Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Perintah untuk menghasilkan buah adalah ketetapan, dan ketetapan adalah keharusan
Bangsa Israel pernah diibaratkan sebagai kebun anggur Tuhan. Suatu ketika TUHAN mengeluhkan Israel sebagai kebun anggur yang mengecewakan TUHAN, karena TUHAN berharap agar kebun anggur-Nya itu menghasilkan buah anggur yang manis, namun ternyata menghasilkan anggur yang asam atau kecut. TUHAN mengharapkan bangsa Israel memiiki kehidupan yang adil, tetapi mereka lalim, dan supaya bangsa itu hidup dalam kebenaran, tetapi mereka berbuat onar (Yesaya 5:1-7). Perilaku suatu bangsa atau perilaku seseorang diibaratkan TUHAN sebagai buah : perilaku yang adil dan benar diibaratkan sebagai buah yang manis, sedangkan perilaku yang lalim dan onar sebagai buah yang asam.
Oleh kekecewaan dan kepedihan hati-Nya itu, maka TUHAN (dapat) dengan terpaksa melakukan langkah-langkah yang sebenarnya memilukan hati-Nya dalam ayat-ayat berikut:
“Apakah yang harus diperbuat untuk untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? Maka sekarang,… Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun anggur itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; … Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya..” (Yesaya 5:4-6). Ayat-ayat ini mengajar kita bahwa TUHAN dapat membiarkan milik-Nya diinjak-injak musuh oleh sebab tidak menghasilkan buah yang baik.
Saat ini orang Kristen diibaratkan sebagai bangsa Israel Rohani. Jika keturunan Abraham jasmaniah, yaitu bangsa Israel diikat dengan perjanjian sunat lahiriah, maka Kristen sebagai keturunan Abraham rohani diikat dengan perjanjian baru yang dimulai ketika seseorang mulai percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, sebagai Juruselamat dan sebagai Penebus dosanya yang dialami ketika lahir baru dan dibaptis air.
Kalau dahulu TUHAN mengharapkan Israel menghasilkan buah yang manis, maka sekarang TUHAN juga mengharapkan buah manis yang sama untuk dihasilkan oleh orang Kristen. Tuhan Yesus sendiri yang telah memilih kita dan juga menetapkan kita untuk menghasilkan buah (manis) yang tetap, menurut ayat-ayat berikut:
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu “ (Yohanes 15:16).
Sebuah ketetapan adalah suatu keharusan yang musti dilaksanakan.
Yohanes Pembaptis berkata bahwa “setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti (akan) ditebang dan dibuang ke dalam api” (Matius 3:8,10). Yesus juga berkata hal yang sama:
“Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api “ (Matius 7:19).
Lalu apa yang menyebabkan suatu pohon tidak menghasilkan buah yang baik?
“Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang “ (Lukas 8:14). Ternyata ada tiga hal yang dapat menyebabkan buah menjadi asam: kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup. Karena itu kita tidak boleh dikuasai oleh ketiga hal tersebut, atau kita tidak akan dapat menghasilkan buah yang manis.
Kita mengenal juga tiga macam atau tiga kelompok buah: pertama adalah buah pertobatan; kedua adalah buah Roh, dan ketiga adalah buah pelayanan.
Jika setelah bertobat, kita tidak lagi melakukan dosa-dosa masa lalu, maka kita sudah menghasilkan buah pertobatan. Kalau kita sudah melakukan kehidupan yang dipenuhi dengan: kasih, sukacita, damaisejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Galatia 5:22,23), maka kita sudah menghasilkan buah Roh. Dan bila kita sudah melayani orang lain misalnya dengan: membagikan Firman Tuhan, mengajar Firman Tuhan, mendoakan orang sakit dalam nama Yesus, mengusir setan-setan, membebaskan orang-orang dari ikatan-ikatan dosa dan seterusnya, maka kita sudah menghasilkan buah pelayanan.
Lalu bagaimana caranya agar kita senantiasa menghasilkan buah yang manis dan tetap?
“… orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang … tidak berhenti menghasilkan buah “ (Yeremia 17:7,8).
Sabda Yesus: “Akulah pokok anggur yang benar … dan kamu ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak …” (Yohanes 15:1-8).
“Berbahagialah orang yang … kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon … yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil “ (Mazmur 1:1-3).
Yesus adalah Firman Allah. Orang yang tinggal dalam Yesus adalah orang yang pikirannya dan hatinya dipenuhi dengan Firman Allah. Untuk dipenuhi dengan Firman Allah, maka kita harus melahapnya dengan kesukaan atau dengan bergairah. Itulah Kuncinya. Kita perlu belajar untuk mencintai Firman Allah, untuk menyukainya. Kita perlu belajar beribadah dengan suka hati, dan bukan dengan terpaksa atau karena semata-mata kewajiban. Bukan ! Tetapi melahap Firman Tuhan dengan sukacita, maka Roh Allah yang akan membuat kita menghasilkan semua buah: buah pertobatan, buah Roh dan buah pelayanan, dan semuanya adalah buah yang manis.
Tuhan Yesus memberkati.
- mujizat's blog
- Login to post comments
- 3955 reads