Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kisah Sebiji Lombok
Seorang raja Rusia, aku lupa namanya, percaya Alkitab memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Setiap kali jatuh sakit sang raja menyobek selembar kertas Alkitab yang memang khusus untuk disobek lalu memakannya. Ia melakukan hal ini selama bertahun-tahun sampai akhirnya mati karena gangguan pencernaan.
Cerita di atas aku baca entah di majalah Intisari atau Warnasari -- aku lupa majalah yang mana. Kalau tidak salah judulnya "Kegilaan Raja dan Ratu" -- Sekali lagi, kalau tidak salah.
Aku dibesarkan dalam lingkungan kristen yang masih kuat pengaruh agama sukunya. Walaupun orang tuaku mengatakan rumah panggung kecil di samping rumah yang berisi tulang belulang kakek buyut tidak ada arti apa-apa sekarang, tetapi para tetangga berkata kami harus menghormati rumah sebesar kandang burung dara ini. Aku benar-benar dibesarkan dalam lingkungan mistis. Sebuah lingkungan yang menganggap jimat paling ampuh adalah buku tebal bersampul hitam yang bernama Alkitab. Bahkan Alkitab yang diterjemahkan ke bahasa daerah kami pada tahun 1880-an benar-benar menjadi barang langka dan mahal. Bukan karena kami rindu membaca Firman Tuhan dalam bahasa ibu kami, tetapi karena kami percaya Alkitab jenis ini memiliki tingkat kesaktian lebih tinggi.
Begitu sederhananya cara pikir kami, kalau melihat ada tumpukan kotoran manusia di tempat yang salah, kami tidak akan membuang atau menutupnya. Kami akan pergi ke kebun untuk mencari lombok yang paling merah dan paling besar. Aku tidak akan pernah lupa cara menusuk tumpukan kotoran manusia dengan lombok. Juga tidak akan pernah lupa kata-kata sakti yang harus diucapkan supaya pantat yang tidak tahu diri itu sakit 'kepedasan'.
Cerita di atas hanyalah untuk menekankan kalau aku lagi iseng. Ketika akhirnya jauh dari orang tua, aku memasang gambar Yesus di kamar kost. Lukisan Yesus sedang berdoa di taman Getsmani. Cowok yang pernah jatuh cinta mungkin tahu bagaimana memperlakukan foto curian berukuran 3 x 4 milik gadis yang disukainya. Tahu bagaimana memandang foto itu sebelum tidur. Aku pernah melakukan keduanya. Jadi aku tahu bagaimana memperlakukan gambar seorang gadis yang kusukai ketika aku masih duduk di Sekolah Menengah dan bagaimana memandang gambar Yesus.
Sekarang aku jadi ingat film-film horor. Melihat Dracula tidak jadi membunuh begitu melihat salib di leher calon korbannya. Dracula ternyata bukan hanya takut dengan bawang putih. Dalam ketegangan menonton sebuah film horor juga, urat-uratku sedikit kendur bila melihat seseorang membekali "anak mudanya" dengan sebuah buku berjudul "Holy Bible".
Dulu aku membaca sebuah buku yang mengungkapkan bahwa kebanyakan tentara membawa Alkitab dalam tasnya. Bukan untuk dibaca tetapi sebagai jaminan rasa aman. Kebanyakan Alkitab tersebut merupakan hadiah dari orang yang paling mengasihi mereka -- Aku juga sudah lupa judul bukunya, atau aku lupa pernah membaca buku seperti ini.
Pernah juga aku melihat gambar Yesus berukuran kartupos, berbentuk seperti kartu ucapan selamat natal, sehingga bisa diletakkan di atas meja. Di bagian belakang, ada tulisan yang berkata foto ini muncul begitu saja. Pemilik kamera mendapat wahyu yang menyuruhnya mempublikasikan dan menyebarkan foto tersebut dengan jaminan Yesus ada bersama dengan orang yang memperlakukan foto ini dengan layak.
Ada yang memasang foto Yesus di rumahnya, menganggap itulah gambar Yesus yang sebenarnya. Seorang yang memasang foto Yesus lebih rendah dari foto pemilik rumah dianggap kurang ajar. Tidak masalah memasang gambar Yesus di dinding ruang tamu. Masalah muncul karena tidak semua orang tahu wajah di lukisan tersebut muncul karena imajinasi seorang pelukis besar bernama Leonardo da Vinci.
Dulu aku tidak peduli semua ini, sampai aku membaca sebuah buku yang aku lupa judulnya, juga aku lupa penulisnya, penerbitnyapun aku lupa, bahkan kebanyakan isinya aku lupa. Buku ini mengatakan kalau memperlakukan Alkitab sebagai benda spritual yang ada "isi"-nya sama dengan penyembahan berhala; Orang yang berdoa kepada lukisan Yesus di atas dinding tidak ada bedanya dengan prosesi penyembahan sebuah patung; dan orang yang menganggap salib bisa mengusir Dracula sama dengan orang yang mengalungkan bawang putih di lehernya.
Lebih lanjut, "Orang kristen menggembar-gemborkan berhala itu berupa uang yang dikejar mati-matian, pasangan hidup yang menjadi pusat utama perhatian, hoby, atau kekuasaan. Orang kristen lupa kalau Alkitab, salib, ataupun gambar Yesus bisa menjadi berhala jika disembah."
Aku lupa apakah pernyataan ini dari buku ini atau dari sebuah khotbah yang kudengar sambil terkantuk-kantuk.
Akhirnya, selamat Akhir pekan semuanya.
- anakpatirsa's blog
- 5197 reads