Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Antara Sponsor dan Sekuler
"Sponsor" -- tidak ada dalam kamus teologia, tetapi menjadi istilah standard di sana. Pernah melihat papan pengumuman sekolah teologia penuh tempelan kertas mengandung kata ini. Ada pengumuman tentang keharusan mengirim ucapan terima kasih buat sponsor. Ada daftar mahasiswa penerima sponsor. Serta tidak ketinggalan, segala kewajiban yang berhubungan dengan istilah sponsor ini.
Banyak istilah berhubungan dengan kata ini, seperti "pencari sponsor", "penerima sponsor", atau "sponsor" itu sendiri. Orang yang rindu memenuhi panggilan Tuhan, namun tidak ada biaya serta terpaksa mencari bantuan dari luar disebut "pencari sponsor". Ia lalu akan menjadi "penerima sponsor" bila sudah mendapat seorang "sponsor", istilah untuk orang yang rindu melayani Tuhan tetapi waktu tidak mengijinkannya. (Aku harus berkata banyak orang yang memberikan waktu sepenuhnya untuk Tuhan dan masih juga memberikan uangnya -- hanya satu kata untuk mereka ini, 'ancungan jempol').
Tidak ada yang salah, semuanya saling menguntungkan. Tidak ada yang dirugikan. Pencari dan penerima sponsor bisa kuliah karena sebagai hamba Tuhan ia layak menerimanya. Pemberi sponsor juga bisa merasa tenang, apalagi kalau sudah merasa telah memberi dengan suka rela.
Aku melihatnya di depan kampusku.
Selama ini, dalam pikiran orang kampung yang baru datang dari kampung terpencil seperti aku ini, orang yang mau sekolah teologia tidak terlalu peduli dengan masalah penampilan maupun keuangan. Ternyata salah, banyak dari antara mereka sangat peduli penampilan. Kami yang menurut mereka sedang mempelajari ilmu sekuler punya ejeken untuk ini, "Lipatan celana kalian terlalu licin dan tajam, sehingga bisa mengiris daging." Lalu, untuk masalah yang cukup peka -- uang, mereka kembali membuktikan bahwa Tuhan itu miskin. Sedangkan untuk urusan teknologi, status sosial sponsor bisa dilihat dari seri handphone yang digenggam seorang mahasiswa penerima sponsor.
Aku hanyalah orang tidak tahu diri yang tidak punya cermin di kamar, sehingga kadang-kadang hanya bisa melihat kesenjangan teologia di depan kampus. Kadang-kadang hanya mendengar gosip tentang orang yang datang dari kampung dalam segala kepolosannya, kepolosan terhadap istilah melayani Tuhan. Bagaimana ia belajar bahwa melayani Tuhan kadang-kadang berarti harus minum air putih ketika teman lain hanya kehabisan pulsa.
Kadang-kadang bertanya mengapa ada kesenjangan ini. Mungkinkah ini cara Tuhan menunjukkan mana yang benar-benar datang untuk mengasihi-Nya serta mana yang datang karena tidak ada lagi tempat yang lebih baik, atau karena melihat bahwa sekolah teologia itu murah serta ada sponsornya? Dari atas mungkin Tuhan bisa melihat bedanya dengan mudah, karena pada akhir bulan, satu orang kehabisan pulsa dan satunya hanya minum air putih.
Jangan terlalu dipikirkan, aku hanya jengkel dengan kata "sekuler" yang diucapkan oleh orang yang mengagungkan kata teologia. Namun, aku mengancungkan jempol buat orang yang telah memberikan dan menyerahkan segalanya untuk Dia. -- Aku tidak akan pernah bisa seperti mereka.
- anakpatirsa's blog
- 8700 reads
Pemegang Saham Gereja
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Jangan menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa
Keluaran 23:15
(15) Hari raya Roti Tidak Beragi haruslah kaupelihara; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam bulan Abib, sebab dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir, tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa.
Keluaran 34:20
(20) Tetapi anak yang lahir terdahulu dari keledai haruslah kautebus dengan seekor domba; jika tidak kautebus, haruslah kaupatahkan batang lehernya. Setiap yang sulung dari antara anak-anakmu haruslah kautebus, dan janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa.
Ulangan 16:16
(16) Tiga kali setahun setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun. Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa,
"Sejak hari itu saya tidak pernah lagi mengisi kantong kolekte".
Tindakan kamu ini sudah melanggar Firman sebab Firman berkata jangan menghadap hadirat Tuhan dengan tangan hampa.
Karena Tangannya Hampa
Samuel Franklyn, banyak orang yang tidak berani menghadap hadirat Tuhan, karena selain tangan mereka hampa, mereka juga mengharapkan pertolongan.
Tadinya saya bertanya-tanya kenapa hal demikian bisa terjadi? Sekarang saya memahaminya, karena ada orang-orang yang mengajarkannya. Terima kasih!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Apakah mereka orang benar?
Psa 37:25-26
(25) Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;
(26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.
Ayat diatas bohong ya menurut kamu?
Air mata jemaat
Temanku itu memandangku heran lalu pergi meninggalkanku tanpa pamit. Sejak hari itu saya tidak pernah lagi mengisi kantong kolekte.
Wah, hai hai ekstrim sekali nih…
Berarti kalau hai hai ke gereja, terus kantong kolekte diedarkan, berarti hai hai diam saja ya…atau jangan-jangan hai hai tidak pergi ke gereja lagi ya…
Sebagai keluarga hamba Tuhan, sejak kecil saya sudah dididik ama papa bahwa apa yang kami punyai baik barang-barang, makanan, itu semua adalah air mata jemaat. Jadi papa mengajarkan kepada kami untuk mempergunakan semuanya dengan sebaik-baiknya karena kami bertanggung jawab kepada Tuhan dan kepada jemaat.
Dan ketika kami beranjak dewasa, kami yang sudah menikah dan mandiri, ajaran papa sudah berakar kuat dalam perilaku kami, Sehingga saya juga melihat kakak-kakak yang diberkati oleh Tuhan tapi mereka mempergunakan “berkat” tersebut dengan bijaksana. Tidak berfoya-foya, tidak sok bergaya hidup mewah. Puji Tuhan.
Ada salah satu hamba Tuhan di kota Semarang ketika saya lihat video clip-nya di Youtube, yang ditampilkan pertama kali adalah mobilnya yang sedang memasuki kawasan gerejanya. Dan kebetulan yang di-shoot adalah logo mobilnya yang cck…cck…
Kemudian beliau keluar dari mobil tersebut dan memberikan salam.
Yang saya pikirkan, kayaknya pendeta itu enak ya…kagak ada hai hai yang berkomentar he…he…
Ketika kota kami mengalami kemajuan yang pesat, jemaat juga secara ekonomi mengalami peningkatan. Ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998, di kota kami malah terjadi kelimpahan dengan nilai dolar yang begitu tinggi. Nah, ketika jemaat secara ekonomi mengalami peningkatan, otomatis juga ekonomi kami keluarga si pendeta juga ngalami peningkatan. Sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan. Tapi Tuhan ijinkan ada ujian datang sehingga kami tidak terlena oleh materi. Cukup berat ujiannya, tapi kalau kami bisa melewati ujian itu, itu semua hanya karena anugerah Tuhan.
Pernah dengar “money laundry” dalam gereja ngga?
Saya pernah baca artikel yang membahas masalah ini di salah satu majalah rohani.
GOD IS LOVE
GOD IS LOVE
hai hai diam Saja
Benar Kristi, ketika kantong kolekte diedarkan kepada saya, aya akan mengambilnya lalu meneruskannya kepada orang yang ada di sebelah saya. Bila kantong kolekte disodorkan kepada saya maka saya akan mempersilahkannya untuk diteruskan kepada orang di sebelahku.
Memang benar, banyak orang yang memandangku aneh, namun saya akan membalas tatapan mereka lalu mengangguk ramah. Tidak memberi kolekte, So What?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Tetap memandang BAPA
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Telak deh!
Ha.. ha.. ha...
Dasar anakpatirsa
dua mobil
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa
to : hai
Ada pandangan bahwa bila kita memberikan sesuatu ke gereja ,atau kemana pun itu karena:
-Kita mengasihi Allah
-Karena Allah telah terlebih dahulu memberikannya kepada kita.
saya lebih suka istilah mengembalikan dari pada memberikan dan yang terpenting adalah motivasinya.
Temanku itu memandangku heran lalu pergi meninggalkanku tanpa pamit. Sejak hari itu saya tidak pernah lagi mengisi kantong kolekte
saya yakin kamu tau bahwa kalimat ini akan memicu banyak pertanyaan....
jadi yang membuat hai-hai tidak mengisi kantong kolekte karena teman kamu itu ya ? wah teman kamu itu memang hebat....
atau ada sebab lain ?
peace
Teman Saya Memang Hebat
Kairos, teman saya memang hebat. Dalam satu kali pertemuan yang tidak disengaja dia langsung membuat saya memahami, kemana mengalirnya uang kolekte dan untuk apa uang itu digunakan? Benar untuk kemuliaan Allah! Dan kemuliaan Allah itu diwujudkan dalam bentuk rumah dan mobil mewah serta hidup mewah para pemegang saham gereja.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
to ; hai lagi
hai, saya juga tidak suka dengan pendeta yang memakai uang persembahan jemaat untuk bermewah-mewah,tapi kamu tidak bisa menggeneralisir seolah-olah semua seperti itu,kecuali kamu sudah mengadakan riset .
saya kenal seorang pendeta yang mempunyai jemaat yang banyak ,gereja nya mempunyai aset yang besar ,tapi kemana-mana naik kijang lama ,rumahnya dijual untuk menambah dana membangun gereja,yang hidupnya tetap sederhana.
saya juga kenal seorang pendeta yang juga bekerja ,tidak pernah mengambil kolekte,tidak pernah mengambil perpuluhan,dan banyak membantu kebutuhan gereja/diakonia dari duit pribadinya.
peace
memberi persembahan (to hai hai)
Motivasi Tanpa Bijaksana
Mase, dalam hal memberi saya percaya, MOTIVASI yang benar tanpa BIJAKSANA itu seperti mengalungkan mutiara ke leher babi, hasilnya adalah sia-sia.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
mengalungkan mutiara keleher babi" . . . .
Dear Hai-hai,
Motivasi yang benar tanpa bijaksana seperti mengalungkan mutiara keleher babi"
Kayaknya kamu agak ekstrim deh, dulu waktu ibuku masih hidup, aku pernah memberinya uang, ketika kutanya untuk apa uang itu? Ibuku mengatakan untuk pisungsung (persembahan), lalu kujawab seenaknya(maklum masih muda).... laaah paling dipake sama majelis2 di gereja untuk hal2 yang nggak keruanan.
Ibu menegurku katanya kalau memberi tidak usah berpikir mau dikemanakan uangnya, biarkan Tuhan yang berperkara dengan orang tersebut, kita tak punya wewenang lagi.
Kemaren saya dapat imel dari teman tentang
Seorang raja membangun katedral, namun tidak menghendaki siapa pun memberikan sumbangan. Ia ingin dikenang sebagai pembangun tunggal katedral itu. Begitulah. Katedral itu berdiri dengan sebuah plakat yang menyatakan bahwa sang raja adalah pembangunnya. Namun, suatu malam sang raja bermimpi. Seorang malaikat menghapus plakat itu dan menuliskan nama seorang janda miskin untuk mengganti namanya. Mimpi itu terulang dua kali. Saat terbangun, raja segera memerintahkan agar janda itu dipanggil untuk memberikan penjelasan. Dengan gemetar janda itu berkata,
“Paduka, hamba sangat mengasihi Tuhan dan sangat ingin terlibat dalam pembangunan katedral ini. Namun, karena rakyat dilarang memberi bantuan apa pun, saya hanya menyediakan jerami untuk kuda yang mengangkut batu-batuan.”
Kisah di atas menggambarkan motivasi orang dalam memberikan persembahan. Ada yang memberi demi unjuk kedermawanan, agar tidak disebut orang kaya yang kikir. Ada pula yang memberi supaya dapat mengontrol gereja dan hamba Tuhan. Orang-orang seperti itu, menurut Yesus, sudah menerima upahnya.
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Matius 6:4)
Bukan soal balas membalas ya, karena kita sudah diselamatkan, tapi tidak memberi karena sikap seseorang/organisasi yang jadi alasan rasanya gak perlu dipermasalahkan lho mas.
Dalam hal memberi kita tidak punya pilihan tapi kewajiban, memang sih kalau kita kasi perpuluhan gede2 sementara menutup mata terhadap saudara yang menderita ya agak keterlaluan, ntar malah jadi orang Farisi. Met hr Mggu"
Salam"
Tuhan tahu yg terselubung
Ketika saya mensponsori seseorang, saya sadar tak ada laporan hasil kerja atau laporan perkembangan apa yang ia telah kerjakan pada saya dalam bentuk bulanan, tribulanan, smester apalagi tahunan.
Saya tetap mendisiplin diri saya untuk menjadi sponsor setia walau ada gunjingan dan info tak sedap saya dengar. Biar dibilang dungu juga terserah.
Sekali komitmen, saya pegang komitment itu.
Terkadang ketika ada acara besar seperti Natal atau paskah, atau ulang tahun apalah, banyak undangan untuk menghadiri acara. Mereka memperlakukan saya begitu hormat membuat saya ga pantes berada disana. Kesempatan tsb mereka pergunakan sebagai cara mereka berterimakasih atau menghormati apa yang saya telah lakukan. Ini menurut saya salah kaprah.
Anak Partisa, pijem kalimatnya yah.....
"Lipatan celana kalian terlalu licin dan tajam, sehingga bisa mengiris daging." Kalimat yg saya dengar sih lebih parah dari kalimat ini, ga baik ditulis disini. Mungkin sekuler lebih transparan. Namun Tuhan tahu yang terselubung.
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
mengasihi tanpa syarat
Sering saya melihat peminta-minta di perempatan jalan: ada yang cacat, ada yang sudah manula dan ada juga ibu-ibu sambil menggendong bayi kecil. Sering kali saya mendapati nasihat dari teman-teman saya "gak usah dikasih, cuekin aja.... mereka kan cuman pura pura" atau "ibu itu menyewa bayi buat modal minta-minta, biar banyak orang yang iba" dan lain sebagainya.
Nasehat teman saya ada benarnya juga. Sehingga sejak saat itu saya tidak lagi memberi sedekah buat orang orang seperti itu. Namun suatu ketika saya berpikir lain, kalau peminta-minta itu memang cacat dan butuh uang untuk hidup sehari-hari bagaimana? Kalau ibu-ibu itu meminta sedekah buat membeli susu bayinya bagaimana? Siapa yang tahu?
Dan kemudian, saya tidak lagi berpikiran seperti itu. Apa yang saya beri adalah karena saya ingin memberi, mereka telah mengetuk hati saya untuk memberi, tidak perduli apakah mereka hanya berpura-pura, tidak perduli apakah mereka malas bekerja dan lebih memilih berprofesi sebagai peminta-minta.
Kasihilah tanpa syarat, kasihilah sampai kau merasa sakit.
Mario Bross
Peminta-minta bawa anak di jalanan
Ibu peminta-minta di tengah jalan akan saya omeli ketika ia menggendong anak balita bersamanya
Memberinya uang bukan cara baik mengasihi mereka.
Tujuh juta alasan akan saya berikan mengapa saya akan mengomeli ibu peminta-minta itu.
Tujuh juta alasan itu merupakan bentuk saya mengasihi mereka (bukan hanya ibu dan anaknya bankan juga denga bapaknya kalo emang ada).
Humanisme bukan berarti denonhumanisme
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
sedekah....
Apakah itu Kisah Nyata?
Nis, Lu yakin bahwa kisah itu adalah kisah nyata yang memang terjadi di malang? Bila itu bukan kisah nyata, maka percuma mendiskusikannya. Namun saya ragu bahwa itu adalah kisah nyata.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
renungan aja....
Bukan Kisah Nyata?
Den, menurut gua kalau itu hanya cerita fiktif, percuma didiskusikan karena tidak akan menghasilkan apapun. Itu sama aja misalnya mendiskusikan ajaran-ajaran Alkitab berdasarkan cerita Harry Potter. Heboh tapi nggak nyata.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Reality Show : JAM
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jika saya diposisi mereka
Jika saya diposisi mereka, saya akan:
1. Jadi pembantu rumah tangga, anak ikut saya atau titip panti asuhan.
2. Percaya Tuhan akan beri lebih dari pada gopean, ribuan atau makanan yang mereka berikan lewat jendela mobil diiringi asap knalpot.
3. Kalaupun ga ada pilihan, gw akan pilih tidak berada di perempatan jalan lampu merah bersama anak balita. Baik itu anak gw atau anak orang lain.
Makasih JF, masih banyak sifat Allah Bapa yang harus gw ketahui. Apa yang diketahui oleh Naomi tentang Allah Bapa dan sifatnya, beda dengan apa yang diketahui Ayub tentang sifat Allah Bapa yang sama.
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Percuma Berandai-andai
What You See Is Not What You Get!
Anda pernah mendengar berita penggusuran rumah-rumah di bawah kolong jembatan layang di Jembatan Tiga dan Pluit Jakarta Utara? Ketika membacanya di mas media, mendengarnya di radio dan menontonya di televisi, apakah anda merasa kasihan kepada mereka?
Beberapa orang teman saya adalah korban penggusuran itu. apa yang terjadi pada mereka setelah penggusuran itu? Mereka membeli rumah yang harganya ratusan juta lalu menempatinya. Mustahil? Tidak, sebab itulah kenyataannya.
Anda tahu penghasilan tukang minta-minta di lampu merah? Anda tahu penghasilan tukang copet anak-anak jalanan? Anda tahu penghasilan seorang pelacur? Untuk memahami kehidupan mereka sepenuhnya, anda tidak bisa berandai andai atau menilai berdasarkan yang nampak. Anda harus memahaminya sepenuhnya.
Nongkronglah di lampu merah seperti mereka, mengemis atau ngamenlah seperti mereka dan ngobrollah dengan mereka, datangi tempat tinggalnya, datangi kampungnya bila perlu. Saya yakin anda akan melihat apa yang tidak terlihat selama ini.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
lagi: peminta minta
Teman saya pernah bercerita kepada saya kalau dia pernah menawarkan sebuah pekerjaan kepada seorang peminta-minta. Teman saya itu seorang sales minuman suplemen. Dia menerangkan kepada peminta-minta itu kalau dia mau menjual produk tersebut, dia akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 15.000 per hari. Namun peminta-minta itu menolak dengan alasan, dia lebih memilih menjadi peminta-minta karena sehari dia bisa mendapatkan paling tidak Rp. 35.000 hanya dengan berjalan mondar-mandir di sekitar lampu merah dibanding kalau dia menjual produk minuman tersebut yang harus berjalan berkeliling lebih jauh sekedar mencari pembeli, dan hanya mendapatkan uang yang lebih sedikit daripada kalau dia menjadi peminta-minta.
Pertanyaannya sekarang, apakah kita tidak usah memberi sedekah kepada orang-orang seperti mereka karena penghasilan mereka yang sudah lumayan besar? Dan satu lagi untuk Ko Hai Hai, saya tidak yakin kalau salah satu alasan anda tidak mengisi kantong kolekte karena gereja sudah kaya atau sudah banyak orang yang berkolekte, jadi Ko Hai Hai tidak perlu berkolekte. Tolong, pastikan kalau hal ini tidak benar.
Bagi saya pribadi, intinya adalah: KASIH TANPA SYARAT.
Damai Kristus
Mario Bross
Tidak Kolekte Karena
Mario Bross, saya tidak memberi kolekte karena menyadari kemana uang itu akan mengalir dan untuk apa uang itu digunakan.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
cepek aja ..banyak comment
Setahun yang lalu di Solo hampir setiap perempatan (stop-an) selalu ada pengemis (meski skrg sudah berkurang).
Ada bapak2 bawa icik2, ada remaja bawa gitar, ada anak2 kecil dekil..ada ibu yang bawa bayi bahkan sambil menyusuinya (Paling Nyebelin), ... setiap kali melihat mereka saya selalu komentar bla...bla... bisa 5 menit setiap perempatan... he..he.. bahkan kalau anak2 selalu aku wawancara kok tidak sekolah dll....
Berbeda dengan suami saya,.. tanpa komentar selalu memberi kepada mereka.. apabila tidak ada uang receh.. dia bilang sory tidak ada uang receh.. kalau ada anak2 pemuda tanggung yang marah bila tidak diberi dia akan buka pintu mobil.. turun dan dengan nekad akan marahin anak itu...
Katanya kasihan mereka.. lha wong mau mendapat cepek (100) aja mesti dengerin ceramah + sungut2 dulu...
Sampai sekarang ... suami saya tetap memberi bila ada recehan.. dan saya tetap tidak kasih uang ke mereka, kalau ada makanan di mobil selalu saya bagikan untuk anaknya....
tapi baik suami maupun saya sekarang tidak pernah komentar tentang mereka... cepek... aja kok banyak koment
@erick : jgn keraskan hatimu
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Apakah hai2 bertangan hampa atau munafik
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Hai hai orang tidak percaya
Hai hai kan orang tidak percaya. Dia tidak percaya bahwa Allah sanggup memelihara orang-orang yang mau datang beribadah kepadaNya. Bukan berarti nggak ada orang miskin diantara umat Tuhan. Diantara umat Tuhan yang beribadah tetap ada orang miskin.
Mat 26:11
(11) Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.
Tapi fakta Firman juga bahwa semiskin-miskinnya umat Tuhan maka kebutuhan makan dan minum mereka tetap dijamin Tuhan. Jadi tangan mereka tidak pernah hampa.
Psa 37:25-26
(25) Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;
(26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.
Kalau seseorang masih mau dan mampu bekerja maka tangannya tidak akan hampa. Lalu bagaimana mereka yang tertimpa kemalangan? Itu urusan keluarga mereka.
1 Timotiusi 5:8
(8) Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.
Datang Dengan Tangan Hampa
Pertama Kali ke Gereja, saat itu saya duduk di kelas dua SD. Saya dan adik-adik saya sekolah di sekolah Kristen. Kami ke sekolah minggu karena menyangka itu kewajiban kami. Lalu kami ke sekolah minggu karena cerita-ceritanya yang seru dan setelah sekolah minggu kami bisa mampir di rumah seorang teman untuk nonton TV, saya masih ingat, Film kesukaanku adalah Tarzan.
Saat itu kami tidak mendapat uang jajan, itu sebabnya kami tidak memberi kolekte karena tidak ada uang untuk diberikan. Karena tidak memberi kolekte maka kami menjadi bahan ejekan teman-teman. Kami tetap ke sekolah minggu karena menganggap itu kewajiban.
Suatu hari kami mendapat uang jajan setiap hari, besarnya lima rupiah, saat itu cukup untuk membeli dua buah kue oncom atau misro. Pada saat itu harga satu mangkok baso tanpa baso 15 rupiah, dengan 2 butir baso harganya 25 rupiah.
Kami tetap ke gereja walau tahu itu bukan kewajiban, namun karena kesempatan untuk mampir dan nonton TV di rumah teman serta lepas dari kewajiban untuk membantu orang tua kami bekerja di rumah. Kami tidak memberi kolekte namun sejak lama kami sudah tahu cara membebaskan diri dari ejekan teman-teman. Kami merogoh kantong lalu memasukkan tangan kosong yang tergenggam ke dalam kantong kolekte dengan penuh keyakinan.
Di SMA saya menjadi orang Kristen murni. Namun sebagai anak Kost, uang kiriman bulananku sangat minim. Paling hebat saat itu saya hanya mampu memberi uang kolekte 25 rupiah hingga 50 rupiah, maksimal 100 rupiah. Saat itu harga satu piring nasi soto harganya 75 rupiah. Ketika tidak punya uang untuk kolekte namun takut pandangan aneh dari jemaat yang lain, maka jurus lama kembali digunakan. Merogoh kantong lalu memasukan tangan kosong tergenggam ke kantong kolekte dalam-dalam dengan penuh keyakinan. Hal itu sering terjadi selama 2 tahun hingga akhirnya saya menyadari bahwa uang kolekte bukan uang GENGSI. Jadi, bila harus memilih makan atau kolekte, maka saya akan memilih makan dan tidak memasukkan kepalan kosong ke dalam kantong kolekte namun menerima semua tatapan aneh itu dengan penuh keyakinan.
Ada teman-teman yang lebih miskin, mereka memasukkan kepalan kosong ke dalam kantong kolekte lalu menarik tangannya yang terisi. Mereka melakukannya karena terpaksa, mereka melakukannya setelah berdoa, minta uang kepada Allah.
Samuel Franklyn, saya tidak tahu apakah di gereja kamu ada orang-orang seperti saya dulu, tidak punya cukup uang untuk diberikan kepada Allah, namun tidak berani memasukkan kepalan kosong ke kantong kolekter lalu memilih untuk tidak ke gereja. Di gereja saya, orang-orang demikian masih ada.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Saya memilih tidak datang
kebiasaan yang unik....
lucu juga yah, nggak dateng gereja hanya karena ga bisa ngasih kolekte :)
kalo gue sih, andai ga punya duit, at least gue dateng ke gereja buat nengok Si Pacar dan sekedar say hi. kalo emang lagi kere, apa mau dikata. yang penting nyetor muka aja dulu :D
well, itu pun cuma sekali2, soalnya gue banyak malesnya buat jalan ke gedung gereja (yang terdekat sekalipun).
Bukan kebiasaan
Saat ini umur saya hampir 40 tahun dan saya sudah dibiasakan pergi ke gereja oleh ibu saya sejak berumur 10 tahun. Saya tidak ke gereja karena nggak punya uang itu bisa dibilang dibawah 10 kali. Itu pun waktu saya kecil karena pernah terjadi ayah saya menganggur dan beban ekonomi dipikul ibu saya. Sesudah saya bisa bekerja sendiri sejak 1992 maka Tuhan memberkati sehingga saya tidak pernah tidak pergi ke gereja karena nggak punya uang. Normalnya saat ini saya tidak gereja biasanya karena saya sakit.
kolekte
Ko Hai hai, kenapa anda tidak pergi ke gereja lain saja yang mungkin tidak sama dengan gereja yang biasa anda kunjungi? Atau Ko Hai hai berpendapat kalau semua gereja seperti itu?
Kalau memang demikian, saya setuju dengan Ko Hai hai, buat apa memberi kolekte kalau toh hati kita tidak rela.
Damai Kristus
Mario Bross
Saya Pikir 1 April
Mario Bross dan handai taulan sekalian, saya pikir hari ini tanggal 1 april, ternyata sudah tanggal 11 April ya?
Kalimat di dalam komentar saya, "Sejak hari itu saya tidak pernah lagi mengisi kantong kolekte." lengkapnya berbunyi:
Sejak hari itu saya tidak pernah lagi mengisi kantong kolekte gereja yang pendetanya merangkap PEMEGANG SAHAM gereja itu.
Mario Bross, di gereja saya, GKI siliwangi pendetanya hanya Karyawan Allah, juga di gereja-gereja lain yang pendetanya hanya karyawan Allah, saya tentu memberi kolekte karena tahu uang Allah itu akan dikelola dengan baik.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
saya setuju dgn bang
info
Pendeta Adalah Hamba Allah
Saudara pengunjung, tentang kehidupan para hamba Tuhan itu memang masih banyak hal yang harus didiskusikan. Para hamba Tuhan yang merangkap pemegang saham hidup berkelimpahan karena "USAHA" mereka besar dan menguntungkan karena pangsa pasarnya kebanyakan orang-orang berada. Namun banyak juga hamba Tuhan yang hanya karyawan hidup miskin bahkan kekurangan.
Sudah banyak gereja yang melakukannya, namun banyak juga gereja yang tidak melakukannya. Keuangan gereja harus dikelola secara terbuka demokrasi dan profesional, bahkan laporan keuangan gereja harus diaudit.
Dalam masalah keuangan para hamba Tuhan, para pelayan Tuhan, para karyawan lembaga-lembaga Kristen, selama ini kebanyakan orang Kristen PURA-PURA tidak tahu dan TIDAK MAU tahu. Kebanyakan kita menutup mata dengan saling menghembuskan PEPESAN KOSONG, "Allah kita maha kaya, Allah akan cukupkan, Ini pelayanan, anda melayani Allah, Allah akan buka jalan!"
Saya belum pernah mendengar kesaksian uang yang jatuh dari langit, juga tidak pernah dengar cerita kertas yang berubah jadi uang atau pohon belimbing yang daunnya tiba-tiba berubah jadi uang, atau uang dua ribu lima ratus yang berlipat ganda menjadi uang dua setengah karung.
Ada sebuah cerita tentang seorang pendeta yang hidup kekurangan. Karena putus asa selama ini berdoa, maka dia lalu menulis surat kepada Tuhan. Kepada Allah di surga, itulah yang tertulis di amplopnya.
Para petugas pos kebingungan dengan surat itu, sebab walaupun tahun Tuhan tinggal di surga namun mereka tidak tahu surga itu letaknya di mana? akhirnya mereka sepakat untuk membuka surat itu guna melihat apa yang ditulis di dalam surat itu. Di dalam surat itu tertulis,
Bapa Di surga, sudah 2 minggu aku dan istri serta kedua anak kami berdoa namun mujizat tidak terjadi jua sementara sudah 3 hari kami hanya mampu makan bubur sekali sehari. Bila mujizat tidak terjadi juga, maka kami akan mulai puasa tiga hari lagi karena tidak ada lagi beras yang dapat dimasak. Aku percaya Engkau maha kaya Allah dan kami percaya engkau pasti menjawab doa kami, mujizat pasti terjadi. Hormat kami, Pdt. hai hai (bukan nama sebenarnya)
Para pegawai pos sangat terharu setelah membaca surat itu, mereka juga tergerak melihat iman pendeta itu. Satu persatu mereka merogoh kantong lalu meletakkannya di atas meja. Terkumpullah uang sejumlah 1 jt rupiah. Mereka lalu mengirimkannya kepada pendeta itu lewat kantor pos.
Sebulan kemudian para petugas kantor pos itu kembali menemukan surat yang dialamatkan kepada Allah di surga. Kali ini tanpa banyak diskusi mereka langsung membukanya untuk melihat apa kesulitan yang dihadapi oleh si pendeta penuh iman itu. Mereka membaca, surat itu dimulai dengan memuji-muji kebesaran dan kuasa Allah lalu diikuti ucapan syukur karena mujizat yang terjadi sehingga keluarga pendeta itu tidak kelaparan. surat itu lalu dilanjutkan dengan menceritakan kondisi dinding rumah hampir roboh dan perkiraan biaya perbaikannya. Surat itu diakhiri dengan penuh iman dan keyakinan bahwa Allah yang maha kaya pasti mampu melakukan mujizat, menyediakan uang tepat pada waktunya dengan jumlah yang cukup bahkan lebih.
Para pegawai pos itu sangat terharu membaca surat itu dan merasa mendapat berkat karena melihat kehebatan iman pendeta miskin itu. Ketika hendak merogoh kantong tiba-tiba surat yang tergeletak di meja itu tertiup angin sehingga nampaklah tulisan dibaliknya. di situ tertulis:
NB.
Allah yang baik, sebaiknya uangnya jangan dikirim lewat pos tercatat karena biaya yang mereka bebankan sangat tinggi. Untuk kiriman uang 1 juta mereka memungut biaya 50 ribu rupiah dan pajak 5 ribu rupiah.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
he..he... ko hai2..mo
he..he...
ko hai2..mo nanya ,mang teman kuliahnya yg jd pendeta kaya itu ga pernah bayar pajak ya??
GBU
Ha ...? Bayar Pajak?
Wah, saudara pengunjung, jangankan pajak, perpuluhan saya dia tidak pernah!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
om hai2 maksud anda
om hai2 maksud anda perpuluhan saja dia tidak pernah??
ha..ha..ha..
kalo emang gitu pantas saja anda......
ehm....sebetulnya pendeta kena PPh gak sich??om hai2...menrut anda..?
Jangankan Pajak, Perpuluhan Pun Tidak
Benar, teman saya itu tidak memberi perpuluhan, sebenarnya dalam diskusi itu hal itu dibahas juga, saat itu dia tanya kepada saya, "orang-orang Lewi ngasih perpuluhan ke siapa?" lebih lanjut dia menjelaskan struktur organisasi gereja yang dia pimpin. Dia membinanya sendiri, dari persekutuan di rumah, lalu menyewa tempat, semua uang kelola sendiri, semua uang dia adalah uang Tuhan. Rumah dan mobil mahal hanya untuk membuktikan bahwa Tuhan itu baik, rumah dan mobil itu milik Allah, dia hanya menggunakannya saja. Jadi kalau dia memberi perpuluhan maka jatuhnya ke dia dia juga, kecuali dia membrikannya ke Melkisedek. Waktu saya menyinggung masalah pajak dia bilang, dia tidak punya nomor NPWP jadi nggak bisa bayar pajak.
Terus terang saya memang benar-benar marah padanya saat itu. Kami bertemu di loby rumah sakit setelah saya selesai memasukkan deposito ke kasir, saat itu salah satu adik perempuan saya sedang dirawat karena penyakit Lupus (LSE) kondisinya benar-benar gawat, 1 hari cuci darah 2 kali karena ginjalnya hampir tidak berfungsi sama sekali. Dia tahu kisah adik saya itu sebab sejak sama-sama kuliah adik saya sudah sakit LSE dan saya sering minta tolong teman-teman mendoakannya.
Ketika bertemu dia tanya dan saya jawab kenapa saya ada di situ. dia juga cerita bahwa dia datang untuk menjenguk temannya, seorang wanita, majelis dari sebuah gereja Ngeroh besar di Jakarta. Ternyata temannya itu satu kamar dengan adik saya. Dia lalu mengajak saya ke kantin dan kami ngobrol sambil makan dan minum. Dia ngeloyor pergi begitu saja sedangkan saat itu uang di kantong saya kurang dari 20 ribu, nggak cukup untuk bayar makanan dan minuman kami, bilapun kantin itu menerima kartu kredit, saat itu kartu kredit saya sudah penuh untuk deposito rumah sakit itu yang argonya argo kuda. Saya terpaksa nongkrong hampir 1 jam di kantin itu menunggu adik saya muncul untuk membayar apa yang kami makan dan minum, sebenarnya saya hanya minum, dia makan dan minum.
Dia pergi begitu saja tanpa menjenguk adik saya padahal saya sudah cerita adik saya takkan tertolong lagi, dia hanya perlu mengambil keputusan untuk bertarung atau pergi ke negeri di seberang langit biru.
Saudara pengunjung, teman saya itu dulunya adalah orang yang baik dan rendah hati. Ketika kuliah dia sering pinjam motor saya untuk apel atau pergi dengan pacarnya. Waktu kerja dia adalah seorang Karyawan yang jujur dan berdedikasi. Namun setelah menjadi pendeta sekaligus pemegang saham gerejanya dia berubah. Saya kecewa, sungguh-sungguh kecewa!
Mari kita lupakan kisah itu!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
hem... yup saya
hem...
yup saya sepenuhnya paham akan perasaan anda..
hahaha...pintar sekali teman anda menjadikan Allah sbg kambing hitam.
pendeta macam apa itu....
ngomong2 jangan2 anda tukang pajak ya....
gbu
Saya Sarjana Akuntansi
Saudara pengunjung, saya sarjana akuntansi, mustahil nggak ngerti pajak. soal teman saya itu, biarlah dia hidup dengan cara hidup yang dia pilih. Bila jalan hidupnya salah dan hingga kini belum menerima hukuman dari Allah, maka itu tidak berarti Allah tidak tahu! Waktunya saja yang belum tiba.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
hahaha... jadi saya salah
hahaha...
jadi saya salah ya...
saya pikir anda orang yg ngurus pajak tapi saya salah..maaf ya..
heheehe..memang no body perfect...
setuju kan....
gw ga kolekte jg
terbaik ???
Dear Caca,
Saya juga melakukan hal yang sama dengan anda.. .. meski di gereja kami keuangannya dilaporkan sangat transparan bahkan ada audit BPK segala.. hanya seringkali saya perhatikan keluhan dari komisi2 yang mengeluh sulit meminta anggaran dari gereja… dan kalau diperhatikan hanya sekitar 20% yang diperuntukkan persekutuan, pembinaan dan kesaksian pelayanan sedangkan 80% sisanya untuk biaya2 rutin perawatan gedung dan kesejahteraan pengerja dan karyawan…
Maka-nya seringkali kalau persembahan selalu saya masukan amplop dengan tulisan peruntukan yang jelas.. missal untuk komisi anak/remaja atau untuk bencana alam dll..
Suatu hari sebelum kebaktian saya bercerita keadaan gereja kepada suami saya sambil memberinya amplop untuk ditulis peruntukannya terserah dia …. mau persembahan bagaimana….
Eee.. amplop dikembalikan suami saya seraya berkata.. biarkan saya memberi persembahan yang terbaik untuk tuhanku dan kamu berikan juga yang terbaik untuk tuhanmu…
Sampai sekarang kami memberikan persembahan dengan cara yang berbeda sesuai yang kami anggap terbaik untuk tuhan
Bagaimana dengan para blogger???
BAGUS, KENAPA GAK DICERITAIN KE GEREJA
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
tapi jika anda menabur
tapi jika anda menabur untuk hal2 yg tidak jelas mengalirnya.
yg mugkin saja apa yg anda tabur sepenuhnya mengalir pada pemilik gereja/pemegang saham.
apakah hal tsb bukankah akan membuat orang yg tadinya tulus membangun rumah Tuhan menjadi lupa diri/sesat?
aku dulu mikir berkali2 untuk kasih persembahan perpuluhan tetapi sekarang lain karena kasih karunia Tuhan telah turun atasku sehingga dengan hati yang tulus aku memberikan persembahan menurut apa yang Tuhan wajibkan bagiku.
tetapi apa jadinya,jika hati kita yg tulus hanya akan membuat orang menjadi lupa diri/sesat??
ha..ha..ha.. tetapi gimana jadinya ya, jikalau semua "Keuangan gereja harus dikelola secara terbuka demokrasi dan profesional, bahkan laporan keuangan gereja harus diaudit."ha..ha..ha..
mungkin semua pendeta akan selalu hidup dgn serba kekurangan spt cerita om hai2,tentang si "Pdt. hai hai (bukan nama sebenarnya)".ha..ha..
gball
kamu sendiri bagaimana?
lu sendiri gitu
lu sendiri gitu gak???
hehehehe....
kamu sendiri bagaimana?
kamu sendiri bagaimana?
Dikirimkan oleh Pengunjung
hei pengunjung, lu sendiri gimana!
Cerita aja