Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Alkitabmu/ku
Alkitabmu bersampul kulit hitam. Kutimang ia di tanganku – ukurannya mungil nyaman kugenggam. Kuusap berkas-berkas debu yang mulai mendiami permukaannya dengan sehelai tisu. Alkitabmu yang kutahu amat kau rindukan ayat-ayatnya untuk menghibur, mengajar dan menegur ...
Alkitabkupun bersampul hitam meski ukurannya lebih besar dan selembar pelapis kain warna merah menyelimutinya. Milikmu tertulis dalam bahasa asing sementara aku lebih suka membaca dalam bahasa ibuku. Helaian kertas di Alkitabmu kaku dan rapi sementara milikku lusuh di sana sini.
Alkitabmu dan Alkitabku sama-sama tergores tinta di beberapa sudutnya. Lingkaran di angka tertentu, garis bawah dan sekedar catatan singkat. Mereka sama menemani kita berdoa, menyaksikan jatuh bangun iman kita, dan membantu menuntun kita untuk terus tumbuh di dalam Dia. Betapa tak henti kuucap syukur karena aku tahu kita telah membaca dan terpesona pada satu Buku yang sama.
Alkitabmu kembali kubuka malam ini. Maaf jika air mataku masih saja meleleh saat kuingat pintaku padamu untuk jadi teman doaku tiap hari. Kau tahu rindu itu masih saja menyesak tiap kali kuucap doa buatmu, dan entah mengapa aku masih begitu mengkhawatirkanmu walau aku percaya penuh bahwa kau, kekasihku, telah tenang dan aman dalam pelukan Bapa yang jelas-jelas bisa mencintaimu dengan lebih sempurna. Duniamupun sekarang sudah tak mengenal luka, rasa sakit, pun air mata. Seharusnya aku tahu kau telah bahagia, lalu bisakah kau jawab mengapa aku masih saja menangis?
Alkitabmu kubuka – kusandingkan ia dengan Alkitabku. Berteman sebuah buku renungan kecil, kucari di antara lembar-lembar keduanya. Kucermati ayat-ayat itu dalam bahasa asing yang sama kita pelajari dan ajarkan pada murid-murid kita, serta dalam bahasa ibu yang mengalir lembut alami. Tahukah kau? Serasa kita sedang berdoa bersama. Seolah dari ‘sana’ kau berbisik,
“Marilah berdoa bersamaku sayang.”
... maka kututup mata, kutangkupkan tangan dan mulai berdoa ...
- clara_anita's blog
- Login to post comments
- 6281 reads
^^
Ketika membaca tulisan ini, rasanya kagum dan takjub karena bahasanya yang ringan 'tuk dibaca. Kata-katanya mudah diresapi dan dibayangkan, sampai-sampai terharu :)
Gbu
N.Marvin~
@marvin: jujur
Terimakasih Marvin,
Anda terlalu memuji. Saya hanya berusaha jujur dengan apa yang saya alami dan rasakan serta kemudian menuliskannya. Karena memandamnya sendiri terkadang membuat rasa itu menjadi semakin sarat....
GBU
@marvin: jujur
Terimakasih Marvin,
Anda terlalu memuji. Saya hanya berusaha jujur dengan apa yang saya alami dan rasakan serta kemudian menuliskannya. Karena memandamnya sendiri terkadang membuat rasa itu menjadi semakin sarat....
GBU
@Marvin, Anita Memang ...
@Marvin, anita memang salah satu sastrawati yang paling indah tulisannya di SABDA Space.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
bengcu, kamu salah
"anita memang SALAH SATU sastrawati YANG PALING INDAH tulisannya di SABDA Space."
SALAH SATU berarti ada beberapa.
PALING INDAH berarti hanya ada satu.
Jadi, kalimat itu bermakna ganda (org bisa tanya, maumu apa seh?) dan bisa berkontraksi.
@Purnomo, nggak salah kok.
Paling Indah
Indah
Agak Indah
Kurang indah
Tidak Indah
Itu adalah RANKiNG yang digunakan hai hai dalam menilai PUISI. Ketika menilai puisi hai hai TIDAK membandingkan PUISI si A dan si B namun membandingkannya dengan SISTEM ranking yang saya gunakan tersebut di atas.
"anita memang SALAH SATU sastrawati YANG PALING INDAH tulisannya di SABDA Space."
Sesungguhnya saya heran kenapa anda TIDAK menulis puisi lagi? puisi anda juga termasuk salah satu yang PALING INDAH di SABDA Space.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Saya tidak lagi berpuisi
Saya tidak lagi berpuisi belakangan ini Om..
Iya ya.. baru sadar; entah kenapa belakangan kehilangan gairah untuk menulis...
PS: Saya jadi malu mendengar komentar Om Hai...; hi.. hi... sastrawati amatiran..
:)
@clara_anita, Berpuisi
nona. anda sudah menguasai ilmunya itu sebabnya puisi pun mengalir dengan sendirinya setiap kali anda menulis. nggak masalah bila saat ini masa menulis sebab itu bukan periuk nasi anda. Namun itu akan terus ada.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak