Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
TUBUH KEBANGKITAN ORANG PERCAYA
Pendahuluan
Kebangkitan tubuh adalah ciri khas dari pemberitaan Kristen. Setiap
orang di dunia ini pasti mengalami kematian, tetapi tidak ada seorang
pun yang pernah bangkit dari kematian selain Kristus. Semua tokoh
agama di dalam dunia tidak ada yang pernah bangkit seperti Kristus.
Oleh sebab itulah, Allah melalui Roh Kudus akan membangkitkan tubuh
orang percaya juga seperti Kristus yang telah bangkit (Rm. 8:11).1
Salah satu poin menarik seputar kebangkitan tubuh adalah mengenai
tubuh kebangkitan. Pada zaman Paulus ada sebagian orang yang
menganggap kebangkitan sebagai suatu yang spiritual sifatnya (2 Tim.
2:18). Pada zaman sekarang banyak juga orang yang berpendapat bahwa
kebangkitan ini hanya bersifat spiritual.2
Ada pula yang beranggapan bahwa tubuh kebangkitan benar-benar baru
dan tidak ada kaitan dengan tubuh yang lama. Melalui tulisan ini,
penulis mencoba memaparkan seperti apa sebenarnya tubuh kebangkitan
orang percaya, dengan tubuh Yesus Kristus sebagai model tubuh
kebangkitan orang percaya kelak.
-
Tubuh
Kebangkitan Kristus sebagai Model Tubuh Kebangkitan Orang Percaya.
Dalam 1 Kor. 15:20-23, Kristus disebut sebagai “buah sulung
kebangkitan.” Sedangkan dalam Kol. 1:18 dan why.1 :5 Kristus
disebut sebagai “ yang sulung diantara mereka yang bangkit.” Hal
ini berarti bahwa kebangkitan umat Allah akan seperti kebangkitan
Tuhan mereka.3
Tubuh orang percaya akan serupa dengan tubuh kebangkitan Kristus.
II.1
Tubuh yang Tidak Dapat Binasa (aphtharsia)
Tubuh orang percaya setelah kebangkitan adalah tubuh yang tidak dapat
binasa (1 Kor.15:42). Di dalam dunia tubuh manusia bisa lelah, sakit
dan mati. Tetapi tubuh kebangkitan tidak akan pernah menderita suatu
penyakit atau mengalami kematian. Tubuh kebangkitan berubah di dalam
naturnya, di dalam esensinya; tubuh yang baru yang tidak akan pernah
busuk atau rusak.4
Orang percaya akan menikmati keberadaan yang tidak dapat binasa.5
II. 2 Tubuh kemuliaan (doxa)
Dalam Fil.3: 21 Paulus ingin memperlihatkan bahwa tubuh kebangkitan
Kristus dan orang percaya merupakan tubuh yang tidak dapat binasa,
penuh dengan kemuliaan serta riil. Paulus sendiri juga mengajarkan
hal yang sama kepada jemaat di Korintus (I Kor. 15: 42-44).6
Kemuliaan ini bukan hanya bersifat lahiriah, tetapi kemuliaan yang
akan mengubah seseorang dari dalam. Tubuh kebangkitan akan
memancarkan terang, berkilauan, bahkan mungkin menyilaukan mata.
II.3 Tubuh yang penuh kekuatan (dynamis)
Tubuh sebelum kematian adalah tubuh yang penuh dengan kelemahan dan
keterbatasan. Ketika kematian mendekat, maka tubuh akan sepeuhnya
tidak berdaya. Tetapi pada saat kebangkitan terjadi, maka tubuh akan
dibangkitkan dalam kekuatan. Menurut kesaksian Alkitab ketika Kristus
bangkit kadang Ia seperti segera dikenal murid-murid-Nya (Mat.28:9;
Yoh. 20:19:20). Tetapi kadang tidak langsung dikenal (Luk. 24:16;
Yoh.21:4). Ia dapat muncul tiba-tiba ditengah-tengah murid-murid-Nya
sekalipun pintu terkunci (Yoh. 20:19) atau pun lenyap tiba-tiba
(Luk.24:31). Ia sendiri mengidentifikasikan bahwa tubuh
kebangkitan-Nya itu masih berdaging dan bertulang (Luk. 24:39).
Tubuh-Nya bisa dipegang, tetapi tidak dapat dibatasi dengan dipegang.
Ia pun menerima makanan dan memakannya (Luk. 24: 41-43). Tentu saja
ini tidak boleh diartikan bahwa makanan jasmaniah masih diperlukan
sesudah kematian. Pendeknya, Ia memperlihatkan bahwa tubuh
kebangkitan-Nya dapat saja mengikuti limitasi hidup jasmaniah atau
tidak, menurut kehendak-Nya, dan ini memberikan indikasi kepada kita
bahwa orang percaya yang dibangkitkan juga memiliki kuasa yang
serupa.7
.
Kesinambungan Antara Tubuh Sebelum Kematian
dengan Tubuh Kebangkitan
Ada kesinambungan antara tubuh sebelum kematian dengan tubuh
kebangkitan, namun juga ada perbedaan. Menurut Alkitab akan ada
kebangkitan tubuh, bukan suatu ciptaan baru yang seluruhnya berbeda,
tetapi tubuh yang dalam arti mendasar sama dengan tubuh yang
sekarang. Tuhan tidak menciptakan tubuh yang baru bagi semua orang,
tetapi akan membangkitkan tubuh yang sudah dimakamkan dalam tanah.
Hal ini bukan hanya terlihat dalam istilah kebangkitan itu sendiri,
tetapi jalas pula dikatakan dalam Rm. 8:11; I Kor. 15:53, serta
bagaimana dimaksudkan dalam gambaran mengenai benih yang ditabur di
tanah, yang dibicarakan Paulus dalam I Kor. 15: 36-38. Kristus yang
adalah buah sulung kebangkitan secara jelas meunjukan kesamaan
tubuh-Nya sebelum dan sesudah kebangkitan kepada para murid.8
Hidup dalam keberadaan yang sama sekali berbeda dari kondisi di bumi
sekarang ini bukanlah sebuah kebangkitan. Ketika Paulus berkata bahwa
orang-orang mati akan dibangkitkan (I Kor. 15:52) dan bahwa kita yang
masih tinggal akan diubahkan (ayat 52), jelas menunjukan bahwa dalam
arti tertentu akan ada kesinambungan antara dua tahap kehidupan
tersebut. Bahkan, bahasa dalam ayat 53 mengandung pengertian
tersebut: Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang
tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang
tidak dapat mati” (penekanan oleh penulis). Paulus juga mengatakan
dalam I Tes. 4:17, yaitu sesudah ia menjelaskan tentang kebangkitan
orang-orang percaya dan pengangkatan gereja, maka, “ Demikianlah
kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” Mereka yang
akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan sesudah kebangkitan atau
perubahan bukanlah makhluk ciptaan lain, tetapi kita.9
Meskipun ada kesinambungan, Alkitab juga membuktikan bahwa ada juga
terjadi perubahan. Komposisi tubuh kebangkitan ini agak berbeda
dengan tubuh manusia sebelum mati. Paulus sendiri menegaskan bahwa
daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa
yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa ( I
Kor. 15:50). Tubuh kebangkitan itu idenya soma bukan sarx.
Karena dalam ayat ini daging “sarx” tidak dapat masuk ke dalam
Kerajaan Allah. Sarx (daging) dari debu akan kembali kepada
debu. Oleh sebab itu sarxnya hilang. Jadi tubuh kebangkitan
berbeda dengan tubuh yang sekarang.
Implikasi yang serupa juga pernah Yesus ucapkan ketika Yesus
menjawab orang Saduki yang tidak percaya kebangkitan. Menurutnya pada
waktu kebangkitan orang tidak kawin dan dikawinkan, melainkan hidup
seperi malaikat disurga (Mat. 22:30).10
Persamaan dengan malaikat di sini bukan dalam kaitannya dengan tubuh
fisik yang tidak akan ada lagi. Ajaran Tuhan Yesus di sini tidak
mengandung pengertian bahwa tidak akan ada lagi perbedaan jenis
kelamin di dalam kehidupan yang akan dating. Tetapi yang institusi
pernikahan tidak akan ada lagi, sebab tidak perlu melahirkan anak ke
dalam bumi.11
Ayat lainnya lagi yang berbicara tentang perbedaan tersebut adalah I
Kor. 6: 13, “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makan:
tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah.”Kata “dibinasakan”di
sini, katargeo, artinya secara umum membatalkan, meniadakan,
atau mengakhiri. Tampaknya, menurut ayat ini, fungsi pencernaan tubuh
manusia tidak diperlukan dalam kehidupan yang akan datang.12
Dalam I Kor.15: 36-38 Paulus membicarakan perubahan yang akan
terjadi, ketika ia mengatakan bahwa ketika seseorang menaburkan
benih, ia tidak menabur tubuh yang akan datang. Ia tidak bermaksud
mengambil kembali benih yang sama dari dalam tanah. Namun, ia
mengharapkan untuk menuai sesuatu yang secara fundamental sama dengan
benih yang sudah ditaburkan itu. Walaupun ada kesamaan tertentu
antara benih yang disebar dan benih yang tumbuh dari padanya, tetap
saja akan dijumpai perbedaan yang menyolok. Paulus berkata, “ditabur
dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam kemuliaan.” Tubuh “ditaburkan
dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam
kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh
alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh jasmaniah.” Perubahan tidak
berarti tidak konsisten dengan mempertahankan identitas. Akan ada
kaitan fisik tertentu antara tubuh yang lama dan tubuh yang baru,
tetapi nature dari kaitan ini tidak diungkapkan.13
Sifat Tubuh Kebangkitan: Tubuh fisik
atau tubuh non fisik?
Banyak penafsir yang menggunakan I Kor. 15:44 sebagai acuan bahwa
kebangkitan bersifat non-fisik. Meskipun tubuh kebangkitan itu
berbeda dengan tubuh manusia sebelum mati, tidaklah tepat apabila
ditarik kesimpulan bahwa tubuh kebangkitan itu sebenarnya merupakan
tubuh non-fisikal berdasarkan I Kor. 15: 44 yang membedakan antara
“tubuh rohaniah (spiritual body, Gk. soma pneumatikon)
dengan “tubuh jasmaniah” (natural body, Gk. soma psychikon).
Alasannya Paulus juga memakai dua istilah ini tersebut di pasal 2:
14-15 (”manusia duniawi”, psychikos dan “manusia rohania”,
pneumatikos) tanpa indikasi bahwa yang ia maksudkan dengan manusia
rohani adalah manusia non-fisikal. Konteks menunjukan bahwa yang
dimaksudnya dengan manusia rohani adalah manusia yang dituntun oleh
Roh Kudus.14
Dengan demikian, sama dengan indikasi diatas, “tubuh rohaniah” di
dalam I Kor. 15: 44 bukanlah tubuh yang non-fisikal, melainkan tubuh
kebangkitan yang akan sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus.15
Sedangkan tubuh alamiah adalah bagian dari keberadaan sekarang ini
yang terkutuk dan berdosa.16
Geerhardus Vos benar ketika ia menegaskan bahwa kita harus menulis
dalam huruf besar kata rohaniah dalam ayat ini, supaya jelas
bahwa ayat ini menggambarkan kondisi di mana Roh Kudus memimpin
tubuh.17
Demikian pula dengan I Kor. 15: 50-57 kalimat “daging dan darah
tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” bukan sedang mencoba
untuk berkata bahwa tubuh kebangkitan tidak bersifat fisik, melainkan
bahwa “manusia sebagaimana adanya sekarang adalah, ciptaan yang
rentan, dapat binasa, tidak dapat mewarisi Kerajaan Allah yang
mulia.18
Lebih lanjut ia berkata “ bahwa yang binasa (phthora) tidak
mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa (aphtharsia)”
(ayat 50). Maksud perkataan Paulus di sini adalah bahwa tidak mungkin
dalam kondisi sekarang ini, yaitu di dalam tubuh yang lemah dan dapat
binasa, mewarisi berkat yang mulia dari kehidupan yang akan datang.
Harus ada perubahan.19
Jika tubuh kebangkitan bersifat nonmateri atau nonfisik, maka iblis
akan mengalami kemenangan besar, sebab dengan demikian Allah dipaksa
untuk mengubah hakikat manusia yang diciptakan dengan tubuh dan roh
menjadi ciptaan jenis lain, yaitu tanpa tubuh fisik (seperti
malaikat). Akibatnya hal ini memberikan pengertian bahwa materi pada
dasarnya adalah jahat sehingga harus ditiadakan. Sehingga dalam arti
tertentu filsuf Yunani akan terbukti benar. Tetapi materi tidaklah
jahat; ia adalah bagian dari ciptaan Allah yang baik. Sebab itu,
tujuan penebusan Allah adalah kebangkitan tubuh fisik, dan penciptaan
bumi yang baru di mana umat tebusan-Nya akan hidup dan melayani Allah
selama-lamanya dengan tubuh kemuliaan.20
Kebangkitan bukan hanya rohnya saja, melainkan fisiknya atau tubuhnya
juga. Kebangkitan yang paling penting ialah kebangkitan personalnya
atau oknumnya dari pada hanya sekedar badannya. Tetapi bukan berarti
badan tidak penting. Kalau tidak ada tunjukan badannya, bagaiamana
seseorang dapat disebut bangkit. Tetapi kebangkitan badannya jangan
terlalu materialisasi dan konkretisasi. Deskripsi tubuh ada supaya
seseorang bisa dikenali baiknya atau jahatnya pada waktu semua orang
dibangkitkan.sOleh sebab itu, kelak orang percaya masih saling
mengenal, karena kebangkitan itu adalah kebangkitan pribadi atau
personalnya. Manford juga mengatakan hal yang sama demikian :
Will we know each other? Oh,
Yes, we will know each other. This is to be our expectation; this is
what the apostle Paul said.21
Kesimpulan
Kebangkitan merupakan hal yang penting dalam kekristenan, karena
kebngkitan Kristus adalah tanda kemenangan mutlak. Dengan demikian
orang yang percaya kepada Kristus juga akan dibangkitkan seperti
Kristus telah bangkit. Orang percaya akan memiliki tubuh kebangkitan
yang sama dengan tubuh Kristus. Yaitu tubuh yang tidak dapat binasa.
yang mulia, dan penuh kekuatan. Tubuh kebangkitan akan ada
kesinambungan dengan tubuh yang sekarang, namun juga akan ada
perbedaannya. Tubuh kebangkitan orang percaya juga bersifat fisik
untuk menunjukan suatu pribadi atau oknum. Dengan demikian, orang
percaya masih bisa saling mengenal satu sama lain.
Daftar Pustaka
Berkhof, Louis Teologi Sistematika
6: Doktrin Alkitab dan Akhir Zaman. Surabaya:
Momentum, 2005
Gutzke, Manford G. Plan Talk on the
Resurrection. Michigan: Baker Book House, 1974.
Hoekema ,Anthony , Alkitab dan Akhir
Zaman. Surabaya: Momentum, 2004.
Hoekema, Anthony, The
Bible and the Future.
Lukito, Daniel Lukas “Kebangkitan
Orang Mati: Sebuah Telaah dari Alkitab” dalam jurnal Pelita
Zaman V5 no. 1 (1990).
Schep, op.cit.
Vos, G. Pauline Eschatology .
1
Louis Berkhof, Teologi Sistematika (Surabaya: Momentum,
2005), hlm. 119
2
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, hlm. 119
3
Ibid
4
Manford G. Gutzke, Plan Talk on the Resurrection (Michigan:
Baker Book House, 1974), hlm.51
5
Anthony A. Hoekema , Alkitab dan Akhir Zaman (Surabaya:
Momentum, 2004), hlm. 337.
6Daniel
Lukas Lukito, “Kebangkitan Orang Mati: Sebuah Telaah dari
Alkitab” dalam jurnal Pelita Zaman V5 no. 1 (1990), hlm. 45
7
Ibid
8
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, hlm. 119-120.
9
Anthony A. Hoekema , Alkitab dan Akhir Zaman, hlm. 340.
10
Daniel Lukas Lukito, “Kebangkitan Orang Mati: Sebuah Telaah
dari Alkitab”, hlm.
11
Anthony A. Hoekema , Alkitab dan Akhir Zaman, hlm. 340-341
12
Ibid
13
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, hlm.120
14
Daniel Lukas Lukito, “Kebangkitan Orang Mati: Sebuah Telaah
dari Alkitab”,hlm.47
15
Hoekema, The Bible and the Future , hlm 249-250)
16
Anthony A. Hoekema , Alkitab dan Akhir Zaman, hlm. 338.
17
G. Vos, Pauline Eschatolog, hlm. 167
18
Schep, op.cit., hlm. 204
19
Anthony A. Hoekema , Alkitab dan Akhir Zaman, hlm. 339
20
Anthony A. Hoekema , Alkitab dan Akhir Zaman, hlm.338-339.
21
Manford G. Gutzke, Plan Talk on the Resurrection, hlm. 52.
amazing grace....
- siska yuliana's blog
- 12241 reads