Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Reflect of the Glory of God
I am abashed, solitary, helpless, surrounded by a beauty that can never belong to me. But this sadness generates within me an unspeakable reverence for the holiness of created things, for they are pure and perfect and they belong to God and they are mirrors of His beauty. He is mirrored in all things like sunlight in a clean water : but if I try to drink the light that is in the water I only shatter the reflection
Ketika saya membaca refleksi dari Thomas Merton tersebut, saya sangat tersentuh dan terinspirasi mengembangkan menjadi suatu refleksi bagi saya dan kita semua, karena sering tanpa disadari saya sering berusaha untuk mencuri kemuliaan TUHAN dan memuliakan diri saya sendiri.
Seorang guru besar yang bernama Dr. Alexander Papaderos dalam suatu seminar pada akhir sesi membuka kesempatan untuk bertanya kepada para peserta seminar, kemudian ada seseorang yang bertanya “ apa arti hidup ini bagi anda”.
Beberapa saat kemudian Papaderos, mengambil sebuah kepingan cermin dan mulai bercerita ;
“ ketika saya masih kecil, dan saat itu sedang terjadi perang dunia kedua, keluarga saya sangat miskin dan hidup di desa yang sangat terpencil, suatu hari saya menemukan pecahan-pecahan cermin di jalan, yang mungkin terlindas oleh sepeda motor tentara Jerman, saya berusaha untuk menemukan dan menyatukan kembali pecahan-pecahan cermin tersebut, tapi ternyata tidak mungkin, karena banyak pecahan kaca yang entah terserak dimana, akhirnya saya hanya mengambil pecahan kaca terbesar. Pecahan kaca tersebut saya jadikan mainan, saya bisa mengores-gores sesuatu dibatu atau pohon dengan pecahan kaca tersebut, namun yang paling sering saya lakukan adalah memantulkan sinar matahari lewat pecahan kaca tersebut ke lobang-lobang dibawah tanah ataupun ditempat dimana sinar matahari tersebut terhalangi.
Sampai beranjak dewasa saya simpan pecahan cermin tersebut, terkadang saya masih bermain-main dengan pecahan kaca tersebut, kemudian ketika saya dewasa saya pengertian saya bertumbuh, bahwa yang saya lakukan sebelumnya bukan sekedar permainan anak kecil namun lebih dari itu; sebuah metaphor dari apa yang saya harus lakukan dalam hidup ini. Saya baru dapat mengerti saya bukanlah terang atau sumber terang itu sendiri, tetapi terang -kebenaran, pemahaman, pengetahuan,- itu ada, dan hanya dapat bersinar atau “nampak “ jika saya refleksikan (pantulkan) kembali.”
Bukankah saya dan saudara adalah “pecahan cermin” yang dapat dan memang diciptakan untuk merefleksikan kemuliaan TUHAN?
Namun seberapa sering tanpa kita sadari, kita sendiri yang mencuri kemuliaan tersebut, sehingga akhirnya kita tidak dapat lagi merefleksikan apapun dalam hidup kita?
Seperti cermin yang berfungsi untuk memantulkan kembali, cermin tidak ciptakan untuk menyimpan cahaya atau bayangan itu pada “dirinya”, demikian juga tanggung jawab dan fungsi (purpose) orang-orang percaya yang sudah menerima dan memahami bahwa hidup ini hanyalah untuk kemuliaan TUHAN saja, saya dan saudara adalah cermin yang merefleksikan kemuliaan TUHAN (Reflect of the Glory of God).
Dalam kisah Raja Saul, dari permulaan Saul adalah orang yang rendah hati dan santun
1Sam 9:18 Dalam pada itu Saul, datang mendekati Samuel di tengah pintu gerbang dan berkata: "Maaf, di mana rumah pelihat itu?"
1Sa 9:21 Tetapi jawab Saul: "Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?"
Akhirnya Nabi Samuel mengurapi Saul menjadi Raja Israel, lebih dari itu Saul mendapatkan keistimewaan untuk menikmati Roh Allah yang turun atasnya, sehingga dia dilihat bangsa Israel sebagai nabi juga.
1Sam 10:6 Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain.
1Sam 10:11 Dan semua orang yang mengenalnya dari dahulu melihat dengan heran, bahwa ia bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu; lalu berkatalah orang banyak yang satu kepada yang lain: "Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kish itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?"
Namun Saul berubah, ia tidak menyadari bahwa ia adalah cermin yang seharusnya merefleksikan atau memantulkan kembali kemuliaan TUHAN, ketika ia dengan sangat gegabah melanggar ketetapan dan tidak sabar untuk menantikan Nabi Samuel datang
Saul terlalu mencari hormat dari manusia, ia lebih perduli ditinggalkan oleh manusia daripada ditinggalkan oleh TUHAN.
1Sam 13:8 Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel. Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia.
Akhirnya Nabi Samuel, menyampaikan ultimatum kepada Saul karena Saul tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadanya.
1Sam 13:13 Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya.
1Sam 13:14 Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu."
Saul terus berubah, dari rendah hati menjadi sombong, dari seseorang yang santun menjadi seseorang yang arogan, sebenarnya Saul tidak punya alasan untuk amarahnya bangkit kepada Daud. Sepanjang musuh-musuh bangsa Israel yang dikalahkan, bukankah itu juga suatu kebaikan bagi bangsa Israel? Tapi Saul lebih mementingkan dirinya ketimbang bangsa Israel. Ego Saul yang terlalu besar dan dimanjakan akhirnya “menengelamkan” Saul sendiri.
1Sam 18:7 dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."
1Sam 18:8 Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya."
1Sam 18:9 Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud.
Saul iri kepada Daud tanpa tahu seberapa intensifnya Daud membangun hubungan pribadi dengan TUHAN, sering juga sesama anak TUHAN kita iri satu sama lain, mengapa seseorang dipakai secara luar biasa atau memantulkan kemuliaan TUHAN luar biasa. Harusnya kita dapat memahami seseorang bisa dipakai TUHAN secara luar biasa atau memantulkan kemuliaan TUHAN itu hanya dikarenakan orang tersebut memiliki hubungan yang sangat intim dan intens dengan TUHAN, orang tersebut membayar harga, disaat banyak anak TUHAN yang lebih suka menonton televisi, orang tersebut lebih suka mengunakan waktunya untuk baca FIRMAN atau berdoa atau baca buku rohani atau memuji dan menyembah.
Saul tidak mau memahami mengapa Daud dapat mengalahkan lebih banyak musuh dibandingkan dirinya, Daud digelari sebagai pemazmur sepanjang masa, dan ada sebutan the tabernacle of David, Daud selalu membangun mezbah doa dan pujian, dan terus membangun suatu keintiman yang sangat dengan TUHAN. dimana Saul tidak demikian.
Seringkali anak-anak TUHAN memperbandingkan dirinya dengan anak-anak TUHAN yang dipakai TUHAN luar biasa, namun tidak mau untuk melakukan lebih lagi untuk itu.
Untuk memancarkan kemuliaan TUHAN, ada godaan untuk mencuri kemuliaan tersebut bagi anak-anak TUHAN, iblis tidak perlu bekerja di tempat-tempat kegelapan bermukim, namun iblis bekerja keras tidak kenal lelah untuk menjatuhkan anak-anak TUHAN yang dipakai secara luar biasa dan memancarkan kemuliaan TUHAN secara luar biasa, jika saja anak-anak TUHAN itu suatu saat lengah dan tergoda untuk mencuri kemuliaan TUHAN bagi dirinya.
Karena iblis takut kepada anak-anak TUHAN yang adalah cermin kemuliaan TUHAN untuk dapat berdampak membongkar dan menghancurkan siasat-siasat iblis untuk mencuri, membunuh dan membinasakan manusia sebanyak-banyaknya. Sedang anak-anak TUHAN itu membawa jiwa-jiawa kepada TUHAN untuk diselamatkan dan mengenal TUHAN.
Kemuliaan TUHAN akan terus terefleksi dalam hidup saya dan saudara jika saya dan saudara bersedia untuk terus dikuduskan, dibentuk dan dimurnikan, dibutuhkan kerelaan hati yang sangat dan penyangkalan diri yang luar biasa untuk itu, itulah harga yang harus dibayar, agar kemuliaan TUHAN dapat terefleksi dalam hidup kita.
2 Tes 2:14 Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.
2 Kor 8:19 Dan bukan itu saja! Ia juga telah ditunjuk oleh jemaat-jemaat untuk menemani kami dalam pelayanan kasih ini, yang kami lakukan untuk kemuliaan Tuhan dan sebagai bukti kerelaan kami.
Mari terus relakan hati kita, waktu kita dan hidup kita untuk TUHAN bersihkan dan jernihkan, agar sebagai cermin kemuliaan TUHAN, kita adalah cermin yang semakin jernih merelefleksikan atau memantulkan kemuliaan TUHAN, semakin hari semakin bebas dari kotoran-kotoran, debu-debu atau apapun juga agar cermin itu bisa memantulkan sejernih mungkin.
“JESUS is mirrored in all things like sunlight in a clean water : but if I try to drink the light that is in the water I only shatter the reflection”
Tahanlah diri kita untuk mencoba “meminum” pantulan cahaya dari air tersebut, itu hanya “mengaburkan” pantulan cahaya itu di air tersebut.
IT’S NOT ABOUT ME, IT’S ALL ABOUT JESUS, ONLY THE LOVELY JESUS
Selamat menjadi cermin-cermin kemuliaan TUHAN. (Reflect of the Glory of God)
Semoga dapat memberkati
- tonypaulo's blog
- Login to post comments
- 4720 reads