Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ada-ada Saja
Bentuknya bulat, berwarna hitam, sebesar biji jagung. Sangat manis, menempel tepat di belakang lengan pemiliknya. Terlihat seksi bagi mataku, yang sama sekali tak memilikinya.
Tanda lahir atau biasa disebut tompel, memang tak satupun hinggap di tubuhku, sehingga aku sangat manganggumi setiap tompel yang terlihat oleh mataku.
Namun tidak demikian dengan Ipung, adikku. Entah sejak kapan ia merasa risih dengan tompel yang terletak manis di belakang lengannya itu. Sehingga suatu hari ia menanyakan pendapatku, dengan maksudnya yang ingin memusnahkan tompel di lengannya itu.
Aku tak berani menentangnya terang-terangan, dengan mengatakan itu ide gila. Aku hanya bilang, bahwa aku sangat menyenangi tompelnya, karena terlihat cantik dan seandainya tompel itu milikku, aku tak akan melakukan apa yang ingin ia lakukan.
Namun, hal itu ternyata tidak mematahkan niatnya. Entah apa yang ia lakukan dengan tompel kesayangan mataku itu.
Suatu sore, sepulang dari kerja, aku melihat lengannya terikat perban. Tentu saja aku langsung bertanya, “ada apa dengan lenganmu?”, dengan sedikit cengengesan ia menjawab “hanya luka untuk menghapus tompel”. Mendengar jawaban itu, aku hanya menghela nafas, sayang sekali pikirku dalam hati.
Aku tak mengerti bagaimana ia berani melukai tangannya, demi menghilangkan tompel yang melekat di sana.
Beberapa hari aku perhatikan, luka itu belum juga sembuh, dan itu membuatku akhirnya berani mengeluarkan komentar untuk menyidirnya, “sepertinya kamu lebih senang mendapat bekas luka, dari pada tompel kecil manis itu” kataku. Tanpa menatapku, ia menjawab “seandainya tompelku tidak hilang juga, aku tidak akan kembali melakukan hal yang sama”. Mungkin luka bekas tompel itu terasa menyiksa.
Jawaban itu membuat aku kembali teringat sebuah pepatah “penyesalan selalu datang terlambat”.
Namun dapat dipastikan, melalui penyesalan tidak jarang membuahkan pelajaran berharga.
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
- ely's blog
- Login to post comments
- 4564 reads
bukan tompel tapi bekas luka
Kalo aku sih bukan tompel, tapi bekas luka.
Semuanya jadi kenangan luar biasa yang membuktikan perlindunganNya, meski jauuuuuuuuuuuuuhhhh.... sebelum aku mengenalNYA.
For to me to live is Christ, and to die is gain.
Wah.... wah... wah.... mba
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
Yang Dihati Nggak disebut?
Non, gimana dengan luka di hati, bahkan patah? Nggak ikut disebut?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@hai hai, Luka Hati
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
Pernah membaca tentang
Pernah membaca tentang seorang anak yang punya tompel di pipinya...
Saking bangganya ia, ketika temannya mengejeknya, dengan santainya dia menjawab, "Ini adalah bekas kecupan malaikat."
Wah... langsung terharu....
Apa pun adanya kita, kita tercipta indah di mataNYA
GBU
nita
jadi ingat ke sebuah lagu atau puisi ya....
ah.. saya jadi ingat sebuah lagu atau mungkin puisi, yang kata-katanya kira-kira demikian:
...... aku sudah tahu semua tahi lalat di tubuhmu....
he he he...
=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)
=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)
tanda
Sewaktu kecil pernah dapat luka di kelopak mata gara-gara "njebles" (membentur) sudut tembok. Awalnya nggak sadar kalau luka, ketika menetes darah di pipi, baru "ngeh"... Untung matanya nggak ikut terluka. Bekasnya sampai sekarang masih. Tapi kalau tompel (orang Jawa ada yang menyebut "toh"), saya kebetulan nggak punya. Yang ada cuma bekas luka sewaktu kecil dan luka sewaktu dewasa (kecelakaan maksudnya, hehehe...). Kalau luka hati..hmmm...tak terhitung, hehehe....
@pwi, Lagu tukang intip
Jika lagu atau puisinya yang berkata “aku sudah tahu semua tahi lalat di tubuhmu” sudah ada, bagaimana kalau Pak Yanto merintis blognya? Berkisah tentang kenangan waktu kecil berpura-pura jadi spion yang memata-matai “musuh” yang sedang berendam di tepi sungai waktu subuh, atau tengah malam melobangi dinding bambu untuk mengawasi “musuh” yang sedang rapat gelap.
Pasti blog itu laris manis dan akan diikuti oleh yang lain.
Salam.