Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Merdeka atau Mati
Merdeka atau mati adalah sebuah semboyan bagi para pejuang kemerdekaan RI di masa penjajahan Belanda. Teriakan yang kini muncul disaat memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke -66, tepat hari ini,masih sangat relevan untuk dicermati.
Merdeka berarti bebas, lepas dari ikatan/belenggu si penjajah, bisa menentukan kemauan sendiri, berdiri diatas kaki sendiri (kata-kata Bung Karno).
Tapi setelah 66 tahun merdeka, apakah betul-betul sudah merdeka?
Indonesia masih dijajah oleh para koruptor yang menggerogoti kekayaan alam, yang seharusnya untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia bukan segelintir oknum yang berkuasa.
Indonesia masih belum dapat berdiri "diatas kaki sendiri'',masih banyak bantuan berupa modal asing dalam menjalankan roda pemerintahan khususnya bidang perekonomian.
Indonesia masih dijajah oleh teknologi asing, dilihat dari alat transportasi darat yang membanjiri Indonesia, tidak ada satupun produk Indonesia. Seharusnya ada alih teknologi. Kini saatnya para akhli teknokrat mulai bekerja giat ,seperti pada zaman Habibie dapat membuat pesawat terbang.Perlu inovasi-inovasi baru, yang menjdi PR teknokrat muda Indonesia.
Bahkan diantara negara-negara Asean, pamor Indonesia sudah merosot.Ini dapat dilihat dari prestasi atlet Indonesia di kancah Asian Games Ke 16, 2010 di Guang zhou, Cina, peringkat Indonesia dalam pengumpulan medali ada di peringkat 15, tapi diantara negara Asean hanya peringkat 3 dibawah Thailand dan Malaysia. Padahal perbandingan jumlah penduduk Indonesia lebih banyak dibandingkan kedua negara tetangga tersebut, seharusnya lebih banyak atlet Indonesia yang dapat berprestasi dan membawa pulang medali.
Kesimpulannya Indonesia belum merdeka 100 % dan adalah tugas kita semuanya, dari yang berada di posisi bawah sampai tertinggi, yang ada di pihak pemerintah maupun swasta untuk mengisi kemerdekaan ini dengan sesuatu yang dapat memerdekakan Indonesia 100 %.
Sekarang kita cermati, dalam kehidupan rohani, apakah sudah merdeka dari belenggu kedagingan ? Apa yang menjadi tolak ukur pertumbuhan rohani?
Berlalunya waktu tidaklah menjamin pertumbuhan rohani seseorang.
Seperti pohon yang dilihat dari buahnya, demikian juga kehidupan rohani dilihat dari buah Roh yang ada dalam diri orang tersebut.
Dan keserupaan dengan Kristuslah yang menjadi tolak ukur/acuan pertumbuhan rohani. (dalam Roma 8:9)
Bagaimana caranya untuk dapat serupa dengan Kristus ? (dalam Yoh 15:4-5)
Hidup melekat pada Yesus, seperti ranting pada pokoknya. Itulah caranya, Dia didalam aku dan aku didalam Dia.
Dan berilah hidup kita untuk senantiasa dipimpin oleh Roh (dalam Galatia 5: 16-18,22,23) ,hingga kita diperbaharui dan disempurnakan selalu dalam kasih karuniaNya yang berlimpah. Amin
- kardi's blog
- Login to post comments
- 3697 reads