IS GOD
JESUS IS GOD
Memang kita ga bisa
Memang kita ga bisa ngapa-ngapain cuma buat perbandingan dengan keyakinan kita lagi:D:D:D makanya tu gua juga masih perlu belajar lagi karena banyak bingungnya ya lebih baik diliat dan dijalanin aja, gua kadang pusing liatnya:D:D:D
JESUS IS GOD
JESUS IS GOD
@GODARMY, gimana kalo kita makan Bebek?
Kayanya saya tau caranya, gimana kalo biar gak bingung kita makan Bebek saja?
DAN-DAN
saya suka bebek panggang...
Saya Suka Bebek Panggang...