Aku Akan Menikah

Aku seorang wanita yang masih gadis, kataku dalam hati.

Saat aku kembali melihat diriku di dalam cermin. Ada sedikit perubahan, bukan karena cerminnya yang telah usang, bukan juga karena suasana kamarku yang tidak terlalu terang, tapi karena memang ada perubahan dari diriku yang nampak di sana.

Perubahan yang jelas terlihat, terutama di bagian wajahku. Ada sedikit kerutan di sekitar mata dan dahi serta kulit pipi yang sudah tidak lagi begitu kencang.

***

“Aku memang masih seorang gadis, karena aku belum menikah” kataku lagi dalam hati.

“menikah”  sebuah kata yang kadang menjadikan aku merasa ketakutan ketika itu dipertanyakan kepadaku, semenjak beberapa tahun yang lalu.

Namun, kata yang aku takuti itu, sudah menantiku di depan pintu waktu, tersenyum indah seolah mengatakan aku akan bahagia jika aku menikah.

“menikah, aku akan menikah??” tanyaku kembali dalam hati. Jantung berdebar kencang manakala kata yang aku takuti itu nyata di depan mataku.

Bukan hanya jantungku yang bereaksi, seluruh anggota tubuhku seolah tak lagi berpijak di bumi, karena belum benar-benar yakin dengan kalimat tanya yang keluar dari mulutku sendiri.

Masih duduk di depan cermin, aku memandangi wajahku, yang aku akui cantik tapi sudah tidak secantik dulu.

***

Aku harus yakin, dan dapat meyakinkan diriku, karena aku sudah mengiyakan sebuah permintaan yang ditujukan kepadaku seminggu yang lalu.

Permintaan dari seseorang yang telah melamarku, dan tidak ada alasan lagi untuk aku menolaknya.

Sekalipun aku tidak begitu dekat dengannya, aku tak akan menolaknya karena aku sudah sangat mengenalnya.  Dan aku pernah berharap akan menikah dengan seorang pria seperti dia. Dan sekarang dia benar-benar telah berada di depan mataku, dan aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Sebuah cincin telah tersemat di jariku manisku, benar-benar nyata, tanda ikatan dari seseorang yang aku kenal.

***

Ya, aku akan menikah … bulan depan…

Bersambung …