Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Perlunya penggembalaan
Sampai tiga kali Yesus berpesan kepada Simon Petrus untuk “sepeninggal-Nya” menggembalakan jemaat (Yoh 21:15-17) mengisyaratkan kepada kita tentang betapa pentingnya penggembalaan jemaat Tuhan. Kejadian dengan fenomena berikut membuktikan betapa “domba” merasakan efek penggembalaan sampai ke urusan fisik; ketika orang-orang yang secara fisik sakit lalu mereka bergabung dalam sebuah persekutuan doa maka dalam waktu relatif pendek – bahkan ada yang seketika – mereka mengalami kesembuhan, tetapi di saat mereka memisahkan diri – sementara secara roh masih balita – kesehatan fisik mereka turun drastis.
Di sebuah artikel saya berjudul Seorang Bapak dengan Sepatu Tas Kresek mengisahkan bagaimana seorang lelaki paruh baya non-Kristen yang alami sakit gula (diabetes) yang oleh dokter sudah divonis amputasi kakinya, lalu bapak tersebut memilih pulang kemudian gabung di persekutuan doa tertentu dan dalam waktu relatif singkat alami kesembuhan sehingga bahkan bebas memakan “apa saja” tanpa mempengaruhi kesehatannya, dan kondisi sehat itu terus berlangsung selama berbulan-bulan dan berturut-turut. Tetapi musim Lebaran tahun ini, yaitu beberapa minggu lalu, sempat lebih kurang tiga minggu praktis si bapak tidak mengikuti persekutuan doa, ternyata diabetesnya kambuh lagi. Bukan hanya itu, beberapa ibu-ibu non-Kristen lain yang juga sudah alami kesembuhan “hanya” dengan secara rutin bergabung dlm persekutuan doa itu, mereka ternyata juga alami drop ketika untuk beberapa minggu "lepas dari penggembalaan" sehingga hati ini bertanya: mengapa?
Yesus berpesan kepada Petrus (dan berlaku juga secara universal buat Kristen segala zaman) untuk menggembalakan jemaat-Nya. Saya mencari tahu apa saja yang dilakukan oleh seorang gembala kambing atau domba dan apa yang dialami seekor kambing atau domba ketika ada dalam pemeliharaan seorang gembala yang baik.
Pagi hari gembala membuka pintu kandang dan satu persatu domba berlari kecil keluar melalui pintu kandang sembari gembala mengamati kondisi masing-masing domba peliharaannya. Jika ada yang sakit mungkin akan dipapah atau dipanggul atau dimasukkan ke dalam gerobak dorong untuk diberi obat tetapi tetap diusahakan makan rumput sehat. Sementara itu ia akan menggiring kawanan dombanya itu ketempat dimana rumput segar tersedia melimpah agar setiap domba makan dengan kenyang, dan sesudah itu dia akan bawa ke tempat yang banyak air yang segar dan sehat, supaya setiap domba juga bisa minum sepuas mereka. Hal itu dilakukan sepanjang hari sampai jelang maghrib.
Sesudah sore hari, kawanan domba digiring pulang dan gembala kembali membuka pintu kandang untuk seekor demi seekor domba masuk kandang agar bisa istirahat setelah seharian “kerja” yaitu makan rumput dan minum air (enak yah kerjaan domba, hanya makan dan minum). Sementara domba-domba melewati pintu, sang gembala meng-absen (menghitung) domba2 kalau2 ada yang masih tertinggal di padang,... Maka “jadilah petang dan jadilah pagi.." hari berikutnya.
Petrus ditugasi sebagai gembala (orang dewasa dengan kemampuan menggembala) dan ada jemaat yang diibaratkan domba (bayi rohani yang masih perlu dilayani dan diajari). Petrus sudah lebih kurang tiga tahun nempel pada Yesus, sang Rabbi (Guru Besar), dia sudah dianggap memiliki pengetahuan gurunya, rasul ini juga sudah diajari banyak hal, termasuk soal menggerakkan kuasa Allah (melayani jemaat secara sedemikian rupa sehingga memungkinkan Roh Kudus bekerja dengan leluasa untuk membaptis orang-orang percaya dan untuk lakukan banyak mujizat). Karena itu Petrus dianggap sudah siap untuk dipakai Tuhan buat menggembala jemaat. Jadi selama kurun waktu tiga tahun sepertinya dapat dipakai sebagai ukuran lumrah seseorang yang “sekolah rohani” sampai dia memiliki cukup pengetahuan dan kesanggupan untuk melakukan amanat Agung Yesus Kristus: memberitakan injil, membaptis dengan air dan mengajarkan kepada orang-orang “awam” segala seuatu yang Yesus sudah ajarkan, berisi banyak pesan moral yang membawa kepada hidup kekal dan untuk bagaimana dapat ambil bagian dalam keselamatan kekal, berpartisipasi dalam proyek Kerajaan Allah, melkukan pelayanan Firman disertai tanda-tanda dan kuasa.
Kembali kepada teman2 non-Kristen di atas. Kami tidak melarang mereka untuk tetap melakukan ibadah agama bawaan. Dan selama lebih kurang tiga minggu mereka absen, mereka tentunya juga tetap beribadah menurut apa yang sebelumnya mereka telah lakukan puluhan tahun. Tetapi fakta membuktikan bahwa kesehatan mereka kembali menurun. What’s up?
Kenyataan tersebut mengajari kami, bahwa setiap “domba” perlu memakan “rumput” yang segar dan sehat, yaitu Firman Allah yang sejatinya merupakan Firman Allah. Sebagaimana makanan dibutuhkan setiap hari, atau kalau tidak maka tubuh kita akan melemah, dan demikian juga dengan kebutuhan air yang cukup, maka sejatinya setiap orang, apapun kepercayaan mereka, setiap hari semua orang perlu mengkonsumsi Firman Allah, perlu merenungkannya siang dan malam, perlu secara disiplin hidup seturut Firman Tuhan (itu soal makanan rohani) akan tetapi juga setiap hari semua orang perlu “minum air” yaitu menerima pengurapan Roh Kudus. Ada beberapa cara yang saya kenal: pertama, gabung di persekutuan doa yang melakukan penyembahan yang benar yang dilakukan dalam Roh, dan kedua, melakukan penyembahan sendiri (bagi yang sudah dewasa rohani yaitu yang sudah mandiri, yang secara normal sudah melewati tiga tahun masa didikan Tuhan).
Terakhir, sering kita tidak menyadari bahwa setiap Kristen yang sudah dewasa rohani, maka seharusnya dia bermetamorfosa dari posisi “domba” menjadi “gembala” atau sekelas domba dengan kemampuan gembala.
Tuhan Yesus memberkati.
http://gkbigombong.wordpress.com
- mujizat's blog
- Login to post comments
- 4940 reads