Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Anu dari kata Anu
William D. Mounce seorang pengajar bahasa Yunani berkata bahwa hampir semua buku komentar Alkitab maupun bahan belajar Alkitab terbaik membutuhkan pengetahuan bahasa Yunani. Ia juga menambahkan, orang yang berkata bahasa Yunani itu tidak penting pastilah orang yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang bahasa ini.
Penulis buku "Basic of Biblical Greek" ini menambahkan, kemampuan berkhotbah, mengajar, maupun menyiapkan sebuah pelajaran Alkitab akan dibatasi jika kita tidak menggunakan alat yang tepat, dalam hal ini penguasaan bahasa Yunani.
Hai-hai dalam sebuah blognya menulis:
"Saya tahu, Alkitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, Perjanjian Lama ditulis dalam kebudayaan Yahudi dan Perjanjian Baru ditulis dalam kebudayaan Yahudi dan Romawi. Pengetahuan tentang kedua kebudayaan tersebut, sangat membantu untuk memahami Alkitab. Saya tidak bisa bahasa Ibrani maupun Yunani, namun beruntung karena dewasa ini banyak sekali kamus yang memungkinkan saya untuk memeriksa beberapa kata dan memahami kata-kata tersebut."
Tersedianya akses mudah ke bahasa Yunani dan Ibrani sepertinya membuat beberapa orang berkhotbah dengan menggunakan istilah-istilah Yunani atau Ibrani. Dengan mudah seseorang berkata, "Kata ini dalam bahasa aslinya adalah 'anu' yang berarti 'anu ..., anu ... dan anu'." Kebanyakan pendengar tidak pernah bisa tahu apakah yang dikatakan ini benar atau salah. Sepertinya sangat jarang orang datang ke gereja dengan membawa sebuah leksikon (kamus) Yunani atau Ibrani.
Saya pernah menulis sebuah blog yang berjudul "Pergilah!", bercerita tentang perkataan Yesus kepada perempuan yang ketahuan sedang berzinah. Yesus hanya berkata, "Pergilah, ... "
Seseorang berkata bahwa dengan kata "Pergilah" itu Yesus mengusir perempuan ini. Dengan santai saya berkata dalam bahasa aslinya kata yang dipakai adalah "pulanglah" bukan "pergilah" -- tanpa pernah melihat kata asli yang dimaksud. Hanya berharap kata yang dipakai adalah "pulanglah" -- dan sampai sekarang saya belum tahu kata "pulang" itu dalam bahasa Yunaninya apa.
Saya juga pernah mendengar orang lain melakukannya, ketika berkhotbah dalam penutupan sebuah seminar hamba Tuhan dari seluruh Indonesia.
Pengkhotbah ini anggap saja namanya Ahab memberi contoh dalam Alkitab tentang kasus kelemahan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya mengenal satu kata untuk kasih, padalah dalam bahasa Yunani kata kasih memiliki beberapa jenis kata untuk menggambarkannya. Ia menjelaskan tentang Phileo yang menggambarkan kasih antara saudara, Storge yang menggambarkan kasih orangtua, Eros yang menggambarkan kasih antara laki-laki dan wanita, dan terakhir Agaphe yang menggambarkan kasih Allah.
[Seorang blogger kita John Adisubrata pernah menulis blog tentang jenis-jenis kasih ini. Saya senang karena ia mengatakan "Jika ditinjau dari asal-usulnya, kata ‘Love’ (Kasih/Cinta) di dalam bahasa Yunani mempunyai arti yang berbeda-beda. Berdasarkan dongeng kuno kebudayaan negara tersebut, ‘Eros’, si dewa Cinta, telah menjadi penyebab awal pengertian kata cinta/kasih (eros) yang bersifat seksuil." Ternyata seorang blogger Sabdaspace tahu Eros merupakan kata dalam bahasa Yunani Kuno bukan dalam Alkitab.]
Lalu Ahab membaca sebuah perikop dan berkata, "Kelemahan bahasa Indonesia membuat percakapan Yesus dan Petrus dalam ayat-ayat itu membingungkan." Ayat-ayat yang dimaksud adalah dialog antara Yesus dan Petrus dalam Yohanes 21, khususnya bagian ketika Yesus bertanya sampai tiga kali apakah Petrus mengasihi-Nya.
Ia menjelaskannya seperti ini:
Yesus bertanya kepada Petrus setelah ia disalibkan, setelah Petrus menyangkalnya, "Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?"
Petrus menjawab, "Tuhan aku mengasihi Engkau."
Yesus bertanya untuk kedua kali, karena tidak puas dengan jawaban Petrus, "Apakah engkau mengasihi Aku?"
Petrus menjawab lagi, "Aku mengasihi Engkau."
Yesus masih belum puas, karena itu Ia bertanya untuk ketiga kalinya, "Apakah engkau mengasihi Aku?"
Petrus sangat sedih karena Yesus bertanya sampai tiga kali, tiba-tiba Petrus tersadar tentang sesuatu sehingga ia berkata, "Aku mengasihi Engkau."
Pendeta yang sedang mengambil program Doctor of Ministry ini menjelaskan bahwa orang yang tidak memahami bahasa Yunani tidak akan mengerti kenapa Yesus bertanya sampai tiga kali. Ia berkata "Petrus menyadari kasih yang dimaksud Yesus adalah kasih agaphe. Pertanyaan pertama dan kedua dijawab Petrus dengan berkata 'aku mengasihi Engkau dengan kasih phileo'. Akhirnya Petrus menyadari Yesus menginginkan kasih agaphe. Bukan kasih phileo, sehingga ia menjawab 'aku mengasihi Engkau dengan kasih agaphe.' Bahasa Indonesia terlalu lemah sehingga bagian ini tidak bisa diterjemahkan dengan baik."
Apakah seperti itu?
Seharusnya Ahab membaca dan belajar lebih banyak, paling tidak mengecek apakah memang ada dialog seperti itu. Empat jenis kasih yang dimaksudnyapun adalah kasih dalam bahasa Yunani kuno, bukan bahasa Yunani Koine. Kedua bahasa ini sangat jauh berbeda, bahkan pernah membingungkan para ahli sehingga beberapa orang menganggap bahasa Yunani Koine yang dipakai dalam penulisan Perjanjian Baru merupakan bahasa baru yang khusus diciptakan oleh Allah.
Sekarang orang tahu bahasa Yunani Koine merupakan sebuah versi bahasa Yunani Kuno untuk "orang kebanyakan" pada jaman Yesus. Dan hanya ada dua jenis kata kasih dalam Alkitab Perjanjian Baru, yaitu phileo dan agaphe.
Sebenarnya percakapan antara Yesus dan Petrus kira-kira seperti ini:
Yesus : Apakah engkau agaphe Aku?
Petrus : Aku phileo Engkau
Yesus : Apakah engkau agaphe Aku?
Petrus : Aku phileo Engkau
Yesus : Apakah engkau agaphe Aku?
Petrus sedih karena tiga kali Yesus bertanya, "Apakah engkau phileo Aku?" (bukankah seharusnya Petrus sedih karena tiga kali Yesus bertanya, "Apakah engkau agaphe aku?")
[seorang pernah menunjukkan kepada saya kalau hal ini merupakan sebuah bukti kalau pada masa itu kedua kata ini sudah sejajar dan bisa saling ditukar -- tetapi saya tidak berani mengatakan ya]
Petrus : Aku phileo Engkau
[dalam bahasa aslinya Petrus tetap memakai kata phileo bukan agaphe seperti yang dikatakan oleh pengkhotbah ini]
***
William D. Mounce berkata untuk memahami firman Tuhan dengan baik adalah dengan memahami bahasa aslinya. Ia benar, tetapi seseorang yang tidak tahu apa-apa bisa dengan mudah membohongi orang lain. Orang yang dibohongi akan membohongi orang lain lagi berdasarkan kebohongan yang didengarnya. Kebohongan yang kadang-kadang tidak disadari.
Apakah salah berkata, "Kata ini dalam bahasa aslinya adalah 'anu' yang berarti 'anu ..., anu ... dan anu'?" -- Tidak, selama ia tahu apa yang dikatakannya. Tetapi kalau hanya mendengar dari orang lain berkata seperti itu, lalu mengubahnya sedikit menjadi, "'Anu ..., anu ... dan anu'" itu berasal kata 'anu' dalam bahasa anu yang artinya 'anu' -- Ini hanya akan menjadi sebuah kebohongan berantai.
Sampai sekarang saya belum tahu kenapa Yesus sampai bertanya tiga kali, tetapi saya tahu bukan karena phileo ataupun agaphe.
***
Kutipan ayat Alkitabnya:
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Yohanes 21:15-17)
- anakpatirsa's blog
- 6816 reads
artikel yang bagus
Artikel yang bagus, hanya ada sedikit koreksi:
Pada pertanyaan-Nya yang ketiga kali, Yesus mengubah kata kerja yang dipakai-Nya dari agapao menjadi phileo. Jadi bertentangan dengan yang diuraikan di atas, Yesus tidak menggunakan kata yang sama tiga kali berturut-turut, melainkan dua kali memakai agapao dan sekali phileo.
Koreksi kecil lain, kata kerja yang benar adalah agapao (dengan p dan bukan ph) karena agape adalah kata benda.
Terima kasih koreksinya
to anakpatirsa
Bahasa & Kebudayaan
Another one from Anak partisa.
Anda benar, anak partisa, dewasa ini banyak pengkotbah yang mengutip bahasa Yunani dan bahasa Ibrani dalam kotbah-kotbahnya dan kita perlu meyakini, apakah yang mereka katakan itu benar atau salah? Satu-satunya cara yang saya ketahui untuk hal itu adalah dengan mengujinya dengan 3 buah kamus ekectronik yang saya ketahui.
Trust no body, so you can trust every body.
Kebudayaan pada saat Alkitab ditulis juga perlu dipelajari untuk dapat memahami Alkitab dengan lebih baik. Coba anda bayangkan, 300 tahun yang akan datang seorang anak muda yang sedang napak tilas ala tahun 2007 lalu menemukan sebuah buku kisah cinta.
di dalam buku itu dia membaca, "Amir menembak Tuti di rumah makan cepat saji, lalu keduanya hidup bagaia." kemudian dia juga membaca kisah-kisah lainnya. Kalau dia tidak mempelajari kebudayaan tahun 2007, maka dia pasti akan menarik kesimpulan yang salah, dengan mengatakan. Pada 2007 - 2021 di Indonesia hidup sebuah bangsa biadab, yang menembak wanita untuk memaksa mereka menjadi istrinya.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Ibadah Jadi Serius
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*