Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Yang Terbesar dalam Kerajaan Sorga dan Kebahagiaan
Yang Terbesar dalam Kerajaan Sorga
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (Mat. 20:26-27)
Dasar yang digunakan untuk mengukur yang 'terbesar' dalam Kerajaan Sorga dengan yang 'terbesar' dalam Kerajaan Dunia sangat berbeda, sehingga orang yang masih berpikiran duniawi tidak dapat mengerti dan tidak menanggap (merespon) firman yang didengarnya. Mereka biarpun mendengar tetap tidak mengerti, mereka seperti mendengar suara atau bunyi yang tidak bermakna. Biarpun mereka mendengar pemberitaan firman dan melihat perbuatan mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus dan murid-murid Nya, mereka tetap tidak mengerti atau sadar bahwa perbuatan itu adalah suatu 'tanda' dari Kerajaan Sorga; bahwa orang yang dapat melakukannya bukan orang biasa tetapi adalah 'utusan Kerajaan Sorga' dan yang perkataannya harus diperhatikan. Kerajaan Sorga mempunyai ukurannya sendiri untuk menentukan seberapa besar kemuliaan seorang beriman yang masuk kedalamnya. Ukurannya adalah 'Kasih' (menjadi pelayan atau hamba saudara-saudaranya), karena kemuliaan yang akan diberikan kepadanya adalah sesuai dengan seberapa besar 'kasih' yang dipunyai. Semakin besar 'kasih'nya, semakin besar kemuliaan yang akan diperolehnya. Dan 'kasih' yang terbesar adalah 'kasih' yang rela memberikan nyawanya bagi saudara-saudaranya.
Yoh. 15:13. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Hal ini nyata dari surat rasul Paulus Kepada jemaat di Korintus, yang memberitahukan bahwa kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Kor.13:4-7)
Orang yang sabar adalah mereka yang senantiasa mau memberi maaf pada orang yang bersalah kepadanya.
Orang yang murah hati adalah mereka yang dengan tulus mau memberikan pertolongan kepada semua orang yang membutuhkan.
Orang yang tidak pencemburu adalah mereka yang merasa senang dengan kesuksesan orang lain, walaupun dirinya sendiri kurang sukses.
Orang yang tidak memegahkan diri dan tidak sombong adalah mereka yang menerima kesuksesan dirinya dengan bersyukur, sehingga tidak lupa bahwa semua itu dikaruniakan Tuhan, bukan semata-mata karena hasil usahanya sendiri.
Orang yang tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri adalah mereka yang senantiasa ingat bahwa Tuhan menyertainya, sehingga ia selalu menjaga dirinya agar tidak melakukan perbuatan dosa tetapi selalu dapat hidup sesuai dengan kehendakNya.
Orang yang tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain adalah mereka yang mau memahami kekurangan orang lain dan menerimanya dengan ikhlas.
Orang yang tidak suka dengan ketidakadilan, tetapi karena kebenaran adalah orang yang hidup jujur sesuai dengan hati nuraninya (suara Roh Kudus). Orang yang menutupi segala sesuatu adalah mereka yang tidak suka membesar-besarkan masalah. Masalah besar akan dibuatnya menjadi kecil, dan masalah kecil akan dibuatnya menjadi bukan masalah.
Orang yang percaya segala sesuatu adalah mereka yang percaya pada janji Tuhan.
Orang yang mengharapkan segala sesuatu adalah mereka yang mengharapkan penggenapan janji Tuhan, baik janji Nya secara umum kepada semua manusia (dalam Injil) maupun janji Nya secara pribadi kepada dirinya (berupa nubuat).
Orang yang sabar menanggung segala sesuatu adalah mereka yang terus menerus mengharap penggenapan janji Tuhan itu walaupun harus mengalami hambatan dan siksaan, baik secara batin maupun secara fisik bahkan ia juga rela bila harus menyerahkan nyawanya bagi Tuhan.
Sedangkan dasar yang digunakan oleh Kerajaan Dunia adalah ‘kekuasaan’, semakin besar ‘kekuasaan’ yang dimiliki seseorang semakin besar kemuliaan yang diperolehnya. Dengan ‘kekuasaan’ itu ia dapat bertindak tegas dan bertindak kejam (bila perlu) terhadap orang yang tidak mau mengakui kemuliaannya itu. Dalam sepanjang sejarah manusia telah nyata, akibat ‘kekuasaan’ itu banyak sekali terjadi perselisihan, pertikaian, perang dan pembunuhan manusia yang membuat alam menjadi rusak dan banyak orang menderita; sehingga kedamaian tidak pernah terjadi di dunia. Dari dahulu kala sampai sekarang dunia tidak pernah berubah; perselisihan, pertikaian, perang dan pembunuhan masih tetap terjadi, hanya bentuknya saja yang diperhalus dan dikemas dengan hukum, undang-undang dan peraturan-peraturan yang menipu dan (yang hanya) menguntungkan orang yang mempunyai ‘kekuasaan’ saja.
Kebahagiaan
'Kebahagiaan' adalah kata benda yang melukiskan keadaan yang sangat nyaman, aman, sejuk, sehat dan banyak ungkapan lain yang menyatakan keadaan yang menyenangkan hati manusia yang hidup di dunia yang fana ini. Banyak orang yang mengejarnya dengan mengerahkan segala daya, pikiran dan kekuatannya untuk meraihnya, namun sedikit sekali (hampir dikatakan 'tidak ada') manusia yang kemudian mendapatkannya. Penyebabnya karena banyak orang yang tidak mengerti dengan benar arti kata 'bahagia' yang ingin mereka raih itu. Kebanyakan orang membayangkan bahwa bila mereka dapat meraih yang mereka inginkan, mereka akan mendapat 'Kebahagiaan' itu. Tapi ternyata ketika dapat meraih keinginannya, mereka tidak merasakan 'Kebahagiaan' seperti yang mereka impi-impikan sebelumnya. Ketika itu yang muncul adalah perasaan puas sejenak kemudian perasaan itu menipis yang akhirnya hilang dan timbul keinginan yang baru. Siklus seperti itu terjadi berulang-ulang tiada henti sepanjang masa hidupnya dan baru berhenti setelah ia dipanggil Tuhan.
Bila demikian maka apakah arti 'Kebahagiaan' yang sebenarnya ? Untuk mengetahuinya, makna yang sebenarnya dapat dicari dalam Injil; karena Injil adalah 'khabar gembira' yang bersifat kekal, tidak hanya sementara waktu saja. Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus memberikan sepuluh perintah 'Berbahagia' kepada pendengarNya (lihat tulisan saya tentang "Khotbah di Bukit"), supaya mereka memperoleh 'Kebahagiaan' sejati yang tidak berkesudahan itu. 'Kebahagiaan' itu akan dirasakannya di dunia yang fana ini dan terus berlanjut sampai pada kehidupannya di alam baka yang kekal abadi.
Perintah itu sebenarnya adalah petunjuk tentang cara bagaimana agar manusia dapat memperoleh 'kebahagiaan' itu, mulai dari tahap awal sampai pada tahap yang paling sempurna. Tahap awalnya seseorang harus beriman/ percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Tanpa melalui tahap awal ini seseorang tidak akan dapat melalui tahap-tahap selanjutnya. Pada tahap yang paling sempurna orang itu harus siap untuk martir demi nama Tuhan Yesus, karena melalui martir ia akan menemukan 'Kebahagiaan' di dalam Kerajaan Allah.
Dengan demikian maka semua orang yang berpikir bahwa 'Kebahagiaan' akan diperoleh dengan mengejar keinginan-keinginan duniawi adalah sesuatu pikiran yang jauh panggang dari api. Karena orang yang mengejar kekayaan duniawi setelah memperolehnya pada kenyataannya tidak memperoleh 'Kebahagiaan' itu; Keadaan yang demikian secara implisit sebenarnya telah dikatakan Tuhan Yesus dengan perkataan: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Mat.19:23-24)
Dalam perkataanNya itu terkandung satu peringatan kepada pendengarNya, bahwa kekayaan duniawi yang dikejar manusia itu tidak akan memberikan 'Kebahagiaan' kepadanya, karena 'Kebahagiaan' hanya dapat ditemukan di dalam Kerajaan Sorga. Dan pada kesempatan lain Tuhan Yesus juga mengatakan: "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakan nya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakan nya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Mat. 6:19-20)
Jadi 'Kebahagiaan' itu bukan sesuatu yang terdapat pada segala harta duniawi seperti yang dipikirkan oleh manusia pada umumnya, melainkan sesuatu yang bersifat rohani yang hanya dapat dirasakan di dalam hati, yaitu: perasaan sukacita damai sejahtera yang mengisi setiap relung hati manusia yang telah menemukannya. Karena itu Tuhan Yesus berseru: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Mat.11:28-29)
Dari ajakan ini sangat jelas bahwa yang ditawarkan Tuhan Yesus dengan kalimat "jiwamu akan mendapat ketenangan" adalah 'Kebahagiaan' yang sesungguh-sungguhnya, yang sebenarnya dicari dan diidam-idamkan oleh orang-orang dari segala bangsa sepanjang sejarah manusia. Perhatikan juga nasihat raja Salomo yang dikenal sebagai seorang raja yang kaya raya, yang berlimpah-limpah harta dan hikmatnya dan tidak ada manusia yang dapat melebihinya. Ia telah berkata: "Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang." (Ams.14:30)
Dan juga perkataan Tuhan Yesus : "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk.11:28)
Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46
- sandiputra's blog
- Login to post comments
- 5171 reads