Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Malangnya Nasib Para Ahli Yang Terkait Intelligent Design (paijobudiwidayanto)

Malangnya Nasib Para Ahli Yang Terkait Intelligent Design
Dipublikasi Artikel blog by paijobudiwidayanto

Beberapa saat yang lalu saya menonton film Dokumenter berjudul
"Expelled: No Intelligence Allowed". Film ini antara lain mengisahkan
perlakuan tidak adil yang terjadi pada para ahli yang ada kaitan dengan
Teori Intelligent Design (tidak mesti mendukung teori ini). Berikut ini
adalah ringkasan kisah 5 di antara mereka yang berani tampil terbuka di
film tersebut:
 

Richard von Sternberg, editor sebuah Jurnal Ilmiah milik Smithsonian
Institute, memiliki dua gelar doktor dalam dalam biologi (Biologi
Molekuler dan Systems Science/Biologi Teoritis). Dia berani menerbitkan
tulisan Stephen C. Meyer yang mengatakan bahwa "ada
kemungkinan" asal-usul makhluk hidup dapat dijelaskan sebagai
hasil perancangan yang cerdas atau Intelligent Design. Richard
sebenarnya bukan penganut teori Intelligent Design tetapi dia mengamati
bahwa ada isu-isu yang menarik yang diangkat oleh para ahli pendukung
ID
yang pantas didiskusikan secara terbuka. Setelah kejadian itu, aksesnya
ke laboratarium, pusat data dan perpustakaan dibatasi. Kunci yang
selama
ini dipegangnya diambil oleh para pejabat di Smithsonian Institute.
Disamping itu hal-hal seperti identitas keagamaan dan pandangan
politiknya juga dipertanyakan walaupun tidak ada hubungan dengan sains.
Caroline Crocker, doktor bidang Immunofarmakologi di George Mason
University. Mendapat sangsi dan dikeluarkan dari Fakultas tempat dia
mengajar karena menyebutkan Intelligent Design dalam bahan ajarnya.
Setelah itu namanya masuk daftar hitam sehingga di universitas manapun
dia melamar tidak ada yang mau menerimanya.
Michael Egnor, professor di University of New York Stony Brook, ahli
bedah syaraf utama di Amerika Serikat. Dia diserang secara verbal alias
dimaki-maki oleh beberapa kalangan yang fanatik mendukung Teori Evolusi
karena menulis esay yang mengatakan bahwa "dokter tidak perlu
belajar Teori Evolusi Darwin untuk menjadi dokter yang baik".
Robert J. Marks II; professor Teknik di Baylor University; menulis
lebih dari 120 tulisan dalam jurnal-jurnal, 140 paper untuk berbagai
konferensi, dan 21 bab buku; memiliki 3 paten. Situs risetnya ditutup
dan dipaksa untuk mengembalikan hibah riset yang telah diberikan
kepadanya setelah diketahui bahwa dia melakukan penelitian bersama
dengan William Dembski (seorang pendukung utama Intelligent Design) dan
penelitian tersebut ada hubungan dengan Intelligent Design. Marks
mengatakan bahwa dia tidak pernah mengalami perlakukan seburuk itu
selama 30 tahun dia berkutat dalam dunia akademis.
Guillermo Gonzales, doktor bidang astronomi, asisten professor di Iowa
State University. Permohonannya menjadi professor ditolak oleh
universitas tempat dia bekerja walaupun dia jauh lebih produktif dalam
kariernya dibanding professor lain di sana dan karya-karyanya
memungkinkan ditemukannya planet-planet baru. Perlakuan itu didapatkan
setelah dia menulis sebuah buku berjudul "The Privileged
Planet" yang pada dasarnya mengatakan bahwa alam semesta adalah
hasil rancangan cerdas serta bumi merupakan tempat yang spesial di alam
semesta. Pandangannya tersebut berbeda 180 derajat dari kebanyakan para
ahli.

Lalu apa dosa teori ini? Ada berbagai argumen yang dikemukakan tetrapi
tampaknya yang menjadi masalah adalah teori ini memiliki implikasi yang
tidak disukai oleh kaum ateis. Para ahli pendukung teori ini
mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi/mendeteksi  ada tidaknya
rancangan di alam semesta. Dengan menggunakan kriteria tersebut
ditemukan bahwa ada obyek di alam semesta yang lebih baik dijelaskan
sebagai hasil rancangan yang cerdas. Implikasinya jelas: ada perancang
yang merancang alam semesta.