Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ambisi Eskrim Coklat
"Kamu memangnya nanti mao kerja apa?" tanya paman saya di meja makan. "Mau jadi peneliti di bidang teknologi" jawab saya dengan polos. Maklum, namanya juga masih muda dan polos, nggak ada salahnya bercita-cita tinggi sewaktu SMA dong?
...
"Duh, ternyata jurusan ini syusah banget yah? Ya udah, nanti ambil yang lebih gampangan aja deh. Emangnya gue mao jadi profesor?" Jawab saya ke teman, ditanya mau spesialisasi apa di tahun ketiga di masa kuliah
...
"Wah, perusahaan yang menarik dengan teknologinya yah? Saya tertarik untuk bekerja di perusahaan ini, apalagi dengan prospek yang cerah kedepannya..." ketika sedang berbasa-basi di wawancara di sebuah perusahaan. Padahal, aslinya "Aduh pak, saya udah desperate banget untuk dapet kerjaan, mesti dijilat-jilat gimana lagi sih? Saya mesti cuci piring buat kerja sambilan berapa lama lagi kalo nggak??"
...
"Yah, minimal gue sekarang ada kerjaan", kata saya dalam hati, ketika disuruh kerjaan yang membosankan dari bos.
...
"Mudah-mudahan kantin menyediakan eskrim coklat nih, ada nggak yah? ada nggak yah? ada nggak yah?", kata saya dalam hati sambil bergegas ke kantin bawah sewaktu jam makan siang
...
Begitulah perjalanan ambisi saya, sewaktu SMA sampai sekarang, kalau mau digambarkan lewat grafik:
From Sumber di sini |
Herannya, perjalanan iman kristen saya pun ketularan. Dari ambisi saya yang 'mau-merubah-dunia-sampai-mati-demi-Yesus' sampai ke 'yang-penting-guenya-selamat-deh-nggak-usah-muluk-muluk'.
Kitab pengkotbah pun sudah mencatat sindrom 'ambisi eskrim coklat' ini (yang mana saya amini ribuan kali). Penulis kitab ini tahu betul, dengan sejalannya hidup, ambisi muda kita banyak yang 'pupus'. Kaum bijak berkata, "biar yang muda jadi realistis" katanya...
"Saya heran dengan anak muda sekarang. Bukannya menjalankan ambisinya, malah puas dengan hal-hal yang sepele", ceramah seorang pendeta pengunjung di sebuah retreat pemuda. "Kok bisa yah, mau-maunya lanjut sekolah terus. Apa kuliah S1 aja nggak cukup?" lanjut pendeta ini.
Terlepas dari perdebatan baik/buruknya lanjut ke S2, saya mengangguk kepala saya waktu itu. Sepertinya jiwa muda saya (!!) kok puas yah dengan hal-hal yang 'sepele'. Kemana jiwa pemberontak saya? Bak ikan yang suka berenang bergerombol, saya maunya jadi ikan yang mengembara sendiri, dan menceritakan kehebatan petualangan saya ke ikan-ikan lainnya.
Makanya, kita semua menyukai cerita-cerita adventure bukan? Mana ada film yang laku dengan menceritakan kehidupan sehari-hari yang biasa-biasa saja? (Herannya sinetron plotot-plototan masih laku aja)
"Wahai para pemuda, nikmatilah masa mudamu. Jangan takut patah hati! Jangan takut mengembara! Jangan takut disakiti!" Lanjut pendeta itu...
"Be happy, young man, while you are young, and let your heart give you joy in the days of your youth. Follow the ways of your heart and whatever your eyes see..." Ecclesiastes 11:9
- Rusdy's blog
- Login to post comments
- 4702 reads
@rusdy, HUKUM ALAM?
Hi Rusdy...
Herannya, perjalanan iman kristen saya pun ketularan. Dari ambisi saya yang 'mau-merubah-dunia-sampai-mati-demi-Yesus' sampai ke 'yang-penting-guenya-selamat-deh-nggak-usah-muluk-muluk'.
Kitab pengkotbah pun sudah mencatat sindrom 'ambisi eskrim coklat' ini (yang mana saya amini ribuan kali). Penulis kitab ini tahu betul, dengan sejalannya hidup, ambisi muda kita banyak yang 'pupus'. Kaum bijak berkata, "biar yang muda jadi realistis" katanya...
Hal ini yang paling saya takutkan. he he he he...
Banyak orang tahu saya sangat bersemangat demi Injil dan merubah dunia. Tapi banyak pendeta terkenal yang 'kebetulan' bertemu dengan saya bilang, "Ik.... mumpung kamu masih muda dan kuat.. bermimpilah... berusahalah... karena hanya akan kamu miliki sekarang... bukan nanti "
Saya BENCI sekali dengan ucapan seperti itu Rusdy! Benarkah semua itu hanya saya miliki sekarang, dan tidak akan bertahan sampai tua?
ha ha ha ha.... itu "HUKUM ALAM" kata orang lain lagi, dan itu membuat saya bertambah ngeri
pernah sih saya tuliskan ini... tapi sayang ga dijual di SS.. kalau mau lihat ada silahkan ke warungku judulnya.. MENJADI SUAM
Perjuangan masih terus berlanjut nih... mau HUKUM ALAM ... mau ambisi es krim coklat... pokoknya harus terus berjuang. titik!
Sedikit copas tulisan...
Kepahlawanan tanpa takut akan Tuhan hanya menjadi sebuah cerita indah...
Kehebatan tanpa ketaatan pada FirmanNya hanya menjadi kenangan masa lalu....
Menjadi manusia terpilih, tanpa hidup dalam kekudusan Tuhan hanya menjadi monumen indah namun membeku dan bisu...
Karena segala sesuatu sia-sia... begitu kata Pengkotbah!
(dari blog SEKALI LAGI, by aku sendiri hi hi hi hi..)
Ayo semangat Rus.. mumpung masih muda.. ha ha ha ha...
passion for Christ, compassion for the lost
Suam2 Kuku
Rusdy, tua bukan halangan
untuk tetap bergiat bagi Tuhan. Saya kenal seorang pensiunan pendeta yang paling tidak 2 hari dalam seminggu selalu ada di rumah sakit untuk mendoakan orang sakit. Saya jengkel bila diminta mengawal tim pelawatan gereja yang berisi orang-orang tua. Jalan saja sudah susah, tapi masih saja ikut aktif. Seorang mantan guru SMA yang sudah berumur 70 tahun masih saja keluar masuk penjara. Bukan karena menjalani hukuman, tetapi untuk menghibur para narapidana dengan Alkitab yang dibawanya. Seorang teman yang sudah hampir 65 tahun ketika akan berangkat ke pedalaman Palangkaraya untuk penginjilan selama setahun saya tanya, “Kamu betul-betul mau PI atau mau mengungsi mati?”
Apakah kerentaan tubuh menghalangi bisa semangat melayani yang masih menyala?
Sebuah panti jompo di kota Solo bersebelah dengan sebuah “home industri” yang memroduksi bawang merah dan bawang putih goreng. Seorang nenek suatu ketika menemui bos pabrik ini dan minta pekerjaan. Dia bosan menganggur di panti. Dia mau merajang bawang untuk pengisi waktu. Untuk upahnya dia tidak minta uang, tetapi hasil akhir pabrik itu agar jatah makanannya lebih tasty. Bos menyetujui.
Kegiatannya kemudian diikuti oleh beberapa teman sepuhnya. Setelah sekian minggu beberapa buruh bagian merajang pindah tempat kerja di sini. Alasannya? Enak kumpul dengan para nenek ini. Mereka kerja sambil bercanda tetapi tanpa kata-kata kasar atau makian seperti di pabrik. Mereka juga senang menyanyi lagu-lagu Kristen. Walau suaranya fals tetapi syairnya menyejukkan hati. Mereka juga bisa dijadikan tempat curhat.
Sampai hari ini para nenek itu telah membuat 4 orang buruh pabrik menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka. Dan sampai hari ini saya juga masih berusaha mencari jiwa. Bukan agar kelak saya di sorga dapat jatah rumah real estate. Tetapi untuk oleh-oleh buat Tuhan Yesus kalau nanti saya dipanggil pulang. Gitu.
Salam.