Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sumpah Itu
Sewaktu mendengar kabar kematiannya, ...Pak M.L Toruan yang menjadi guru matematika sekaligus kepala sekolahku sewaktu S.D, aku kembali teringat dengan sumpah yang pernah aku dan teman-temanku ucapkan ..."Kira(k)la mati,...kira(k)lah sakit,...kira(k)lah jatuh dari motor, ...kira(k)la mati..." Kira(k)la is bahasa Melayu artinya mudah-mudahan, sebgai harapan, permohonan). Sumpah (permohonan) itu sering kami ucapkan jika hari itu ada pelajaran matematika. Namun seingatku hanya sekali saja ia mengalami kecelakaan dan itu pun tidak parah ...haiaaa....sumpah kami kurang manjur ternyata
Saya tidak pernah menyukai pelajaran matematika dan kurasa itu dimulai sejak kelas IV SD, sejak ia mulai mengajar kami. Sebelumnya (di kelas 1-3) Bu Yatik dan Bu Sinaga lah (istrinya Pak M.L) yang mengajar kami. Hari dimana ada pelajarannya merupakan bencana bagi kami yang oon matematik. Ia tidak banyak bicara tapi tangannya terlalu lincah, suka menarik ujung rambut dekat telinga ...sakitnya minta ampun..., suka memukul pakai penggaris, kadang menampar, dll, ..enggak enak banget kalau disebutin semuanya.
Seorang temanku yang sangat benci pada guru kami yang satu ini pernah melempari genting rumahnya sampai banyak yang bocor. Aku jelas tahu kejadian itu karena rumah guru merangkap kepsek kami itu tidak begitu jauh dari rumahku dan aku pun ikut-ikutan melempari genting rumahnya . Namun ketika ia bertanya siapa yang melempar gentingnya, kujawab tak tahu
Aku sepertinya masih menyimpan dendam padanya ...meski kupikir aku sudah melupakan perbuatannya padaku. Aku ingat ketika duduk di kelas II, ia menghukumku tanpa mendengar pernyataanku terlebih dahulu. Ia seenaknya menghukumku. Lalu kemudian kusadari mengapa; aku berhadapan dengan seorang anak pejabat Timah, meski aku tidak salah, aku tetaplah bersalah. Aku disetrap di depan hadapan anak-anak kelas IV. Itu yang pertama.
Pernah ia menuduh adikku yang bungsu yang masih berusia 3 tahun sebagai tersangka yang membuat ban motornya pecah. Ia menuduh adikku menaruh paku di jalan! Sungguh keterlaluan! Ia menuduh hal itu karena ban motonya pecah tak jauh dari rumahku Ia menyuruhku pulang untuk menanyakan hal itu kepada adikku ...Bah! Tumpul otaknya kurasa
Namun ketika Timah melakukan restrukturisasi besar-besaran, ia dan istrinya (Bu Sinaga) ikutan ambil pensiun dini, ...pending orang sana menyebutnya. Jumlah yang mereka terima lumayan besar sehingga bisa beli satu buah mobil kemudian menyusul membeli mobil yang lain. Namun kurasa meski mereka guru matematik yang tokcer, untuk urusan keuangan mereka kurang perhitungan, atau mungkin juga terlalu sombong dengan apa yang mereka miliki dan terlalu yakin dengan diri sendiri. Hanya sebentar saja rasanya mereka hidup berkelimpahan sesudah itu satu per satu mobilnya dijual. Bu Sinaga bahkan harus bekerja memanggang kerupuk dengan upah 20.000/hari. Ia kemudian meninggal akibat penyakit kanker payudara.
Dia (Bu Sinaga) termasuk guru yang baik meski kadang-kadang bersikap rada aneh apalagi dulunya ia kerap memakai kacamatanya yang bolong sebelah. Ia banyak mengajari kami ketrampilan; membuat barang-barang dari tanah liat, membuat hiasan dari batok kelapa, membuat aneka peralatan rumah tangga dari kayu, membuat sapu lidi, menyulam, kaligrafi, dll. Itu kami pelajari ketika kami kelas III S.D.
Agak disayangkan juga meski mereka termasuk guru-guru yang hebat dalam bidangnya namun setahuku tak ada anak-anak mereka yang membuat mereka bangga,...malah sebaliknya
Aku agak kesal juga ketika pernah mendengar salah satu anaknya pernah menolak untuk mengantar alm. tanteku membawa alm. sepupuku Jefri ke R.S. Padahal waktu itu tanteku mau membayar sewa mobilnya tapi ia berkeras tidak mau karena menganggap tanteku miskin. Namun ketika mereka tidak punya apa-apa lagi, lalu ia ditolak keluarganya dan pernikahannya tidak direstui oleh keluarganya, tanteku menjadi satu-satunya orang yang mau memperkerjakannya, ..sebagai sopir tanteku. Waktu begitu cepat berputar, bisa membuat banyak keadaan berbeda, ...teramat sangat berbeda malah.
Aku tidak bermaksud menghakimi dengan apa yang terjadi kepada keluarga Kepsek kami sewaktu S.D ini. Ada rasa plong ketika kubisa mengungkapkan meski hanya lewat tulisan apa yang kurasa selama ini. Aih ...kurasa yang lebih penting dari itu adalah aku mau memaafkan ...
- Kolipoki's blog
- 5102 reads