Last Friday Night Fellowship (19/8) was very touching for me. Temanya adalah God's Love for Papua. Pada malam yang spesial ini, semua pelayannya mahasiswa-mahasiswi Papua dan pembicaranya adalah seorang hamba Tuhan yang merupakan penerjemah Alkitab di Papua.
Aku nggak bisa nggak mencucurkan air mata sepanjang fellowship. Ketika WL mengajarkan pujian sederhana dalam bahasa Papua, mataku sudah berkaca-kaca.
Sye Manseren wapyun be aya
Sye Manseren wapyun be aya
Rosainari ma be a mansren
Sye Manseren wapyun be aya
Sederhana, artinya cuma Yesus baik buat saya. Tapi dinyanyikan dengan kesungguhan hati dan sangat menyentuh.
Selanjutnya renungan Firman Tuhan disampaikan oleh Bapak Cahyadi. Beliau berbagi bagaimana ia dipanggil untuk melayani Tuhan hingga kisahnya melayani di Papua. Sepanjang Beliau ngomong, aku gak bisa gak nangis. Sambil denger dan nangis, aku juga memeluk Lince, anak kamarku yang seorang gadis Papua. Lince juga menangis.
Aku tidak tahu pasti apa yang membuat Lince menangis, tapi dari sharingnya bagaimana bisa masuk TC, aku tahu bahwa ia sangat mengasihi Papua. Seperti halnya Lince mengasihi Papua, Bapa di surga juga mengasihi Papua. Seperti kata Bapak Cahyadi, Tuhan pun turut menangis bersama merasakan apa yang orang-orang ini rasakan. Di Papua masih banyak orang-orang yang sakit, kurang pendidikan, tertindas dan teraniaya. Mereka butuh kasih Bapa.
Aku sangat bersyukur bisa mengetahui sedikit lagi tentang kasih Bapa. Betapa dalam Ia mengasihi rakyat Papua. Melalui sebuah lagu yang dipersembahkan para mahasiswa Papua setelah renungan Firman, aku semakin tersentuh melihat betapa lembutnya kasih Bapa.
Aku baru belajar lagu ini dari Lince semalam setelah rapat kamar.
Biarku merasakan kasih Bapa
Yang mengalir menjamah hati ini
KelembutanNya melampaui apa yang kurasa
Selalu baru di setiap pagi
Walau semakin berat beban di hati
Tantangan yang datang silih berganti
Tak sanggup diri ini menghadapi segalanya
Namun Yesus akan tetap setia
JanjiNya Dia kan tetap setia
Walaupun diriku tidak setia
JanjiNya Dia pasti menyertai
Di dalam masalah yang kualami
Air mataNya mengalir di saatku menangis
WajahNya tersenyum di saat ku sedang tertawa
Dia Yesus sahabat yang setia
Kasih Bapa bagi Papua begitu lembut menyentuhku, juga menegurku.
Aku ingat pernah berkata bahwa aku ingin ditempatkan untuk melayani di kampung halamanku, Surabaya.
Rasanya aku begitu egois, mementingkan diri sendiri. PadahalTuhan tidak memanggilku untuk melayani diri sendiri. Ia memanggilku untuk bekerja bagi kerajaan Allah, untuk melayani orang-orang yang Bapa ingin supaya kulayani.
Belum berani aku meminta untuk ditempatkan di Papua atau di manapun juga. Tetapi satu hal, aku berdoa sambil mencucurkan air mata malam itu. "Tuhan, tempatkan aku di manapun Engkau ingin menempatkanku. Tolong aku untuk keluar dari zona nyamanku. Tolong aku untuk berani melayani Engkau."
Terima kasih, Tuhan. Sudah mengizinkanku mengenal sedikit lebih dalam lagi akan kasih-Mu.
Aku akan menutup tulisan ini dengan sebuah lagu.
Brikanku hati sperti hatiMu
yang penuh dengan belas kasihan
Brikanku mata sperti mataMu
memandang tuaian di sekelilingku
Brikanku tanganMu tuk melakukan tugasMu
Brikanku kakiMu melangkah dalam rencanaMu
Brikanku, brikanku
__________________
Novi Kurniadi