Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Iman itu anugerah, keputusan, ataukah anugerah PLUS keputusan?
IMAN itu ANUGERAH (predestinasi) atau KEPUTUSAN (freewill) ataukah ANUGERAH plus KEPUTUSAN ?
Yuk kita melihat terlebih dahulu dua ayat berikut:
Abraham dibenarkan karena iman (Roma 4:3)
Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26)
Apa yang diperintahkan TUHAN, dan apa janji TUHAN untuk Abraham?
Kejadian 12:1-3
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Perintah TUHAN dan janji-NYA tersebut, Muji sebut sebagai BENIH IMAN yang ditaburkan kepada Abraham, yang diterimanya sebagai anugerah (predestinasi). Abraham mempercayai dengan hatinya bahwa perintah Tuhan itu baik dan benar, lalu hatinya menerima benih iman itu, sehingga Abraham memiliki "benih iman."
Lalu bagaimana Abraham memperlakukan"benih iman" itu?
Kejadian 12:4-5
4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
5 Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, ....
Abraham "memperlakukan" benih imannya dengan cara BERTINDAK sesuai apa kata BENIH IMAN, yaitu : keluar dari Haran, negeri asalnya bersama seluruh keluarga dan harta miliknya, maka dikatakan bahwa Abraham memiliki perbuatan yang dilandasi oleh imannya.
Kalau saja Abraham - yang memang sudah memiliki iman - tidak mematuhi Firman TUHAN, walau hatinya mengakui bahwa perintah Tuhan itu baik dan benar, atau dia mengabaikan benih iman itu, maka akan berarti bahwa dia tidak memiliki perbuatan, merujuk ke (Yakobus 2:26). Maka rencana Tuhan bahwa Dia akan memberkati Abraham tidak akan terlaksana.
Tetapi apakah keputusan Abraham untuk merealisasikan perintah TUHAN dalam hal itu, adalah karena Abraham ditakdirkan untuk melakukan itu (predestinasi) ataukah karena dia sudah membuat sebuah keputusan yang benar yang mengubah masa depannya (freewill)?
Sekarang kita melihat pernyataan Yesus Kristus dan Paulus
Matius 17:20
Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, —maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Roma 10:17
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Menurut Paulus, iman (kristen) terbentuk ketika seseorang mendengar dan mendengarkan Firman Kristus. Kemampuan untuk mendengar adalah anugerah, karena sistem pendengaran manusia memang adalah anugerah Allah. Tetapi "mendengarkan" adalah sebuah tindakan yang dihasilkan oleh keputusan (freewill), kecuali kalau kita mempunyai anggapan bahwa orang yang bersangkutan ditakdirkan untuk - dalam hidupnya - mau mendengarkan Firman Kristus (predestinasi).
Yesus bersabda "sekiranya kamu mempunyai iman,..." . Menurut konteks kalimat ini, tepatkah jika iman dipahami sebagai anugerah(predestinasi) dan bukan sebagai hasil dari keputusan-keputusan (freewill)?
Karena apabila iman dalam hal itu merupakan anugerah semata, apakah pernyataan Yesus tidak kekanak-kanakan? Pantaskah manusia (yang tidak mempunyai iman) dipersalahkan lantaran dia tidak mendapat karunia itu?
Kesimpulan Muji:
1. Di era perjanjian Baru, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki iman, dengan cara: mau mendengarkan Firman Kristus. Benih iman ditanam dengan cara (ada yang) menaburkan Firman (benih iman), yaitu memberitakan Injil. Dalam konteks ini, benih iman adalah anugerah Allah.
2. Dalam proses selanjutnya, setiap orang mempunyai kehendak bebas untuk mempercayai ataukah menyangkali Firman Allah. Jika seseorang mau mendengarkan Firman Allah, lalu merenungkannya, lalu mempercayainya (dengan hati) maka benih iman itu akan bertumbuh, maka ia akan mempunyai iman.
3. Jadi, iman diawali dengan Anugerah Allah (predestinasi), dilanjutkan dengan keputusan yang benar (freewill).
Bagaimana menurut saudara?
__________________
Belum ada user yang menyukai
- mujizat's blog
- 3235 reads