Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Thanks God!
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 5.30 sore. Seperti biasanya jika akan pulang ke Solo, sebuah agen bus di Jalan Dr. Cipto Semarang pasti akan jadi pilihan untuk membeli tiket bus patas. Tapi rupanya kali ini sudah terlalu sore untuk mendapatkan tiket bus patas yang akan
membawaku pulang. Aku mencoba bertanya ke beberapa agen di sebelahnya, siapa tahu masih ada bus patas lain yang menuju ke Solo. Tapi ternyata hasilnya nihil. Untunglah ada seorang tukang parkir yang memberitahuku bahwa masih ada satu bus patas lagi yang akan akan lewat tapi mungkin sekitar 20 menit lagi. Kuputuskan untuk menunggu saja, tapi rupanya aku sudah tak sabar untuk pulang. Akhirnya kuputuskan untuk naik bus bumel saja meskipun bisa satu jam lebih lama di perjalanan. Tapi daripada kemalaman di jalan, aku rasa itu lebih baik.
Baru beberapa detik duduk di bus bumel itu, seorang pengamen dan penjual makanan segera beraksi. Bau asap rokok dan debu segera bisa tercium. Masih butuh waktu kira-kira 3 jam untuk bisa lepas dari semua yang tidak aku sukai ini. Beberapa menit kemudian, bus berhenti untuk
mencari penumpang lagi. Tak kusengaja, aku melihat sebuah bus patas berhenti beberapa meter di depan bus yang aku tumpangi. Aku mulai berpikir untuk ganti bus tapi aku takut juga jangan-jangan akan membuat marah kernet dan sopir bus ini. Belum lagi jika bus patas itu ternyata sudah penuh dan segera berjalan ketika aku mengejarnya.
Setelah beberapa detik berpikir, kuputuskan untuk ganti bus saja. Aku segera turun dan melambaikan tanganku ke bus patas itu. Seorang perempuan yang berdiri di samping bus patas itu segera melambaikan tanganya tanda memanggilku dan bertanya, "Mbak'e mau kemana? Ke Solo atau Salatiga?" Segera kujawab, "Ke Solo." Dia pun segera menjawab, "O, ya naik aja." Setelah menenggok ke kanan dan ke kiri ternyata bus hampir penuh. Tinggal 2 atau 3 kursi saja yang masih kosong. Aku segera duduk di salah satu kursi kosong itu. Saat itu pula segera kurasakan sejuknya udara di dalam bus itu dan kursi yang empuk dan nyaman. Ah... leganya aku saat aku bisa segera menuju ke rumah dengan nyaman.
Pengalaman ini tiba-tiba membuatku berpikir tentang hubunganku dengan Tuhan. Seringkali aku tidak sabar menunggu jawaban Tuhan atas doaku. Aku tergesa-gesa bertindak dan resikonya pasti tidak menyenangkan, seperti saat aku memutuskan untuk naik bus bumel itu. Padahal kalau saja aku mau bersabar sedikit saja, Tuhan pasti berikan jawaban atas doaku itu lengkap dengan "fasilitasnya". Terimakasih Tuhan, sekali lagi Kau ingatkan aku!
- Orchid's blog
- 5667 reads